6. Hujan

2K 152 32
                                    

Berjalan ditengah hujan membiarkan segala airmata
membasahi wajah cantiknya, pakaian yang gadis itu
gunakan sekarang basah bahkan terasa dingin namun
gadis bernama lengkap Lee Hana tidak menghiraukan
betapa menyedihkan dirinya sekarang.
Orang-orang mencari tempat perlindungan dari hujan
agar tidak membasahi tubuh mereka namun tidak dengan
Hana. Ia benar-benar tidak mempersalahkan jika ia akan
sakit besok, dirinya sudah lelah!
Hana lelah berpura-pura baik-baik saja!
Hana lelah dengan rasa sakit yang ia rasakan!
Hana lelah...
Hana sudah mencapai dititik seharusnya ia akan
berhenti, benar-benar berhenti dan membuang jauh-jauh
hatinya untuk pria yang telah ia sukai.
Ia dengan bodohnya menjatuhkan kembali hatinya walau
ia sudah tahu bahwa hati Jeon Jungkook tidak berpihak
padanya, masih mementingkan tentang perasaan Hyura?
Bahkan Hyura tidak memikirkan perasaan Hana!
Haruskah dan masihkah Hana mementingkan perasaaan
orang? Bahkan orang yang Hana pikirkan tentang hati
mereka tidak memikirkan hati Hana sendiri.
Hana egois?
Lihat? Betapa baiknya Hana? Betapa banyak Hana harus
bertahan tanpa ada perlawanan dari dirinya.
Hati seorang Hana tidak seperti besi ataupun baja,
berapa keras benturan tidak akan terasa sakitnya.
Berdiam diri dan berusaha menguatkan diri sementara
seseorang yang telah membuat hati Hana hancur tidak
memikirkan dirinya. Hana tidak tahu itu.
Hana lelah memikirkan perasaan orang lain.
Teman? Sahabat? Haruskah Hana mengatakan jika
mereka tidak ada dalam hidupnya?
Menyakitkan sekali, mencintai sahabat sendiri seperti
menyiram daun mati yang tidak akan pernah hidup
kembali.
Hana sudah pernah mengatakan hal ini, 'Aku tidak
meminta Jungkook untuk membalas perasaanku
Cukup dengan bersama dirinya tanpa ada rasa sakit. Itu
saja'
Langkah yang terkesan pelan bahkan sepatu yang
bermerek adidas yang ia gunakan terlihat berat saat ia
langkah-kan kakinya. Tidak peduli dengan ponsel Hana
yang mungkin sudah rusak karna terkena air hujan, tidak
peduli betapa khawatir orang tua Hana di rumah.
Hujan berhenti
bukan!
Hana mendongak menatap sesuatu di atas kepalanya,
payung!
Hana membalik-kan badannya demi melihat siapa pemilik
payung itu.
Hana lantas memeluk erat setelah ia tahu siapa yang
melindunginya dari hujan. Kim Taehyung!
Pria yang selalu menyiapkan pundaknya untuk Hana,
membiarkan pria itu mendengarkan isi hati Hana.
"Hiks..hiks.."
Tangisan Hana meledak, Hana benar-benar membutuhkan
seseorang yang bisa ia peluk. Taehyung adalah orang
yang Hana butuhkan saat ini. Karan ia mengerti Hana..
"Menangislah, aku akan tetap bersamamu."
Usapan lembut pada punggung Hana, pria itu dapat
merasakan getaran pada tubuh Hana karna kedinginan.
Membiarkan gadis itu memeluknya..
"Tenanglah,"
"Aku tidak tahan, aku benci dengan hatiku!! aku benci
dengan perasaan ini!!!"
"INI SEMUA BUKAN SALAHMU!!"
Diam! Hana diam setelah mendengar bentak-kan dari
Taehyung. Emosi yang memuncak dari Taehyung,
"Maaf.."
Taehyung perlahan membawa Hana kembali kedalam
pelukannya, Taehyung akan baik-baik saja jika Hana
baik-baik saja. Namun, jika Hana merasakan sakit
Taehyung akan merasakan hal itu juga.
Taehyung sadar ia bukanlah pria yang dicintai Hana
tapi? Apakah salah jika Taehyung mencintai Hana?
Taehyung akan mempertahankan cintanya walau
sebenarnya Hana... tidak mencintainya.
Taehyung membawa Hana untuk masuk kedalam mobilnya
yang tidak terlalu jauh dari arah mereka.
.
Hana dan Taehyung telah sampai didepan pintu
apartemen, langkah kaki Hana kian sangat linglung
dengan wajah yang pucat pandangannya mulai mengabur
lalu tidak sadarkan diri.
Otomatis membuat Taehyung terkejut dan segera
menggendong membawa Hana untuk berbaring
dikamarnya. Tubuh Hana hangat, ia demam.
Taehyung sejenak menghela nafas lalu mengambil baju
gantinya lebih dulu, baju yang ia gunakan sebelumnya
tadi telah basah karna pelukan dari Hana.
Taehyung tidak mempersalahkan itu, ia ingin cepat-cepat
mengompres kening Hana agar panasnya menurun.
Setidaknya seperti itu.
.
"Aah~"
Pria itu tersenyum kala melihat gadis yang tadi tidak
sadarkan diri kini terbangun. "Aku dimana?"
"Kau diapartemenku,"
Hana menatap lamat Taehyung, mau bagaimana pun pria
yang telah ia sakiti itu masih mau berkorban untuk
dirinya. Seharusnya ia menyadari itu, Hana memeluk
Taehyung memebenamkan wajahnya di dada bidang pria
yang tadi menolongnya dari hujan dan petir.
"S-siapa yang mengganti pakaianku?"
Hana rupanya baru sadar dengan penampilan-nya saat
ini. "Ahjumma yang berada di apartemen sebelah, aku
meminta tolong padanya! Karna tidak mungkin jika aku
yang mengganti pakaianmu,"
Hana menghela nafasnya lega, "Terimakasih atas
kebaikanmu."
Hana bersyukur karna masih ada Taehyung yang
bersamanya walau dirinya sudah menyakiti Taehyung.
-
Pagi yang indah, Hana terbangun dari tidurnya melihat
sekelilingnya. Hana baru menyadari bahwa sekarang ia
bukan berada dikamarnya. Hana lantas menepuk jidatnya
lalu bangkit dari ranjang besar milik Taehyung.
"Eoh~ Kau sudah bangun?"
Pemandangan pertama saat Hana membuka pintu kamar,
itu adalah Taehyung yang membawa piring yang berisi
makanan.
"Kau pasti lapar?" Ucapnya, tidak membalas dengan
ucapan Hana mengangguk lalu melangkah mengikuti
Taehyung menuju meja makan.
"Aku ingin berangkat sekolah hari ini!"
"Tapi, kau harus istirahat dul-"
"Aku baik-baik saja.."
Taehyung terdiam lalu mengangguk menatap Hana yang
mulai sibuk dengan makanan yang ia buat.
.
* Jeon Jungkook POV *
Aku berjalan dengan tas yang aku gendong, ponsel yang
sedari tadi terus saja ku mainkan untuk menelpon Hana.
Dirumah, tidak ada Hana? aku tidak bisa tidur sedari
tadi malam.
Memikirkan dirinya, apakah Hana melihatku atau tidak?
namun aku tahu Hana pasti berada ditempat yang tidak
jauh dariku semalam ketika ditaman.
Aku mengerutuk kesal, seharusnya kejadian tadi malam
tidak harus terjadi!
[Flashback On]
Aku duduk ditaman dengan ponsel yang aku pegang
sedari tadi, menanti pesan dari Hana.
TRING~
Aku segera mengecek ponselku.
From : Lee Hana^
( Nde, aku akan segera sampai. Sampai ketemu.. )
Aku tersenyum lalu menyimpan kembali ponselku, aku
hanya tinggal menunggu. Setangkai bunga mawar dan
boneka kelinci berada dipeluk-kan ku.
"Jungkook? kau'kah itu?"
Aku menoleh, aku pikir itu adalah Hana yang membuat
senyumku kian melebar. Shin Hyura!
Gadis itu duduk disampingku, "Eoh~ Untuk siapa? untuk
ku yaa?"
Aku terkekeh, "Bukan, ini untuk Hana."
"Ooh~ aku pikir bunga dan boneka itu untuk ku,"
"Jungkook.."
Aku menautkan alisku karna mendengar panggilan dari
Hyura, ia menatapku. "Aku sebenarnya sudah lama
menahan in-"
Aku merasakan bibirku menempel pada bibir Hyura, cukup
lama karna aku terkejut. Mataku melebar, detik
kemudian aku memaksa tubuhku untuk menjauh dari
Hyura karna tidak mungkin jika aku mendorongnya. Hujan
turun, Aku segera menyebarkan pandangan-ku keseluruh
tempat untuk mencari Hana. Sekilas aku melihat
seseorang yang berlari lalu tidak terlihat lagi.
"Jungkook, kau mau kemana?" Aku menatap Hyura
sebentar, "Lepaskan!"
[Flashback Off]
"Maafkan aku Hana-ssi.."
* Author POV *
"Kau benar baik-baik saja?"
Taehyung tampak khawatir karna melihat wajah pucat
Hana. Saat ini mereka sedang berada di koridor sekolah,
sebelum berangkat tadi Hana kembali kerumah untuk
mandi dan mengganti pakaian-nya dan untungnya
Jungkook sudah berangkat lebih dulu jadi Hana bisa
bernafas lega.
Hana mengangguk lalu tersenyum, "Haruskah aku
membiarkanmu sakit? karna jika kau seperti ini, aku bisa
selalu disampingmu."
"Kau bicara apa, sih?"
"Aah~ Aniya.."
"HANA!!!"
Teriakan yang begitu familiar yang membuat Hana
menoleh, Jeon Jungkook.
Wajah datar terlihat jelas pada wajah Hana. Haruskah ia
tersenyum jika hatinya masih sakit?
"Kau!! Kau sedang apa bersama Hana?!"
Jungkook menarik kasar kerah baju Taehyung yang
membuat pria itu menatap datar. "Lepaskan, Taehyung!!"
Hana mendorong kasar tubuh Jungkook yang membuat
pria itu menatap Hana heran.
"Hana... kau kenapa?" Ucap Jungkook. "Kau masih
menanyakan aku kenapa? aku tidak habis pikir dimana
letak otakmu,"
"Menjauhlah dariku!"
Merasa lega, Hana segera melangkah pergi meninggalkan
dua orang pria ditempat itu. "Berhentilah menyakiti
Hana," Celetuk Taehyung lalu ikut pergi menyusul Hana.
Jungkook menundukan kepalanya.
.
Ini sudah jam pertama masuk dan Hana masih tidak
berbicara pada Jungkook.
Hingga bel istirahat berbunyi, Hana membereskan alat-
alat belajarnya lalu menyimpan-nya kedalam tas.
Hana bangkit lalu melangkah pergi, menolak makan
bersama. Hana ingin sendiri saat ini, membawa ponselnya
untuk mendengar musik. Menenangkan hatinya dengan
mendengar beberapa musik ballad.
Hana lelah dengan kehidupan-nya yang seperti di drama
yang sering ia tonton ketika bosan.
Percintaan yang begitu rumit, jika bisa.. Hana ingin lekas
menghapus perasaan-nya tanpa ada rasa sakit yang
harus ia rasakan lagi.
Hana berdiri memandang pemandangan dibawah yang
begitu indah menurutnya, dari rooftop itu ia bisa
merasakan hembusan angin yang sejuk menyapa dirinya.
"Kau kenapa?"
Kegiatan Hana terhenti ia memejamkan matanya lalu
berbalik menatap gadis yang dulunya adalah Teman akrab
dikelasnya.
"Apa urusanmu?"
"Aku hanya bertanya, bagaimana acara menonton mu
dengan pria yang CINTAI itu!"
Sebuah penekanan pada kata 'Cintai' yang membuat
Hana tertawa tidak suka.
"Haha~ menyenangkan sekali, aku berjalan dibawah hujan
dan bodohnya aku menangis. Seharusnya aku lebih dulu
bertanya padamu, bagaimana rasanya? BERCIUMAN
dengan Jungkook?,"
"Dulu, kau merebut pria yang aku sukai dan kini kau
mengambil sahabatku. kau tidak ingat? aku ini temanmu,
namun kau menusukku dari belakang tanpa perduli
tentang perasaan orang lain,"
"Lee Hana... aku bukan temanmu lagi!"
Hana meringis lalu tersenyum, "Seterahmu, itu hak mu."
"Aku membencimu,"
Hyura menatap kesal Hana lalu melangkah pergi,
"Seharusnya aku mengatakan hal itu padamu,"
Gumam Hana pelan.
Sekuat apapun Hana bertahan ia akan terjatuh seperti
saat ini.
Hana terduduk lemah airmata yang mulai mengalir,
kejadian tadi malam terus terngiang pada pikiran Hana.
Ia berusaha melupakan namun akan mengingat kembali.
"Hana..."
Hana tidak ingin mendongak atau menatap siapa yang
memanggilnya, ia tahu itu adalah Jungkook.
"Aku tidak ingin melihatmu, menjauhlah dariku!
hiks..hiks.. pergilah.. hiks!"
Jungkook memeluk tubuh Hana walau sedikit sulit karna
Hana yang terus berusaha memukul Jungkook, "Aku
berusaha membencimu.. membuang jauh perasaanku
padamu! namun kenapa tidak bisa! hiks... hiks.. aku benci
dengan hatiku! aku benci dengan diriku.. aku benci
padamu!! Benci~ benci"
Jungkook masih memeluk Hana, membiarkan gadis itu
mengeluarkan isi hati yang selama ini Hana rasakan
terhadap dirinya.
Sakit, kesal, benci.
Hana mencurahakan semuanya, "Persetanan dengan
perasaanku, aku membiarkanmu pergi namun kenapa
tanganku ingin menahanmu. Aku benar-benar tidak apa-
apa dengan perasaanku tapi kenapa melihatmu bersama
Hyura hatiku begitu sakit!.. hiks..hiks.. aku benci
Jungkook!!,"
"Aku lelah.. sampai kapan harus seperti ini.. hah.. sampai
kapan? hiks.. bertahan dengan perasaanku kau pikir aku
mengingin'kan hal itu. Rasa sakit yang aku rasakan,
apakah kau pikir hanya biasa? Kau mementingkan hatimu
namun kau tidak mementingkan perasaanku, hatiku,
diriku."
Jungkook masih diam mendengar penuturan dari mulut
Hana, Jungkook tidak berniat menyakiti Hana.
Ia menyesali hatinya yang terobsesi karna Hyura tanpa
mementingkan seseorang yang berarti untuknya.
Jungkook benar-benar menyesal karna telah membuat
Hana merasakan hal yang sesakit itu.
"Memikirkan bagaimana caranya melupakanmu..hiks.. kau
tahu, malam itu aku kedinginan hujan bahkan tidak
terasa lagi karna tubuhku seperti es. Rasanya begitu
senang saat kau kembali seperti seseorang yang dulu
aku kenal, namun. Tidak berapa kemudian kau kembali
mengancurkan hatiku, kau mengecewa--"
Mata Hana melebar karna tiba-tiba bibir Jungkook yang
membungkam mulutnya.
detik kemudian Jungkook menatapnya dengan tatapan
sendunya, Jungkook menangis.
"Jung, kau menangis?"
Jungkook membawa Hana kembali kedalam pelukan-nya
yang membuat Hana kembali menangis.
"Maafkan aku, maafkan aku. Jika cinta adalah sebuah
lelucon, maka gunakan diriku
dengan kejam. Kau boleh membenciku, memukulku. Tapi,
kau tidak boleh melupakanku dan tetaplah menyukaiku"

-To Be Countined-

Nothing Like UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang