t i g a

3.1K 369 87
                                    

Mungkin hampir seluruh makhluk pemuja Calum Hood (baca: penggemarnya di sekolah) terheran-heran melihat sang idola berdiri dengan gelisah di depan pagar sejak bel pulang sekolah berbunyi. Tentu saja ia tidak sendirian (awalnya). Di mana Calum berada, pasti di situ ada tiga konconya yang setia setiap saat.

Namun, menunggu bukanlah hal yang menyenangkan bagi Mike, Ashton dan Luke. Maka begitu sekolah sudah kelihatan sepi (akan adik kelas cantik), ketiganya langsung cabut tanpa mendengarkan protes dari Calum.

Hampir dari setiap sudut sekolah--dari parkiran hingga keluar pagar--ada saja mata-mata genit yang berusaha menangkap sosok sempurna Calum bulat-bulat. Kapan lagi bisa berlama-lama memperhatikan lelaki tampan ini tanpa mendapat lirikan sinis seperti yang biasa Calum lakukan?

Sementara Calum menunggu selayaknya security dadakan di pagar sekolah, Keira tengah memforsir dirinya untuk segera menyelesaikan piket sialan ini. Ditugaskan dengan empat lelaki sebagai partner piket adalah malapetaka. Pasti wali kelasnya sengaja menginput namanya agar menjadi satu-satunya wanita di sana dan membersihkan kelasnya yang sebelas-dua belas dengan kota Hiroshima pasca pengeboman tahun 1945.

Tanpa mempedulikan penampilannya lagi, ia bergegas keluar dari kelas sembari menguncir rambutnya dengan asal.

Ia jadi panik sendiri. Dirinya tahu benar bagaimana arogannya lelaki itu. Kalau ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapannya, pasti Calum akan menghalalkan segala cara agar hal tersebut segera terwujud. Tidak peduli jika harus ada yang menjadi korban.

Tidak, tidak seseram itu. Korban di sini lebih ke arah; dipermalukan. Tapi menurut Keira, mati lebih baik daripada harga dirinya turun karena bocah sok bengal itu.

Hampir saja anak tangga terakhir ini membuatnya jatuh karena terselengkat kalau saja tidak ada 'bocah sok bengal' yang menahan bahunya saat ini.

Calum buru-buru mengakhiri aksi heroiknya dan menuntun bahu Keira ke arah belakang dengan sedikit kasar. "Ke mana aja, sih? Gue udah kayak satpam di depan gara-gara nungguin lo."

Sedetik yang lalu, Keira ingin sekali mengubah pandangannya terhadap Calum dan mengucapkan terimakasih. Namun, niat baik itu sirna seketika.

"Yang nyuruh lo nunggu gue, siapa?"

Wah, Calum jadi gemas sendiri. Nih cewek bener-bener minta kayaknya.

Tiba-tiba Calum berbalik dan menarik pergelangan tangan Keira tanpa peringatan sama sekali. Gadis itu memutar-mutar pergelangan tangannya--berusaha lepas dari cengkeraman Calum yang cukup menyakitkan.

"Gue bisa jalan sendiri, oke? Lepasin. Tolong."

Makin dilarang, makin dilanggar. Itulah motto hidup Calum.

Tanpa berniat untuk membuat hati siapapun melayang, Calum membalas, "Gue maunya megangin tangan lo, oke? Tetep kayak gini. Tolong."

Akhirnya, Keira hanya bisa mendengus pasrah dan mengikuti langkah Calum yang membuatnya lebih terasa seperti diseret sepanjang perjalanan. Mereka pun berhenti di parkiran sekolah yang nyaris kosong dan berjalan ke satu-satunya mobil yang tersisa di sana. Maklum, sekarang sudah jam setengah empat sore. Minggu ulangan sudah di depan mata dan murid-murid lebih memilih untuk pulang lebih cepat dibanding nongkrong di sekolah seperti biasanya.

"Lo ke sekolah bawa mobil?"

Calum nyaris tersedak karena tawanya sendiri.

Seriusan dia baru tau kalo gue sekolah pake mobil? Katanya tau siapa gue. Gue ke sekolah naik apa aja dia gak tau.

Calum kemudian menjawab, "Mana kuat gue bawa-bawa mobil ke sekolah?"

"Maksud gue ngendarain." Gadis itu melirik Calum malas. "Lo itu gak usah sok ngelucu, deh. Dari lahir lo tuh bawaannya udah serem, mana bisa bikin orang ketawa?"

"Heh, kera sakti. Lo kayakya seneng banget ngehina gue, ya? Mending lo masuk ke mobil gue sekarang daripada bikin gue naik darah terus." Perintah Calum sambil membukakan pintu mobilnya untuk Keira.

Gadis itu menatap ngeri ke arah Calum. Jujur, hanya ada hipotesa-hipotesa negatif yang terlintas di otaknya saat ini.

Diculik. Dijual. Human Experiment. Mutilasi.

"Gue gak akan ngapa-ngapain lo."  Kata Calum yang kemudian membuat Keira terpaksa membuyarkan lamunan paranoidnya.

Ketika mereka sudah saling bersebelahan di dalam mobil, Calum berkata lagi, "tapi gak janji, ya. Semoga aja pas pulang lo masih selamat."

Kalau bisa, Keira ingin sekali berteriak seperti serial Scream Queens. Berhubung ia tahu diri untuk tidak memamerkan suaranya yang merupakan gabungan antara toa masjid dan sound system di acara kawinan, ia lebih memilih untuk diam dan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Semoga gue baik-baik aja.

***

Cinta itu fatamorgana, guys. Jangan dipercaya. Tengkyu.

-ivonne.calcutepie-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Green DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang