"Dia emang kayak gitu... Hampir setiap jam pertama selalu gak masuk"
Langkah kaki Rena terhenti ketika telinganya menangkap pembicaraan dua siswi yang sedang berdiri di depan mading dengan sebuah artikel yang telah robek separuhnya itu. Artikel yang dirobek Rena.
"Iya. Untung pinter aja, jadi bu Ayu gak ngehukum. Tapi... Nyebelin juga sih! Masa dia doang yang diizinin. Ketua kelas aja yang pinter juga enggak tuh diperlakuin istimewa kayak-"
Telinga Rena tidak lagi menangkap obrolan siswi itu... Ingatannya kembali pada kejadian yang tidak pernah dilupakannya...
.
.
.
Tahun ajaran baru... 2012
"Rena pasti jadi rangking satu tes disini!"
"Yap! Secara gitu... Dia kan andalan semua orang. Benarkan?"
Renata menepis dengan setengah bercanda ketika dua teman dekatnya, Ai, siswa blasteran Jepang-Indo dan Ryan, cowok tinggi yang rada mirip artis Dimas Beck itu sibuk menepuki punggunggnya. Gadis ini tengah sibuk mencari namanya diantara beratus nama yang tercantum di kertas yang baru ditempel di mading sekolah yang juga termasuk sekolah favorit itu. Namun, beberapa kali mencari namanya, tak kunjung dia temukan namanya sendiri. Gadis itu tertunduk ketika...
"Rena-chan! Nama kamu ada!"
Suara Ai kontan mengejutkan Renata, membuat gadis itu dengan cepat melewati celah-celah orang yang juga tengah sibuk mencari namanya. Dia ingin memastikan kebenran dari ucapan Ai tadi.
Dalam hati... Gadis itu mengharapkan sesuatu. Sesuatu yang penting,karena itu adalah janji.
Janji untuk mempersembahkan nilai terbaik pada ujian penerimaan kepada seseorang...
"Mana nama..."
Mata Renata seketika membelalak. Raut wajahnya berubah sedih, dan kedua sahabatnya itu menyadari perubahan di wajah sang sahabat.
"Maaf,Ren... Rangking dua" Ai berujar lirih. Dan seketika, Renata diliputi rasa kecewa karena janji yang membakar semangatnya seketika tenggelam oleh rasa sedih akibat kalah...
Dan semuanya karena orang itu. Seseorang yang namanya berada diatas nama Renata.
Seseorang yang juga tengah berdiri di samping sang sahabat
Dan seseorang yang kemudian melangkah pergi tanpa menunjukkan airmuka senang.
Revano Pradinata... Laki-laki yang membuat Renata harus menangisi kekalahannya. Laki-laki yang bahkan seperti tidak menginginkan apa yang banyak orang dambakan. Laki-laki yang tidak menghargai usahanya sendiri!
Tapi...
.
.
.
Ingatan Renata terhenti, ketika seseorang menepuk pundak gadis itu dengan pelan. Renata baru akan menoleh pada saat orang itu bergerak ke depan. Laki-laki itu kemudian menatapnya dan tersenyum lembut "Hai... Rena"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Rival & Miss Enemy
Teen FictionKata orang, bersungguh sungguh untuk mendapatkan sesuatu, maka akan kau dapatkan itu. Tapi? Tak kudapatkan apapun kecuali kebencian yang semakin meledak-ledak pada sosok yang selalu pamer bakat dan sok tampan itu! Kata orang, dia populer, begit...