part 2

135 4 0
                                    

dengan berat hati kulangkahkan kaki-ku untuk yang pertama kali di hari ini dan menjadi yang terakhir kali aku menginjaknya. ku seret koper-ku dengan perlahan. berjalan dengan pandangan mata yang menatap ke arah belakang. kearah ibuku.

dalam hati aku mencoba meyakinkan pada diriku sendiri bahwa aku akan baik-baik saja. begitupun ibu, dan begitupun ayah di surga sana.

hmmm... ku tarik nafasku perlahan dan menghembuskannya seketika. mulai ku alihkan pandanganku kearah depan dan tersenyum simpul saat melihat seorang pria tampan yang juga tersenyum padaku. dia adalah Taylor. pria tampan dan hangat yang telah menjadi sahabatku sejak sebulan yang lalu. aku baru mengenalnya memang, namun pesona dan kepribadiannya mampu membuatku mempercayainya menjadi seorang sahabat. bahkan dia satu-satunya orang yang mau mengantarku ke apartemen baru dekat kampusku hari ini.

"hey, Ale!" sapanya seraya mengambil koper-ku dan segera meletakkannya di bagasi mobil toyota-nya

"terimakasih, tay! kau sudah mau mengantarku" ujarku agak berbasa-basi

"hmm.. baik, tapi pertolonganku tidak lah gratis" ujarnya dengan senyuman nakal

"''apa maksudmu? aku harus membayarnya?"

tak lama Taylor terkekeh pelan. "yaps! tapi aku tak ingin kau membayarnya dengan uang"

"lalu?"

lagi-lagi dia tersenyum nakal padaku. apa sih yang dia mau?

"masuklah! kau akan mengetahuinya nanti" ujarnya sambil membukakan pintu mobilnya untukku

"yah, terserah"

perjalanan dari rumahku menuju kota kecil Oklahoma memanglah agak jauh. dibutuhkan waktu 45 menit untuk menempuhnya. pada saat akhirnya aku sampai disebuah apartemen murah di dekat kampusku.

Taylor seperti biasanya, dia ada disana untuk membantuku. membantuku merapikan semua barang-barangku, menyiapkan segala keperluan kuliahku. kehadirannya di hidupku memanglah sangat memudahkanku.

aku jadi teringat tentang ayah yang selalu ada untuk memudahkan segala yang sulit di dalam hidupku. namun sekarang, mungkin inilah alasan tuhan mengirimkan Taylor dihidupku. untuk menyamai ayah, walau aku tahu ayah tak akan tergantikan.

setelah dua jam kami menghabiskan waktu untuk merapikan segala sesuatu di apartemen ini, akhirnya kami saling menjatuhkan diri di sebuah sofa yang cukup besar dan kuat ini.

"Huh... lihat ototku jadi semakin membesar" ujar Taylor

"entahlah, tapi aku pun merasakan bahwa aku akan memiliki otot sepertimu jika keadaannya seperti ini terus" Taylor tertawa membancah. dan aku hanya bisa terkekeh sambil sesekali masih mencoba menstabilkan pernafasanku

"hahaha... kau akan terlihat hebat dengan abs seperti ini" Taylor membukakan sebagian bajunya dan memperlihatkan abs-nya yang sungguh menawan padaku

aku hanya bisa tersenyum manis dan menawarkan Taylor untuk mencicipi masakanku. dan aku bangun untuk memasak.

"hey.." aku terkejut mendapati lengan besar Taylor yang melingkar di pinggangku

"kau ingat kau harus membayarku?" ujarnya yang lagi-lagi memakai sunggingan senyum yang nakal

"baiklah, dengan apa aku harus membayarmu?" ujarku santai dan mencoba kembali terduduk di samping Taylor

Taylor menatapku dalam. entahlah, tapi perasaanku dia menatapku dengan penuh makna. aku jadi terheran sendiri.

perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajahku dengan penuh pesona yang hampir membuatku--meleleh. dan tangannya kembali melingkar di pinggangku. detik kemudian matanya terpejam dan sedikit dorongan akan membuatnya mencium bibirku dengan lembut. tapi, aku menolaknya. ku dongakan sedikit kepalaku dan membuat deheman yang mampu menyentaknya.

"uhm!" dehem-ku. lantas ia membuka kedua matanya dengan terkejut dan melepas pelukan yang memeluk pinggangku dengan cepat

"Ale, maafkan aku! aku terlalu... terbawa suasana" ujarnya gelagapan

aku pun hanya membalasnya dengan senyuman santai untuk menenangkannya. padahal saat itu aku juga merasakan jantungku yang berdebar lebih cepat dari biasa. tapi aku harus tetap terlihat tenang dan "hahaha... sudahlah tak apa" ujarku

Teach Me About The Time (Justin Bieber FanFic|myfirstFF)Where stories live. Discover now