Bolak-Balik

50 4 1
                                    

"Cicil!" geram AE kesal yang hanya direspon Cicil dengan tatapan tanya.

"Ini kenapa diserakin semua?!"

Cicil mengendikkan bahunya, lalu menunjuk ke arah Resep dengan menggunakan dagunya.

"Kamu ...." AE berjalan cepat ke arah Resep sambil menatapnya marah. Resep yang sedang menonton TV sontak menatapnya heran.

"Apa?" tanyanya polos.

AE menunjuk ke lantai yang dipenuhi banyak komik. "Kerjaanmu, 'kan?!"

"Ha? Apaan? Dateng-dateng malah sembarangan nuduh. Enak aja kerjaan aku. Tanya sana sama Cicil. Aku gak tau." Resep kembali memfokuskan dirinya pada TV yang ada di depannya, mengabaikan AE yang kebingungan.

AE kemudian berbalik menghadap Cicil, lalu kembali melihat Resep. Suara embusan napas lelah terdengar.

"Sebenarnya, AE," ujar Resep sembari memakan popcorn, "tadi papa cari komikmu itu, yang edisi ke-27."

"Ha? Papa? Gawat!" Tanpa mempedulikan kebingungan Cicil dan Resep, AE segera berlari ke kamar ayahnya.

"Pa!" panggilnya sambil menggedor pintu kamar sang papa.

Namun, sama sekali tak ada yang menyahut. Seseorang menusuk-nusuk punggungnya dengan satu jari.

"Kamu kenapa berdiri di depan kamar papa, AE?"

AE berbalik dan langsung menyerbu papanya dengan berbagai pertanyaan.

"Papa ambil komik itu? Yang edisi ke-27? Kenapa papa buat semua komiknya berserakan begitu? Kenapa pula--"

"Sst, sst, diam dulu, AE," potong papanya, "tadi, Pepero yang minta."

"Pepero? Wah! Gawat! Haduh! Bakalan abis lagi nih komik aku." AE segera berlari ke kamar Pepero dan menggedor pintunya dengan keras.

"Pepero! Pepero! Pepero!" Sudah beberapa kali di panggilnya, namun tidak ada jawaban. AE kembali melesat ke kamar Cicil.

"Cil, lihat Pepero gak?" Cicil yang memang tidak tahu hanya bisa menggedikan bahunya membuat AE kembali melesat tak tentu arah.

"Resep, si AE ngapain, sih? Dari tadi kulihat, dia mondar-mandir aja," tanya seorang gadis yang baru saja keluar dari kamar mandi, Pepero.

"Itu." Resep menunjuk ke arah komik AE yang berantakan. Pepero mengangguk paham.

"Ah! Di sini kamu rupanya, Pepero!" seru AE yang tampaknya sudah kehabisan napas, akibat bolak-balik sedari tadi.

"Kembalikan komikku!"

"Komik apaan? Aku gak ambil komikmu." Pepero mengerutkan kening karena bingung. AE mendengus keras.

"Kalian semua mengerjaiku ya?" tanyanya kesal. Tentu saja ia kesal. Sejak pulang sekolah ia dilempar ke sana dan ke mari.

Pepero mengangkat tangannya, setelah menyampirkan handuk di bahunya. "Aku benar-benar gak ambil. Coba tanya mama. Biasanya, kan, mama yang serakin semua itu."

"Gak mau. Tadi aku tanya Cicil, Cicil bilang Resep. Aku tanya Resep, Resep bilang papa. Aku tanya papa, papa bilang Pepero. Terus aku nanya Pepero, Pepero bilang mama. Kalian semua mau ngerjai aku, 'kan?" ucap AE dalam sekali tarikan napas.

Menghentakkan kakinya kesal, lalu berjalan keluar dari rumah, meninggalkan Pepero yang melongo melihat kemarahannya.

Mamanya keluar dari arah dapur, lengkap dengan celemek dan spatula di tangan.

"Pa, Sep, Cil, Per, kalau si AE cari komiknya, bilang aja, ada sama mama, ya."

Usai mengatakannya, semua orang melongo sejenak. Setelah sadar, gelak tawa mengisi seluruh ruangan itu.

"Lho? Kok ketawa?" tanya Mama bingung. Cicil berusaha meredakan tawanya, namun tidak berhasil.

"Ekhm ...." Papa berdeham untuk mengusir rasa geli di tenggorokannya.

"Jadi, gini Ma ...." Pepero pun menceritakan semuanya.

***

Played by: Lviina and DreyLa06.

Author's Daily StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang