Dwina Mahendra-keturunan Dewi Aprodhite dan Zeus-dikabarkan sedang mereparasi otaknya dengan cara clear data. Otaknya yang mampu menerima materi dari 50 buku ensiklopedia itu sudah nyaris penuh. Dia diharuskan untuk membuang sampah dan beberapa virus.
Tetapi, Zeus melarang Dwina untuk melanjutkannya saat ia sudah menghapus setengah dari virus dan sampah tersebut. Alhasil, Dwina kehilangan setengah dari ingatannya yang sangat penting untuk kehidupan masyarakat Roma.
Dewi Aprodhite bahkan sempat menangis tiada henti-namun tetap cantik-saat mengetahui anaknya terjangkit penyakit baru, Amseneasia. Kata tabib setempat, penyakit ini adalah sejenis penyakit hilang ingatan, tapi bukan.
Amseneasia dapat membuat si penderita bermimpi buruk pada malam hari, lupa ingatan pada saat tertentu, dan merasa seperti seluruh tubuh remuk pada saat yang bersamaan.
Dewi Aprodhite dan Zeus tidak memiliki jalan lain lagi selain mengembalikan ingatan Dwina seperti semula. Apalagi penduduk Roma yang dikejutkan tentang berita kehamilan Dwina. Saat ditanya dari mana asal berita tersebut, semua warga menjawab bahwa Dwina sendirilah yang mengatakannya.
Saat ditanya oleh Dewi Aprodhite dan Zeus, Dwina mengernyit bingung dan terus memikirkan, kapan dia mengatakannya pada publik? Dan ... siapa ayahnya? Zeus mendesah pasrah melihat putrinya yang masih mengernyitkan kening dalam-dalam. Ia kembali memanggil tabib dan memerintahkan tabib tersebut agar menyembuhkan Dwina.
Namun, seluruh tabib yang didatangkan menyerah dengan penyakit tersebut-karena sampai saat ini, obat untuk menyembuhkan penyakit tersebut sama sekali belum ditemukan. Akhirnya, Zeus memutuskan untuk menjedotkan kepala putrinya ke baja.
Dewi Aprodhite berteriak histeris saat melihat darah mengalir dari pelipis putri semata wayangnya. Sama halnya dengan Zeus yang menatap tangannya tak percaya. Dwina terkulai lemas dan tak sadarkan di lantai marmer dengan darah yang terus mengalir. Dengan sekali sentakan, Zeus memindahkan tubuh putrinya ke atas tempat tidur dan berteriak pada para dayang untuk segera mengobati putrinya.
Tak berapa lama kemudian, Dwina terbangun tapi dia tidak berteriak histeris. Dia menjulurkan lidahnya-mencicipi rasa darah yang mengalir dari pelipisnya. Zeus dan Dewi Aprodhite yang melihatnya menganga tak percaya.
Dwina menatap sengit sang ayah kemudian mengomel karena darahnya-yang dianggapnya selai-tidak manis dan strawberrynya tidak berasa. Zeus dan sang istri langsung mengulum senyum karena menemukan anaknya telah kembali. Bahkan sangking senangnya, Zeus mengabaikan putrinya yang terus menjilati darah tersebut.
Kini, seperlima bagian dari ingatan yang hilang telah kembali. Namun, berita kehamilan yang disebarkan Dwina tak kunjung surut dan malah semakin meluas. Semua rakyat Roma menggosipkan Dwina, sedangkan Dwina yang digosipkan malah merasa senang.
Lagi-lagi, Zeus dan Dewi Aprodhite merasa cemas dengan putri mereka-karena Dwina mulai melakukan hal-hal yang tak wajar. Apalagi kini Dwina tengah memakan bunga mawar yang baru saja ditanami oleh tukang kebun.
Sebelum memakan bunga mawar tersebut, Dwina sempat membolongi setiap atap istana dengan giginya. Sepersekian detik berikutnya, Zeus pingsan di sudut kamar karena melihat tingkah putrinya.
Dewi Aprodhite yang melihatnya terus saja menggelengkan kepalanya-frustasi dengan kelakuan putri semata wayangnya yang mulai tidak waras. Dia mulai memikirkan, apa jadinya jika dia kembali menjedotkan kepala putrinya pada baja itu.
Karena Dewi Aprodhite tidak punya pilihan lain, ia pun melakukan hal yang sama; menjedotkan kepala putrinya untuk kesekian kalinya. Alhasil, darah kembali mengalir dari pelipis Dwina yang belum sembuh sepenuhnya lalu pingsan.
Saat Dwina sadar, ia langsung menjerit histeris yang membuat Zeus beserta Dewi Aprodhite langsung berlari ke kamarnya. Ketika sampai di sana, mereka disuguhkan pemandangan yang membuat mereka terharu. Dwina menunjuk-nunjuk ke arah bawah jendela kastil dan berteriak bahwa anaknya yang baru saja lahir, telah jatuh dari atas kastil.
Tangis Dewi Aprodhite kian parah. Sedangkan Zeus, terus saja menghembuskan nafas berat-badannya terasa remuk semua.
Dwina terus saja menangisi 'anak'nya yang terjatuh dari atas jendela kastil-padahal, hanya setangkai bunga mawar yang terjatuh.
Akhirnya, 'anak'nya dimakamkan di taman makam pahlawan. Namun tiba-tiba, Dwina melompat dan tertawa senang. Saat ditanya mengapa, Dwina menjawab bahwa anaknya terbang dan melambaikan tangan ke arahnya.
Seluruh dewa di Olympus yang melihat Dwina, merasakan sebersit rasa iba di dalam hati mereka. Dewi Aprodhite terus saja bersedih, hingga Zeus pun melakukan segala cara untuk menyembuhkan anaknya. Zeus berinisiatif untuk mengadakan sayembara. Bagi siapa yang dapat menyembuhkan Dwina, akan ia jadikan sebagai mantunya.
Semua pemuda berusaha untuk mencari cara supaya Dwina bisa sembuh, namun hasilnya nihil; tak ada seorangpun yang dapat menyembuhkannya. Hingga, pada suatu hari, seorang gadis dari desa kecil datang ke kastil sambil membawa palu. Dia berkata bahwa dia dapat menyembuhkan Dwina dengan palu itu.
Zeus, Dewi Aprodhite, dan seluruh penghuni kastil itu menganga-tak percaya saat Dwina kembali menjadi normal hanya dengan ketukan kecil pada baja dari palu itu.
Zeus pun merasa berterimakasih, namun ia tak mungkin menjadikan gadis itu mantunya, bukan? Seakan gadis itu mengerti dengan pemikiran Zeus, ia berkata, "Maaf, tapi saya bukan lesbi."
Zeus pun hanya mengangguk mengerti.
"Tapi, saya punya seorang saudara laki-laki yang tampan. Jika anda berkenan, maka terimalah saudara saya agar menjadi mantu anda," lanjut gadis kecil itu seraya menundukkan kepala-sebagai rasa hormat ke pada Zeus.
"Lalu, di manakah keberadaan kakakmu sekarang, Nona Kecil?" sahut Dewi Aprodhite. Gadis itu mengembuskan napas pasrah seraya menggedikkan bahu.
"Saya tidak tahu. Saudara saya hanya meninggalkan pesan bahwa ia akan pergi ke dunia bawah."
Zeus kembali menganggukkan kepalanya. "Siapa nama saudaramu?" tanya Zeus penasaran.
"Hades, namanya Hades." Jawaban gadis itu membuat Zeus bergeming di tempat.
"Aku tau hubunganmu dengan Hades tak pernah baik. Tetapi janji tetaplah janji. Kau harus menikahi putrimu dengan saudaraku." Zeus terperangah. Sebagai Dewa penguasa langit, tentu saja ia bukan pengingkar janji.
Akhirnya, dengan pasrah, Zeus pun menikahkan Dwina dengan Hades. Mereka bahagia selamanya.
-TAMAT-
P.s. : cerita ini adalah cerita yang paling ngakak di antara semuanya.
P.s.s. : played by amalidyah, Korokoro9, and DreyLa06.
KAMU SEDANG MEMBACA
Author's Daily Story
Cerita PendekBerisi tentang cerita-cerita sampingan yang dibuat oleh para member AUTHOR saat sedang tak ada kerjaan. Cerita ini: - Banyak ngelantur - Gaje pastinya - Tak beralur Happy reading!