tiba-tiba sekelibat wajah seseorang tercetak jelas di imajinasi sang gadis. mata, hidung, bibir, dan segalanya begitu jelas diingatannya. gambaran yang sedetail mungkin dan tak mungkin ia lupakan se-inchi pun cetakan wajah itu. wajah yang telah membuat sang ayahnya pergi dengan sangat menyakitkan. pergi dengan penuh luka di fisik dan batinnya. pria yang melakukan itu.... Joshua Longerman!
"Alenna...." seseorang berbisik dan menyentuh lembut kedua pundak sang gadis yang tengah terduduk sendirian itu. "Tak ada yang perlu kau balas, semuanya sudah menjadi takdir ayah-mu" ujarnya sambil memeluk sang gadis yang bernama lengkap Alenna Loraine itu.
Ale yang merupakan sebutan untuk Alenna itu pun mengerutkan kedua alisnya. ia heran, mengapa ibunya berbicara seperti itu seakan ia bisa membaca segala pikiran yang tertanamkan di otak Ale.
"ibu tahu apa yang sedang kau pikirkan. ibu tahu ayah-mu terbunuh dengan sia-sia oleh orang yang memang seharusnya patut kau beri pelajaran. tapi, sudahlah... ikhlaskan hal itu terjadi. jangan kau tanamkan dendam dihatimu" wajah wanita paruh baya itu semakin khawatir. sebentar sebentar ia menggigit bibir bawahnya dan menatap Ale penuh dengan pandangan ketakutan.
"kenapa ibu tidak mau membalasnya? bukan salahku jika aku membenci pria itu dan memiliki sedikit niat untuk membalasnya. aku sangat kecewa, bu!" ujar Ale dengan nada yang meninggi
sang ibu semakin pucat. di cengkramnya kedua bahu Ale dengan erat untuk menahan emosi sang anak yang sebentar lagi akan memuncak.
"jangan, Ale! ibu mohon padamu, jangan!" ujarnya sedikit membentak Ale
Ale terdiam sejenak dan kembali mengatur nafasnya yang tak beraturan.
"ibu hanya tidak ingin sesuatu terjadi padamu, Josh adalah orang yang jahat! ibu tidak mau kau terlibat dalam hal apapun dengannya. termasuk mengenal keluarga dan kerabatnya" ujarnya
Ale mengangguk pelan sambil menghapus air mata yang berjejak di pipinya.
"aku berjanji bu tidak akan mengenal apapun yang berbau dengan pria brengsek itu! aku janji" ujar Ale membalikan tubuhnya menghadap sang ibu dan memeluknya erat.
Ale merasa bajunya telah dibasahi air mata. begitu dingin dan menusuk. bukan karena air mata ibunya yang membasahi. tapi, karena rasa sakit sang ibu yang bisa ia rasakan. begitu pedih rasanya melihat orang yang kita sayangi menangis terkukuh tak berdaya dan hanya bisa mempasrahkannya kepada takdir.
dalam hati Ale berjanji, bahwa suatu hari Josh harus mati di tangannya. walau setelah itu Ale yang juga akan mati. dendamnya sudah tak bisa tertahankan.
Alenna's POV
hari ini aku masih bisa membuka kedua mataku dan menghirup oksigen yang mampu membantuku untuk tetap bernafas dan hidup di dunia yang--yahh... sudah tak mudah lagi bagiku jika tanpa ayah.
walau mataku perih dan kering, tetap saja ku paksakan untuk membukakannya dengan sempurna agar aku bisa melihat anugrah tuhan hari ini untukku. pantulan diriku di cermin memanglah mengerikan. dengan wajahku yang pucat dan mataku yang sembap aku terlihat lebih mirip dengan mayat hidup. yah... mungkin benar kata kalimat itu. aku--mayat hidup.
ini adalah hari pertamaku untuk kuliah. ibu memutuskan agar aku tinggal di apartemen dekat kampusku dan aku tidak menolaknya karena ibu akan menjual rumah kami untuk membayar semua hutang yang telah dipindah alihkan menjadi atas nama ny. Lossy Loraine -ibuku-. dan ibu akan membiarkanku hidup sendiri di Amerika dikarenakan bahwa dia akan kembali pulang ke London untuk tinggal bersama nenek-ku. dan mungkin dia akan bekerja disana. entah bekerja sebagai apa.
setelah selesai berkemas, aku pun mencium kening ibu-ku yang mungkin untuk terakhir kalinya tahun ini. dia hanya bisa menjengukku setahun sekali dan mungkin hanya bulan Desember. huh... aku tidak boleh manja, aku harus kuat aaku harus kuat!
"berhati-hati lah sayang! jangan melakukan apapun yang akan membuat hati ibu terluka, ibu akan mengirimimmu e-mail setiap hari. berjanjilah kau akan membalas e-mail ibu" ujarnya memelukku erat
"ya bu, jaga diri mu juga. aku pasti akan merindukanmu, merindukan rumah ini, merindukan... ayah" ujarku tersenyum pura-pura tegar
ibu hanya membalasnya dengan senyuman tegar yang menggetarkan perasaanku. tak kuasa, akhirnya ku jatuhkan lagi kepalaku dalam pelukannya. mencoba memeluknya seerat mungkin dan membuat kenangan yang bisa ku kenang saat kelak aku merindukannya. aku menyayangimu bu! tak ada yang boleh menyakitimu.
YOU ARE READING
Teach Me About The Time (Justin Bieber FanFic|myfirstFF)
FanfictionBerlari... kau belari mencoba menyeimbangi waktu. Kau berlari dengan sebuah dendam yang menyelimuti hatimu. Dendam yang akan terbalas oleh bantuan orang-orang yang kau cintai. Serta kau terlibat dua orang yang mencintaimu dengan cara mereka yang ber...