Sebelumnya . . .

55.7K 1.4K 13
                                    



Di pagi yang cerah ini, Rasyel si gadis riang tengah menggoes sepedanya menuju sekolah tercintanya. Langit sangat cerah seperti hatinya pagi ini. Bersama angin kebahagiaannya menari layaknya daun dan ranting yang bergoyang.

Ia memarkirkan sepedanya di parkiran khusus sepeda yang di sediakan di sekolahnya. Ia masih menatap sepedanya sambil berjalan mundur. Ia hanya ingin memastikan bahwa tempat itu adalah tempat paling cocok untuk sepedanya. Saat ia rasa sudah pas, ia memutar tubuhnya tanpa tahu ada seseorang yang juga tak melihat di depannya.

BRUGH

Aksi saling tabrakpun berlangsung. Rasyel menabrak seseorang dan menjatuhkan ponsel orang itu, membuat ponselnya berserakan di lantai. Seorang pria bertubuh kekar dengan jas mahal yang melekat di tubuhnya, menatap ponselnya yang terlepas dari tangannya lalu ia mengalihkan pandangannya pada gadis manis yang merunduk ketakutan.

"ma- maaf pak, saya gak sengaja... saya janji akan menggantinya pak" Matanya hanya berani menatap sepatu pria itu.

"memang harus dan saya menunggu kamu membawa gantinya ke kantor saya. Hari ini saya sedang buru-buru tapi saya tidak akan membiarkan mu lepas ...Rasyelia Jesica Salvira" pria itu sedikit mengeja nama yang ada pada name tag seragam Rasyel.

"baik pak, saya akan ke kantor bapak untuk membawa gantinya" Gadis itu masih menunduk, membuat kening pria itu berkerut.

Pria itu merogoh sesuatu dari sakunya yang ternyata dompet. Ia mengambil sehelai kertas yang terdapat pada dompetnya kemudian ia berikan pada gadis itu sambil berkata "Ini... saya harap kamu menepati perkataanmu, saya pergi dulu..."

Rasyel menatap kertas itu yang tak lain sebuah kartu nama. "BISMA KARISMA Direktur Utama Perusahaan KARISMA GROUP ? bukannya dia kakaknya Thata ?" Ia berfikir sejenak. Kemudian tersenyum menatap kepergian pria itu bersama mobil BMW-nya.

"memang sangat berwibawa walau ia sedang kesal sekalipun, seperti yang di katakan thata dia orang yang dingin.." gumam Rasyel lalu meneruskan langkahnya menuju kelasnya.

-2711-

Seusai dari toko HP untuk mencari ganti ponsel yang ia jatuhkan tadi, Rasyel segera pergi ke perusahaan yang telah terpampang di kartu nama ini. Niat pertamanya yang ingin memberitahu thata -agar masalah ini cepat selesai- musnah karena rasa ingin bertanggung jawabnya lebih tinggi daripada ketakutannya.

Sebelumnya ia menelfon orang tuanya untuk memberitahu apa yang terjadi padanya. Orang tuanya mengirim supir pribadi untuk mengantarnya ke toko HP itu dan kantor yang akan ia tuju. Sepedanya sudah terparkir rapih di rumahnya yang di ambil oleh suruhan orang tuanya. Orang tuanya sangat menyayanginya. Apalagi ia anak tunggal yang ingin mandiri tapi tetap saja. Orang tuanya tetap ingin memanjakan putri satu-satunya yang mereka punya.

Sebelum memasuki gedung tinggi dan megah itu, ia memperhatikan sebentar raut wajah karyawan dan karyawati yang sangat serius. Ia tersenyum kembali menatap profesionalitas yang tampak pada pekerja di sini.

Gadis itu kembali melangkah masuk. Di sana ia bertanya pada resepsionis untuk menanyakan dimana ruangan direktur utama berada.

"Permisi kak, saya mau nanya, ini benar kantornya pak bisma ?" Gadis itu terlihat ragu dengan pertanyaannya sendiri.

Wanita berhijab dengan make up yang tak tebal itu tersenyum ramah, mengurangi keraguan gadis itu untuk masuk ke dalam kantor yang sangat besar ini.

"benar, ada perlu apa ya dek ?" gadis manis itu memperlihatkan bingkisan yang ia bawa kepada wanita ramah itu.

"aku Cuma mau nganter ini aja kak..." gadis manis itu memasang senyum termanisnya.

"langsung saja ke lantai 27 dek, naik lift itu ya dek..."

"makasih ya kak..."

Gadis itu segera melangkahkan kakinya menuju lift yang di tunjukan oleh wanita ramah itu. Beberapa pegawai yang satu lift dengannya banyak yang tersenyum ramah. Ia pun juga membalas begitu. Dengan seragam sekolah yang masih ia kenakan, ia berjalan mendekat ke arah ruangan direktur utama setelah lift berhenti. Sebelum ruangan direktur utama, ia harus melewati meja sekertarisnya terlebih dahulu.

Baju kerja dan rok mini yang ketat membuat gadis ini menelan ludahnya secara paksa dengan pandangan yang tak percaya. Lekuk tubuh wanita di hadapannya bak model yang sering ia lihat di salah satu stasiun televisi. Riasannya yang tidak natural tapi juga tidak terlalu tebal sangat cocok untuk wajahnya. Membuat gadis manis itu terkagum melihatnya.

"permisi kak..."

"ya?" suaranya yang lembut kembali membuat gadis ini menambahkan rasa sukanya terhadap wanita menganggumkan di hadapannya ini.

"aku ingin bertemu dengan orang ini..." gadis manis itu memberikan sebuah kartu nama pada wanita itu.

Wanita itu menatapnya dengan pandangan tak percaya lalu tertawa pelan dan kemudian berkata "Thata... Thata.. kamu pasti Thata ?!? kakak emang udah agak lupa karena udah jarang main ke rumah kamu tapi tetap aja kamu gak bisa ngecoh kakak dengan hal beginian" wanita itu terus menggelengkan kepalanya pelan seakan tak percaya dengan ulah gadis manis di hadapannya ini. Sedangkan gadis manis itu tertegun saat mendengar nama sahabatnya di sebut-sebut.

"maaf kak, aku bukan thata, dia memang sahabatku tapi bukan aku kak, aku ke sini ada keperluan dengan kakaknya" wanita dihadapannya itu mengerutkan keningnya.

"oh begitu... tunggu sebentar" gadis itu kembali menunggu wanita itu yang sedang menelfon orang yang akan ia temui. Wajah gadis itu menegang saat wanita cantik itu kembali dengan tatapan penuh selidik.

"masuk aja..." dengan senyuman termanisnya ia menundukan kepalanya, lalu masuk kedalam ruangan direktur utama.

-0302-

"permisi pak, aku mau nganter ini..." gadis itu langsung mengatakan tujuaannya saat baru saja ia menutup pintu ruangan itu.

Setelah meletakan bingkisan yang berisikan HP baru, gadis manis itu pamit untuk keluar dan permisi untuk pulang tapi suara berat pria itu menghentikan langkahnya.

"tunggu!" bisma meraih bingkisan itu dan membukanya. Ia memeriksa isi bingkisan itu dengan satu alisnya yang ia naikan ke atas.

"apa ada yang salah pak ?"Tanya gadis itu takut-takut.

"walaupun gak sama persis dengan punya saya tapi ini udah cukup untuk membuktikan tanggung jawab kamu, saya cukup mengerti dengan keadaan keuangan keluarga kamu dan saya harap ini bukan hasil rampasan. Ya sudah, kamu boleh keluar..."Mulut gadis itu komat-kamit karena kesal. Tanpa membalas ucapan pria dewasa di hadapannya, gadis itu keluar dengan pintu yang ia banting cukup keras.

Bisma menggelengkan kepalanya dan kembali terbayang wajah gadis itu jika sedang marah. Ia tersenyum sendiri, entah kenapa gadis itu mengusik hatinya yang sedang berkelana.


Makasih banget udah yang mau baca story gue yang satu ini :D Makasih juga udah yang mau Vote  :D Jangan lupa kritik dan Sarannya ya

MY LITTLE GIRL [SEBAGIAN BAB TELAH DI HAPUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang