2. Gentleman

61 5 4
                                        

2. Gentleman


Nadia menatap bosan papan tulis didepanya yang sedang memamerkan deretan berbagai angka yang sama sekali bahkan ia tak tau artinya apalagi jalan kerjanya. 25 menit lagi jam pelajaran matimatikanya selesai tetapi tiap menitnya berasa setahun! Kedengeran lebay emang,

ya mungkin efek bosan stadium akhir kali ya.

Berbagai cara sudah nadia lakukan untuk mengusir bosannya mulai dari ngelamunin betapa itemnya bang ali-kakak kelas sebelah kelasnya- sampai ngitungin isi klip ditempat pensil Fanya. Hasilnya nadia malah makin jenuh.

Nadia menoleh kebelakangnya, caca yang masih sibuk menatap papan tulis dengan mata tertutup (read : tidur), lalu beralih pada syifa yang-paling benar dari yang lain- sibuk sama kertas cakarannya ngerjain soal. Dan terakhir nadia beralih ke mahluk disampingnya, teman satu bangkunya yang fokus menatap papan tulis tanpa kedip, fanya

"Nya serius banget sih" tanya nadia gemas sambil mencolek bahu fanya yang dibalas dengan gumanan pelan fanya yang masih kekeuh diposisinya. Nadia berdecak pelan lalu mencolek bahu fanya lagi tapi kali ini lebih keras hingga,

"NADIA APAANSIH?!" Caca hampir terjengkang dari tempat duduknya mendengar teriakan fanya. Sementara fanya kini ditatap aneh sekelas hanya bisa terseyum malu

"Caca kamu tidur?" Caca kaget. baru saja ingin menutup matanya lagi tapi guru mapel mtknya, bu afni sudah berada didepannya

"Eh ibu. Gak bu, saya tadi berkedip" jawaban polos-blangsat- caca mengundang tawa sekelas. Sementara yang ditertawakan hanya bisa nyengir udah-dong-diem

"Kamu berkedip atau tidur? Pergi sana cuci muka"

"Iya bu" caca nurut saja dan berjalan keluar kelas. Sementara disisi lain fanya kelihatanya sudah mulai melupakan kejadian tadi kini kembali keposisinya. Menatap papan tulis tanpa kedip.

"Nya gue mau nanya sesuatu" nadia berbisik karna takut bu afni mendengar apalagi tampat duduk mereka paling depan. punya peluang besar buat didengar.

"Paan?"

"Lo.. Ngerti ga?"

"Yailah soal yang itu semua? Ya enggakla"

"Yaawloh nya, Jadi ngapain lo daritadi bengong natap papan tulis, gue kira ngerti" kini gantian nadia bengong disertai shock mendengar jawaban polos fanya

Fanye terkikik malu "Hehe sapatau aja otak gue khilaf dan mau nerima mereka semua"

"Emang bisa?"

"Ya alhamdulillah sih, enggak". Awalnya hanya cekikikan pelan lalu tawa mereka pecah dan berhenti saat

"Fanya, nadia keluar dari kelas saya" bu afni menatap mereka tajam lalu menunjuk pintu keluar. Nadia dengan senang hati berdiri karna ini yang dia mau. Keluar dari mapel matimatika dan dapat bonus bisa ngajak temen.

 Nadia lalu menarik tangan fanya yang masih kanget divonis keluar. Disisi fanya, fanya kaget dan sedikit takut.. Takut bundanya tau kelakuannyga dan namanya bakal dicoret dari kartu keluarga! Maklum saja fanya anak baik-baik rajin menabung dan sayang orang tua.

Keduanya pun keluar kelas. Yang satu terseyum ceria sedangkan yang sampingnya hanya pasrah. Pasalnya ini kali pertama bagi fanya. Fanya memandang nadia jengkel. Kok senang banget sih -diusir-keluar kelas?

"Kok lo senang banget sih nad?"

"Ya kapan lagi dong dapet rejeki kayak gini, udah sih nikmatin aja. Santai, kayak dipantai"

"Pantai, pantai apaan. Taik kamu yha"

"Loh ngapain lo berdua?" Keduanya menoleh keasal suara. Caca berjalan menghampiri mereka

KAMU DAN SANG WARNAWhere stories live. Discover now