Dua

78 6 3
                                    

"Heh ngapain lo nangis disini? Dasar anak cengeng!" Ujar lelaki berkumis tipis yang duduk sebelahnya.

"Bukan urusan lo!" Bentak Dwita membuat lelaki bernama Dika itu terkekeh.

"Gue bilang apa? Pacaran sama Most Wanted-nya sekolah itu banyak makan hati" Tercetak sebuah senyuman puas dibibirnya.

"Berisik! Pergi sana!" Dwita mengusir Dika namun lelaki itu sama sekali tidak menghiraukannya. Dari kejauhan terlihat Rurin menghampiri dengan langkah cepat.

"Dwi kamu ga kenapa-napa kan? Tadi aku liat wajah Rendi kayanya kusut banget. Kalian bertengkar gara gara cewe itu?" Selidik Rurin.

"Kamu benar. Dan akhirnya kita putus" Jawab Dwita dengan nada suara yang melemah.

"Hah? Serius? Sumpah demi apa?" Rurin menatap Dwita dengan tatapan tidak percaya. Karena hubungan Dwita dan Rendi sudah terhitung lama. Berbeda dengan Rurin, Dika menampilkan senyum kemenangan.

"Lo serius Dwi? Yes!"

"Berisik lo!" Teriak Dwita.

"Kalo gitu sekarang gue free buat deketin lo dong?" Dika tersenyum lebar menampakkan deretan gigi putihnya.

"Gue bilang berisik!" Nada bicaranya lebih tinggi dari sebelumnya di sertai tatapan mata yang mematikan.

"Oke bawel!" Riko membalas tatapan Dwita dengan senyuman penuh arti. Tanpa mereka sadari Rurin tengah di selimuti rasa cemburu.

♥ ♥ ♥

Seperti biasa setiap hari sabtu Dika mengikuti ekstrakulikuler basket. Latihan kali ini tidak di lapangan depan halaman sekolah melainkan gedung olahraga yang berada di kawasan halaman belakang.

Dika memasuki pintu masuk terlihat Rendi seorang diri yang tengah bermain basket dengan kasar. Ia menumpahkan emosinya melalui bola yang tengah ia lempar kesana kemari tanpa tentu arah. Ia menyesal telah memutuskan hubungan yang tengah selama 2 tahun ini ia jalani bersama gadis berambut sebahu itu. Saat Rendi melempar bola ke arah ring tembakannya meleset dan mengarah ke kediaman Dika yang berada di tepi lapangan. Beruntung Dika dengan sigap dapat menangkap bola yang hendak mendarat tepat di wajahnya. Ia menatap tajam Rendi. Kemudian menjatuhkan menjatuhkan ranselnya sebelum mengahampiri Rendi.

"Kenapa? Lo nyesel udah mutusin Dwita heh?" Tanya Dika seraya menarik sebelah alisnya. Rendi menggeram. Ia menatap tajam ke arah Dika.

"Apa maksud lo?!" Rendi menarik baju baju bagian atas Dika.

"Meskipun lo kakak gue tapi gue gak rela ngeliat lo ngehancurin hati Dwita!" Tegas Dika.

"2 tahun yang lalu gue rela ngebiarin lo buat milikin Dwita. Selama ini gue rela nahan sakit hati setiap ngeliat lo bareng Dwita. Sesuai janji gue gak pernah ganggu kebahagiaan kalian. Tapi apa? Lo gak pernah bisa tepatin janji lo! Dan sesuai kesepakatan sekarang lo udah gak bisa ganggu Dwita lagi!" Lanjutnya kemudian.

"Janji? Kesepakatan apa?!"

"Lo lupa heh? Kalo lo gak bakal bikin Dwita nangis. Kalau sekali ngelepas Dwita maka lo akan kehilangannya. Kini giliran lo harus rela melihat gue bahagia bersamanya!" Riko menegaskan kalimat terakhirnya.

"Sialan!" Rendi mengepalkan tangan dan bersiap melayangkan tinju di wajah adiknya namun pertengkaran mereka segera dilerai oleh teman-teman yang menghampiri lapangan.

"Arrgghhhh!!!!" Rendi mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.

♥♥♥

Sepulang sekolah Dwita mengurung diri di kamar menangisi hubungannya bersama Rendi yang sudah berakhir.

"Gue benci! Gue benci Rendi!!!" Teriak Dwita di sela-sela tangisannya.

Ia melempar kasar pas foto yang terpajang diatas meja belajarnya. Foto dirinya dan Rendi yang diambil saat mendatangi olimpiade basket se-provinsi yang dimenangkan oleh tim Rendi. Di foto tersebut keduanya sangatlah terlihat romantis. Dwita sangat menyayangi Rendi bahkan selama ini ia begitu bangga karena dapat menjalin hubungan dengan kakak kelas yang dicap sebagai lelaki tertampan yang menyandang sebagai kapten basket di sekolah. Banyak siswi yang iri melihat kemesraan keduanya. Namun kini semuanya telah berakhir.

♥♥♥

Keesokan harinya Dwita tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Saat istirahat Rendi yang belum melihat kehadiran Dwita mencoba mencarinya ke kelas XI-3 jurusan Ips. Ia merasa khawatir akan keadaannya setelah kejadian kemarin.

"Rurin ada yang manggil!" teriak Indra ketua murid kelasnya yang tengah berdiri di ambang pintu kelas.

"Siapa?!"

"Sini aja!" Setelah itu Indra pun pergi keluar kelas. Dengan malas Rurin bangkit dari tempat duduknya.

"Ada apa?" Tanya Rurin bersikap dingin kepada Rendi.

"Dwita kemana? Dari tadi aku belum ngeliat dia" Sangat jelas Rendi terlihat khawatir. Ia sangat menyesalkan keputusannya kemarin.

"Mau apa nyariin Dwita? Bukannya kamu udah punya siapa tuh? Hem.. Oh ya Citra!" Rurin menatap sinis Rendi.

"Semua ini cuma salah faham. Aku sayang sama Dwita. Aku menyesal dan aku ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin kita memulainya dari awal"

"Buat apa menyesali semuanya? Bukannya lo yang udah memutuskan semuanya? Udahlah terima aja keputusan lo itu!" Entah sejak kapan Dika sudah berada diantara keduanya.

"Lo gak usah ikut campur!" desis Rendi.

"Apa hak lo ngelarang gue?" Tanya Dika sinis.

"Lo gak punya sopan santun banget! Gue kakak lo!" Rendi mencoba mengingatkan.

"Peduli apa lo soal itu!" Dika menegaskan.

Sejak mereka berusia 10 tahun orangtuanya bercerai dan mereka berpisah. Dika mengikuti ibunya sementara Rendi memilih pergi bersama Ayahnya.

Rurin yang menyadari suasana mulai terasa panas diantara kedua bersaudara ini mencoba memisahkan sebelum terjadi pertengkaran yang hebat.

"Rendi lebih baik kamu pergi dari sini dan Dika ayo masuk ke dalam!" Melihat keduanya masih saling menatap dengan tatapan membunuh akhirnya Rurin menarik tangan Dika secara paksa ke dalam kelas.

♥♥♥

Hai readers!

Aku pilih Ari Irham yang sebagai Rendi bukan karena aku termasuk salah satu fans berat nya cuma aku nyari artis yang wajahnya mirip Byan Domani end then akhirnya ketemu deh. Ya walaupun gak bener-bener mirip sih.

Maaf ya kalo ceritanya pasaran😔 tau kok kalo cerita yang adik kakak suka sama orang yang sama itu udah banyakkan? Tapi gapapalah ya hehe😂

Jangan berhenti sampe di sini, lanjutkan baca nya yes?!

Always Love You (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang