s a t u

3.1K 410 147
                                    

Lagi, ia harus dikeluarkan dari jam pelajaran Sejarah oleh sang guru karena ketahuan makan di dalam kelas. Calum melakukannya bukan tanpa alasan; ia bosan. Baginya, masa lalu tidak perlu diulas kembali. Biarkanlah memori menjadi cerita indah untuk dikenang, bukan dipelajari di sekolah. Jika Presiden kita mengenalnya, entah sudah sejak kapan ia dideportasi dari negara ini karena tidak menghargai sejarah bangsanya.

Yap, tetap saja ia tidak menyesal setelah melakukan itu semua. Tiga jam yang senggang ini ia gunakan untuk merokok di taman belakang sekolah. Barang tentu tidak ada siapa-siapa di sana selain dirinya dan hembusan angin hangat jam sembilan pagi hasil dari kontaminasi asap kendaraan bermotor di jalanan padat ibu kota.

Pilihannya jatuh pada salah satu pohon beringin yang berada nyaris di sudut tembok, berbatasan dengan sisi jalan raya yang lain. Tanpa basa-basi, ia mendaratkan bokongnya di tanah dan menyandarkan punggungnya pada badan pohon sebagai penyangganya.

Calum menghirup rokoknya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Ini baru namanya hidup." Gumamnya pelan.

Ketika tengah asik menikmati kesendiriannya dengan kepulan asap beracun, seorang gadis yang berseragam sama lantas bergabung dengannya tanpa tedeng aling-aling. Ia duduk di sana seakan Calum adalah makhluk tak kasat mata.

Diiringi dengan lirikan penasaran dari Calum, gadis itu mengeluarkan ponsel yang sudah dipasangi headset sebelumnya. Mungkin beberapa waktu yang lalu ia baru saja memakainya.

Dimainkannya ponsel itu selama beberapa saat, menyumpal kedua sisi headset ke telinga dengan lancar, memejamkan mata dan menjadikan si pohon beringin sebagai penopangnya.

Lagu yang perempuan itu putar samar-samar terdengar sampai ke telinga Calum. Mungkin karena efek taman yang sepi atau memang gadis ini yang menyetel volume hingga melewati batas ultrasonik?

"Apa, sih, tujuannya orang pake headset? Mending dispeaker sekalian kalo kedengeran gitu." Gumam Calum tanpa mengharap balasan dari gadis itu.

Awalnya hanya suara gitar saja yang terdengar. Ia juga meragukan pendengarannya. Mana mungkin perempuan seperti dia menyukai musik beraliran keras?

Lelaki itu sebenarnya tidak tahu apa definisi dari 'perempuan seperti dia'. Penampilan gadis ini biasa saja; tidak alim dan tidak urakan. Baginya, perempuan yang suka musik rock hanya ikut-ikutan saja. Titik.

Tidak tahan untuk tidak menghentikan kegiatan si sok-punk-rock, dengan lancangnya Calum melepas headset yang masih tersangkut dengan apik dari telinga gadis itu.

"Berhenti gak." Perintah Calum yang sudah pasti tak dimengerti  maksud dan tujuannya oleh si perempuan.

Dengan kesal, lawan bicaranya melepas sisa headset yang masih menjuntai di sisi yang satunya. "Apa-apaan lo?"

"Gue mau lo berhenti untuk sok dengerin lagu-lagunya Green Day."

Gadis itu membulatkan matanya. Alisnya yang tebal—tapi tidak lebih tebal dari Calum—bertautan. "Apaan, sih?"

"Halah. Sengaja kan lo masang lagu Green Day kenceng-kenceng terus duduk di samping gue biar gue ngajak lo ngomong?"

Calum terus nyerocos, sedangkan Keira hanya meladeninya dengan kernyitan yang tak dapat ia tutup-tutupi lagi.

"Waw." Ekspresi Keira terlihat miris sekaligus takjub. "Segitu pedenya, ya, lo?"

Sebelum Calum sempat membanggakan dirinya lagi, gadis itu segera menyela. "Gue tau lo siapa. Lagian siapa, sih, yang gak kenal sama lo?"

Calum mengangkat bahunya yang sekaligus menyiratkan ungkapan angkuh, "Emang iya. Baru tau?"

"Gue dengerin lagu-lagu Green Day karena gue emang suka sama band mereka dari SD. Kalau lo merasa musik gue terlalu kenceng dan membuat lo berpikir bahwa gue lagi minta notice dari lo, sumpah, itu jijik banget." Keira bersiap untuk memasang kembali benda keramat itu ke telinga. "Bukan cuma lo yang boleh ngedengerin lagunya Green Day. Anyway, terimakasih atas hiburannya. Gak sia-sia gue dihukum sampe ke sini."

Seiring dengan menyusutnya batang rokok Calum yang terus menyala dan mengeluarkan asap, Keira kembali larut dalam dentuman keras dari lagu-lagu Green Day sambil Calum yang sesekali curi dengar.

Ia mematikan rokoknya dengan cepat dan mencolek bahu Keira dengan antusias. Gadis itu mencabut headset dari telinganya dengan kesal dan hampir saja mengomel kalau Calum tak segera berkata,

"Buktiin kalo lo emang suka sama Green Day."

***

LAGI PADA HEBOH DITELFON 5SOS YA HAHAHAHAHAHA

MAMPUS ITU REKAMAN HAHAHAH

MAMPUS PULSANYA ABIS HAHAHHAA

HAHAHAHAHAHAHAHA.

Green DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang