MARRY ME - Jason Derulo (1)

301 26 7
                                    

Aku tahu, sangat tahu, gadis berambut ikal yang kini tengah duduk di kursi penumpang itu tengah kesal-- atau bahkan dia bisa meledak jika aku mengeluarkan sepotong kalimat yang tidak sesuai dengan otak pintarnya. Wajah manisnya tampak kusut sekusut blazer biru tua yang tengah ia kenakan, diam-diam aku terkekeh, meskipun memegang kendali dan jelas saja aku ini pria, aku lebih memilih diam daripada kena amukannya.


"Draco, aku capek, kamu mau bawa aku kemana, sih?" ini pertanyaannya yang kesekian dan hanya gumaman tidak jelas yang aku berikan. Tanpa menolehpun aku tahu benar, iris cantik berwarna coklat itu tengah menatapku dengan meminta jawaban. "Kamu enggak bisa gitu aja jemput aku-- dan Draco ini baru jam makan siang, aku harus kerja, Draco. Ya Tuhan!"


Aku menguap malas, memandangnya balik dengan tatapan bosan. "Beneran, deh. Bolos satu hari kerja ga buat Potter mecat kamu, Hermione. Lagian, kan, dia sahabat sehidup-semati kamu, mana mungkin dia mecat kamu. Fikir, coba."


Hermione menatapku dengan melotot, aku membuang pandangan pada jalanan macet dihadapanku. Bodo amat, Hermione Granger akan berubah jadi iblis paling jahat aku akan tetap memujanya seperti malaikat. "Draco, aku memang bukan keturunan konglomerat kayak kamu. Jadi, aku menghargai setiap perkerjaan dan uang yang aku keluarkan, jadi anterin aku ke kantor lagi. Atau kamu bisa turunin aku, aku bisa cari taksi."


Aku menghela nafas berat, mendengar ocehan dengan satu tarikan nafas sudah menjadi vitamin rutinku setiap harinya. Hermione Granger dan segala perfeksionisnya. Hermione Granger dan kesempurnannya. Hermione Granger dan segala obesesinya. "Hermione Granger, aku cuma mau ngajak kamu makan siang dan temenin aku cari cincin buat acaran tunangannya Theo, apa itu susah banget buat kamu?"


"Demi Tuhan, Malfoy." Hermione menaikkan suaranya satu oktaf. Kebiasaanya jika ucapanku tidak masuk di akal. "Acara tunangan Theo sama Daphne masih satu bulan lagi, lagian mereka juga gaada bahas, kenapa kamu yang repot? Yang mau tunangan itu mereka atau kamu?"


Aku menoleh Hermione tepat ketika sedan hitam di hadapanku berhenti mendadak, menatap matanya yang menyipit menatapku. Bibirnya yang mungil mengatup rapat menegaskan rahangnya, ia marah, aku tahu. Ia mengerikan, dan aku juga tahu. Tapi, aku begitu jatuh cinta pada gadis pemarah ini, ocehannya seperti kaset rusat akan membuatku rindu berminggu-minggu jika aku atau dia sedang sibuk, rambut coklat mengembangnya yang mengeluarkan wangi memabukkan selalu seperti candu bagiku, dan cara Hermione menatapkan. No ones ever look me like Hermione does, and I dont know why.


"Aku capek." Hermione menjatuhkan punggungnya pada sandaran kursi. "Terserah kamu, Draco. Mau kemana, aku mau bilang Harry aku pulang cepat hari ini."


Yes!


oOo


"Gimana?" Hermione mengerucutkan bibir mungilnya, aku mendesah, sial untukmu Granger. Jika tidak dalam kondisi ramai dan penuh seperti ini, aku mungkin sudah mendorongnya ke dinding dan melumat habis bibir itu. "Cepatlah, Granger. Masih banyak yang Theo titip padaku."


"Aku lebih suka ini." Ia menunjuk cincin berwarna putih dengan berlian yang dibentuk seperti mawar di atasnya. "Cantik sekali, Daphne dan Theo sangat cocok memakai ini, Draco. Terlihat sederhana namun sangat berkelas."


"Tapi ini sangat murah, Hermione." aku mendengar Hermione mendengus. "kamu meminta pendapatku yang mana aku suka, dan aku bilang ini, Draco."


Aku mengendikkan bahu dan bertanya sekali lagi, apakah ini cincin yang ia suka? Hermione mengangguk dan aku memberitahu kepada wanita setengah baya untuk membungkus cincin ini. Hermione berulang kali menatap cincin yang tengah dibungkus tersebut, aku melirik, ia pun kembali mendengus, apa salahku?


T R A C K STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang