"Kayaknya lo salah, deh, kalo mau nantangin gue."
Calum mencibir. "Siapa coba yang sombong sekarang?"
Keira tidak mau ambil pusing. Ia ingin sekali menghilang dari hadapan lelaki rese ini sekarang juga, namun kabur artinya takut dan Keira sama sekali tidak merasa takut. Apalagi dengan si sombong Calum; siswa kelas 11 IPS 2 yang tidak hanya dikenal satu angkatan, melainkan satu sekolah hingga petugas kebersihan pun mengenalnya dengan baik. Lucunya, pandangan mereka pun berbeda-beda. Kalau guru menganggap Calum sebagai biang kerok, murid-murid lebih melihat Calum sebagai sosok anak SMA idaman seluruh makhluk yang tak lekang oleh waktu. Dan para petugas kebersihan dengan senang hati menyebut Calum sebagai murid baik yang suka memberikan uang rokok ke mereka (pada saat-saat tertentu.)
"Lo mau ngapain, sih? Gue tuh sengaja minta dihukum untuk nyari ketenangan, bukannya dapet challenge gak jelas dari lo." Jelas Keira dengan suara yang tenang, namun cukup membuat Calum merasa sedikit tersinggung.
Selama ia hidup, untuk pertama kalinya ia diacuhkan oleh perempuan.
Anak siapa sih nih? Gak terkenal aja berani nyolot sama gue yang terkenal.
"Lah, lo pikir gue ke sini juga untuk apa?" balas Calum tak mau kalah. "Lo mau gue tantang apa enggak?"
Tatapan mata Keira sama sekali tidak mengisyaratkan pertemanan. Seakan tengah mengibarkan bendera perang, gadis itu mengangkat dagunya. "Gue pasti bisa jawab."
Prinsipnya, orang sombong itu harus disombongin balik. Kalau selama ini seluruh orang terlalu naif untuk mengakui bahwa Calum sebenarnya tidak sesempurna itu, maka Keira akan menjadi orang pertama yang menentang teori busuk itu.
Calum menggerakkan jari telunjuknya ke arah ponsel Keira. "Siniin."
Walau kesal, Keira akhirnya tetap menyerahkan benda tersebut.
Calum mencabut headset yang masih tersangkut di kepala ponsel dan mengopernya pada Keira.
"Mana sih google play musicnya?" tanya Calum sambil mengobrak-abrik beranda ponsel Keira.
Dasar orang kaya gak pernah megang hape android murah.
"Sini, gue tunjuk—"
"Udah ketemu." Jawab Calum ketus.
Asu dan segala jenis umpatan lainnya sudah Keira siapkan sebagai amunisi kalau-kalau Calum kembali bersikap menyebalkan seperti tadi. Andai saja ada yang menjual Kamus 3600 Milyar Berbahasa Kasar, pasti Keira sudah membelinya.
"Nama permainannya itu 'Tebak Lagu Green Day' (TLGD). Nanti gue bakalan nyetel intro atau bagian manapun yang gue suka dari salah satu lagu mereka. Tugas lo," Calum menggerakan rahangnya dengan angkuh. "Nebak apa judulnya. Untuk true fans kayak lo, permainan ini gak ada apa-apanya. Ya, gak?"
Keira menghembuskan nafasnya dengan malas. Kenapa juga lelaki ini berpikir kalau dirinya adalah penggemar karbitan?
"Iya."
Jawaban singkat dari gadis itu malah membuat Calum makin penasaran.
"Oke, let's start this game."
Pilihan Calum jatuh kepada best hist Green Day yang menurutnya, fans ataupun bukan pasti tahu. Sebagai permulaan (dan pemanasan bagi Keira yang hingga kini masih dianggap fans karbitan), Calum memilih lagu 21 Guns yang semua orang pasti tahu.
Baru empat detik lagu diputar—entah suara apa, tapi cukup khas untuk intro lagu 21 Guns—dengan lancarnya Keira menyebutkan judul lagu dari band rock tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green Day
FanfictionKeira bersiap untuk memasang kembali headsetnya. "Bukan cuma lo yang boleh ngedengerin lagunya Green Day. Anyway, makasih atas hiburannya. Gak sia-sia gue dihukum sampe ke sini." Calum mematikan rokoknya dengan cepat dan mencolek bahu Keira dengan a...