PT.7 "Behind Us"

1.4K 174 5
                                    

Kring... Kring... Kring...

"Baiklah anak-anak, pelajaran selesai sampai disini. Jangan lupa besok kita punya ulangan. Belajar yang baik, ne!" Kang Sonsaeng, guru Geografi mereka itu sangat bersemangat walaupun kelasnya sudah berakhir. Ya, dia salah satu guru wanita muda di sekolah ini.

"Oh maja. Kau! Hwang Sinb." Suara Kang sonsaeng menghentikan aktivitas murid-murid yang mengemasih barang-barang mereka. "Chukae. Aku melihatmu tadi dilapangan"

Tiba-tiba kelas ramai sengan suara sorakan. Sinb tak dapat menahan malunya. Bahkan gurunya saja tau kejadian tadi. Dia berharap kalau gurunya itu tidak melihatnya sampai akhir. Lebih tepatnya, saat Mingyu mengecup puncak kepalanya di tengah lapangan ketika dia menerima pernyataan cinta sunbaenya itu.

"Berdiri!" seketika itu juga kelas kembali hening dan membuat seluruh isinya berdiri ketika Chanwoo mulai menyiapkan. "Beri salam!"

"Gamsahamnida sonsangnim."

Setelah Kang Sonsaeng keluar kelas, Chanwoo segera menghampiri Sinb di mejanya sebelum anak-anak lain mendahuluinya.

"Sinb-ya, pulanglah denganku hari ini. Jebal hanboman." (tolong sekali saja) Chanwoo memohon dengan sangat karena dia tahu Mingyu mungkin akan mengajak Sinb pulang bersama.

"A-aku... Mingyu sunbae―"

"Aku yang akan bilang padanya. Cepat rapihkan bukumu." Sinb tak dapat menolak lagi. Ia segera merapihkan buku-bukunya dan mengikuti Chanwoo keluar kelas. Tepat seperti dugaannya, Mingyu sudah menunggunya di depan kelas.

Baru saja Mingyu ingin meraih tangan Sinb, Chanwoo menariknya supaya berdiri di belakangnya.

"Sunbaenim, aku tau kau kekasihnya. Tapi biarkan dia pulang dengarku hari ini. Aku janji hanya hari ini. Biarkan dia pulang denganku." pinta Chanwoo tanpa keramahan sedikit pun di wajahnya.

"Kamu tidak papa, Sinb-ya?" Mingyu justru menanyakan Sinb.

"Hm, aku tidak papa. Chanwoo adalah teman dekatku. Jadi, sunbae tidak perlu khawatir." yakin Sinb dengan senyum di bibirnya. Chanwoo tak tahan melihatnya. Ingin sekali ia tarik Sinb menjauh dari hadapan seniornya itu.

"Geurae geurom... gwenchana. Jaga dia baik-baik. Aku duluan." (Baiklah kalau begitu, tidak masalah) Mingyu melambaikan tangannya ke arah Sinb yang dibalas lambaian juga.

Menggelikan, batin Chanwoo. Setelah punggung Mingyu menghilang. Chanwoo langsung melempar tatapan sebal ke arah Sinb. Tapi gadis itu sepertinya tak mengerti suasana hati Chanwoo.

"Huh, kajja kita pulang." Chanwoo melepas genggaman tangannya dan berjalan mendahului Sinb tanpa semangat. Bahkan dari nada bicara saja, ia seperti seseorang yang dapat tiba-tiba pingsan karena kelelahan.

Chanwoo mengentikan laju sepeda motornya di pinggir Sungai Han. Jalanan itu tak pernah sepi. Banyak anak-anak kecil yang asik bermain, berlari-lari seolah mereka tak punya beban hidup. Hanya dengan melihatnya saja membuat Chanwoo iri.

Chanwoo menyodorkan segelas caramel macchiato untuk Sinb dan duduk di sebelahnya. Ia jadi ingat saat terakhir kali kemari. Ia, Sinb dan Moonbin. Dulu hampir setiap sore mereka bersepeda di sepanjang sisi Sungai Han. Ketika kenangan itu berputar, ia menyadari kalau mereka kini sudah tumbuh besar.

"Johani?" (Kau menyukainya?) tanya Chanwoo yang asik memandangi anak-anak tertawa.

"Museun?" (Apanya?)

"Neon... Kim Mingyu... Deiteu..." (Kau, Kim Mingyu, Kencan) Eja Chanwoo berusaha menyunggingkan senyumnya.

"Hmm... ya, lumayan. Tidak seburuk yang aku kira. Kalau kau mengajakku kemari hanya untuk membahas aku dan Bin, lebih baik kita pulang." sindir Sinb yang lebih terdengar seperti candaan. Untuk itu Chanwoo tertawa sebentar. Ya, hanya sebentar untuk mengurangi rasa canggungnya.

Growing Pain | 98 Line  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang