Chapter 8

1.7K 234 122
                                    

"Kau hebat."

"Tidak, itu hanya kebetulan." Aku terkekeh lalu membuka seragam tentaraku menyisakan kaus putih tanpa lengan di tubuhku.

Aku menoleh ke arah Harry yang ternyata sedang melihatku tanpa berkedip. Hei? Ia sedang melihat apa?

 Hei? Ia sedang melihat apa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Harry?"

"Ya Casey?"

Aku memiringkan kepalaku menatapnya heran. Ia tak mengubrisku dan langsung menoleh kan kepalanya ke sembarang arah. Tiba-tiba aku teringat saat latihan tadi Harry tidak memakai senapanya melainkan hanyalah pistol. Mungkin aku harus menanyakanya. "Kulihat tadi kau hanya memegang pistol, kenapa?"

"Senapanku sedikit bermasalah. Aku kurang beruntung saat memilihnya."

Aku terkekeh. Tubuh Harry sudah sedari tadi berkeringat. Hingga akhirnya, satu persatu ia membuka kancing seragamnya lalu menaruh bajunya di atas pundak. Oh sialan, lagi-lagi aku harus melihatnya tanpa baju.

"Mau kuceritakan tentang bertapa lucunya Louis semalam?" Ujarnya membuatku mengernyit.

"Maksudmu?"

"Ia berteriak saat unta yang ia sedang potong tiba-tiba lari dengan darah yang bercucuran."

Bibirku berkedut. "Kau bercanda."

"Tidak, dan kau tahu? Louis langsung berteriak dan menyebutkan namamu Casey." Ujar Harry dengan senyuman miring.

Aku mengkerutkan dahi. "Menyebut namaku?"

"Dia bilang padaku unta itu mirip denganmu. Tidak bisa diam walaupun sudah banyak darah ditubuhnya."

Mendengarnya, fikiranku langsung melayang beberapa tahun yang lalu saat aku pertama kali menjadi seorang tentara di Amerika. Aku berlatih mati-matian agar dapat diakui oleh tentara lain jika aku bisa menjadi tentara yang semestinya tanpa membawa nama besar ayahku. Saat itu hanya Louis yang menyemangatiku dan terus membimbingku untuk latihan. Dan saat aku sedang berlatih digudukan tanah untuk merayap, tanganku banyak terkena rantai tajam sehingga beberapa lenganku mengeluarkan darah. Tetapi karena tekadku sudah bulat, berdarah seperti itu bukanlah hal besar. Dan malah Louis lah yang paling khawatir dan menyuruhku untuk berhenti, namun aku langsung menolaknya dan terus melanjutkan latihan. Walaupun dengan keadaan berdarah sekalipun.

Aku terkekeh. "Kejadian itu sudah beberapa tahun yang lalu."

"Kejadian apa?"

"Saat itu aku sedang melaksanankan latihan bersama Louis. Dan yeah, tubuhku sudah banyak mengeluarkan darah tetapi aku masih melanjutkan latihanku dan tak menghiraukan Louis yang sudah mencegahku untuk berhenti."

Aku tersenyum lalu menoleh kearahnya. "Aku hanya tidak suka jika tentara lain menganggapku hanyalah seorang anak yang memanfaatkan sesuatu dari ayahnya. Aku ingin menunjukan kepada mereka jika aku bisa jadi seorang tentara tanpa jabatan ayahku. Dan puji tuhan, aku berhasil."

Trapped In War [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang