Chapter 20

1.3K 154 99
                                    

Perbatasan Baghdad dan Cordoba
20:30 AM.
Zayn malik.

Kami masih dalam perjalan balik menuju markas. Penyerangan mendadak kami cukup berhasil dengan di temukanya beberapa puluhan senjata dan alat peledak. Menghembus nafas lega, kini ada sedikit hal yang menjadi kekhawatiranku. Pertama, Mama dan Kazim, mereka sedang di tawan di dalam mobil yang sedang ku bawa. Dan kedua, Tentara Amerika yang tempo lalu ku selamatkan. Walaupun hanya satu, namun ada yang sedikit janggal di pikiranku.

"Zayn."

Aku menoleh dan melihat Hanes di sampingku. ia adalah penembak jitu di perkumpulan kami. Ia memang jarang menunjukan batang hidungnya, namun percaya atau tidak, kau bisa mati tanpa melihat wajahnya.

"Kau masih menyimpan rokok?"

Aku mengangguk lalu memberikanya sekotak rokok yang masih tersisa beberapa batang. Ia mengambilnya lalu menaruh kembali kotaknya di atas dashboard. Hanes menyalakan putung rokoknya dan melihat ke luar jendela.

"Kurasa Tuck sudah gila." Tukas Hanes seraya menghembuskan asapnya.

"Ada apa?"

"Ia berniat meng-hack satelit milik militer Amerika."

Aku terkekeh. "Kurasa ia membutuhkan seorang psikiater."

Hanes tertawa singkat lalu menghisap rokoknya kembali. "Ya, dia membutuhkanya."

Tak lama ia mengeluarkan sebotol alkohol dari dalam dashboard lalu meminumnya. Dalam hati aku tersenyum. Jika Hanes mabuk, aku akan dengan mudah membawa Mama dan Kazim pergi dari sini. Kurasa di dekat-dekat sini terdapat beberapa permukiman warga yang sedang mengugsi.

"Alkohol?"

"Tidak terimakasih."

Hanes terkekeh dan kembali meminum alkoholnya. "Ada apa Zayn? Kau tak mau meminum alkohol murahan?"

Aku menggeleng dan tersenyum miring. "Aku sedang menyetir brengsek."

"Ah ya menyetir, alasan klasik jika seseorang menolak alkohol."

Hanes tertawa lalu menghisap rokoknya. Merasa putung nya sudah terbakar setengah, ia langsung membuangnya dan kembali meminum alkoholnya.

Hanes sudah hampir menghabiskan dua botol alkohol. Mulutnya sudah bergumam tak jelas. Aku menggoyangkan tubuhnya namun ia hanya terdiam dan mengeluarkan suara dengkuran. Alright Zayn, sekarang waktunya.

Mobilku berada di urutan paling belakang. Mobil Tuck dan yang lainya sudah melesat cukup jauh di depanku. Dirasa sudah aman, aku langsung memutar balik mobilku dan menuju pemukiman warga yang tak jauh dari jalanan aspal ini. Oh tuhan, semoga saja pemukiman itu masih ada.

Tak banyak yang ku temui di jalan ini. Hanya ada lautan padang pasir yang membentang luas dan beberapa kota kecil yang sudah hancur porak poranda. Batinku meringis melihat pemandangan ini. Apakah semua ini karena ulah kami?

Aku menggelengkan kepalaku dan berusaha tetap fokus. Waktuku tak banyak,dan jika ada salah satu teroris yang melihatku, aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Oh mungkin saja aku tak akan bisa melihat indahnya dunia lagi.

----

Cawsie Delmanof.

Hampir dua jam kami hanya terus berjalan. Lusuh, lelah, gelisah, sudah melekat pada tubuh dan fikiran kami. Sampai saat ini, aku masih tidak bisa membayangkan bagaimana ketakutan Ayse dan terlebih lagi dengan Kazim. Mereka tak seharusnya mengalami ini, mereka tak bersalah. Sial! persetan dengan apapun!

Trapped In War [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang