Seorang gadis cantik berambut panjang sedang duduk di hamparan rumput yang menghadap sebuah danau. Ia sesekali melemparkan kerikil yang ada di dekatnya ke sungai. Gadis itu Shani. Ia menghela nafas panjang lalu memeluk kedua lututnya di tekuk. Sudah hampir 1 tahun berlalu semenjak kepergian Viny, ia sama sekali tidak tau bagaimana kabar Viny. Viny seakan menghilang di telan bumi begitu saja, keluarganya pun sangat susah di hubungi. Munafik sebenarnya jika ada orang yang bertanya tentang keadaan perasaannya lalu ia menjawab ia tidak apa-apa. Perasaannya masih sama hancurnya saat di tinggalkan Viny begitu saja, ia rindu dengan kekasihnya itu. Sangat rindu bahkan. Hatinya masih milik Viny dan entah sampai kapan begitu, padahal sudah banyak orang yang mendekatinya bahkan ada yang terang-terangan ingin menggantikan Viny. Belum ada, bahkan tidak mungkin ada yang bisa menggantikan Viny di hatinya, Viny terlalu special untuknya.
Shani mengalihkan pandangannya ke arah hpnya yang bergetar. Ia mengambilnya dan membuka linenya. Ah ternyata dari Lidya.
Chat Line Shani x Lidya
LidyaDjhndr : Shani dimana? Aku jemput ya? Ikut latihan kan hari ini?
ShaniNatio : Iya ikut kok. Hmm jemput di halte biasa aja ya?
LidyaDjhndr : Oke aku otw :)
ReadShani kembali memasukkan hpnya ke dalam sakunya lalu termenung sejenak. Lidya. Semenjak kepergian Viny memang hanya Lidya yang ia bebaskan untuk mendekatinya dan menjaganya seperti Viny dulu. Ia memang selalu terlihat bahagia saat bersama Lidya namun tidak ada yang tahu bahwa hatinya sama sekali tidak bahagia. Bahkan banyak yang menyangka bahwa ia sekarang bersama Lidya. Salah. Salah besar, ia hanya menganggap Lidya seperti kakaknya sendiri, tidak lebih. Viny masih menempati posisi teratas di hatinya.
"Hhh"helaan nafas panjang terdengar dari Shani. Ia mengambil tasnya lalu bangkit dari sana. Ia harus segera pergi ke halte yang tak jauh dari sini sebelum Lidya sampai. Jika kalian bertanya mengapa Shani tidak menyuruh Lidya menjemputnya di danau ini. Jawabannya adalah ia tidak mau nantinya Viny marah karna tempat mereka berdua di datangi orang lain.
Shani menendang-nendang batu yang ada di jalanan sambil berjalan menuju halte. Tepat saat ia baru saja sampai di halte, mobil milik Lidya pun berhenti di depan halte. Shani pun langsung masuk.
"Nunggu lama?"tanya Lidya sambil menjalankan mobilnya.
"Gak kok, baru nyampe juga"jawab Shani sambil memakai seatbelt.
"Abis dari mana emang?"tanya Lidya
"Dari jalan-jalan aja haha"jawab Shani.
"Haha kebiasaan. Eh iya udah makan?"tanya Lidya lagi.
"Udah kok. Kamu?"
"Udah juga. Ya udah berarti langsung ke tempat latihan aja ya?" Shani menganggukkan kepalanya. Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi. Lidya yang fokus ke jalanan dan Shani yang terlihat sedang menscroll twitternya walaupun sebenarnya jika dilihat baik-baik Shani sedang menatap kosong ke arah layar hpnya.
***
Disebuah ruangan rumah sakit terdapat seseorang yang sedang menatap keluar kamarnya, ia memegangi tiang infusnya yang sudah menjadi temannya setiap hari. Ia menghela nafas panjang lalu menutup matanya. Setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya saat lagi-lagi ia mengingat seseorang yang sangat di rindukannya.
Tok tok tok
Cklek
Sebuah suara pintu di ketuk lalu disusul pintu terbuka.
"Good afternoon, it's time to chemotherapy Viny"ucap Perawat yang membukakan pintu.
"Give me a few minutes"ucap Viny datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me, Vin!
Fanfiction•Sequel Kenapa?• Setelah kepergian Viny yang tiba-tiba, Shani mulai merasa ada yang hilang di kehidupannya. Walaupun didalam surat yang di tinggalkan Viny, ia menyuruh Shani untuk tidak menunggunya buktinya sampai sekarang Shani masih tetap menungg...