Lio mematikan rokoknya, saat seseorang dibelakangnya memanggil namanya. Berbalik, dia menemukan Dani yang sedang menyeringai lebar.
"Dilarang merokok, Yo. Merokok menyebabkan gak bisa ciuman sama Zalsa." celetuk Dani.
Lio berdecak pelan, lalu menyentil puntung rokoknya hingga masuk ke tempat sampah. "Sinting."
Dani terkekeh pelan, lalu berjalan mendekati Lio lalu merangkulnya. "Gak bisa ya lo gak ngerokok? Mumpung baru mulai 6 bulan, mending stop deh."
"Gak."
"Kenapa?" tanya Dani.
"Kenapa?" ulang Lio. "Gak tau."
Lio menepis tangan Dani yang merangkulnya, lalu berjalan memasuki bengkel Arif. Dani yang ada di belakangnya hanya meringis pelan. Dulunya, Lio gak seperti ini. Dingin sih emang dari dulu. Tapi dulu, cowok ini gak suka banget sama yang namanya rokok. Apalagi saat Rey merokok di dekatnya, dia langsung beranjak pergi. Tapi sejak 6 bulan yang lalu, entah karena apa, yang pasti itu adalah kejadian yang membuat Lio pergi dari rumah dan kini membuatnya candu dengan rokok. Dani dan yang lain sih masih bisa sedikit santai, yang penting Lio gak candu Alkohol kayak Alfa. Sedangkan kini, Dani yang paling bersih. Tidak ada rokok, tidak ada alkohol. Dia mah sukanya ganggu cewek aja. Tapi gak mau pacaran.
Saat Lio memasuki ruangan milik Arif yang ada di lantai atas, dia segera menduduki sofa yang sama dengan yang diduduki Alfa. Sedangkan Rey, cowok itu asik memainkan game di komputer milik Arif. Arif sendiri, kini asik dengan ayam goreng miliknya.
"Enak banget loh, Yo. Gak mau? Asli, pengen nambah. Lo gak lupa kan gue suka banget sama yang namanya Ayam goreng?" Arif bercerocos sambil menatap Lio.
Alfa yang sedang memainkan ponselnya, mengangkat kepalanya lalu ikut menatap Lio.
"Ga."
"Gak apaan yo? Ngomong yang jelas napa." sahut Arif.
"Ga."
"Tabok palanya dong, Fa. Dari gue gitu." celetuk Arif kesal.
Alfa hanya mengedikkan bahunya, lalu memukul kepala Lio dari belakang. Lio sedikit kesakitan, tapi tidak meringis dan tidak membalas.
"Athar balik, kan?" tanya Lio tanpa menatap Alfa.
Alfa yang kini sedang terkikik menatap Lio, kini terdiam. Dia membuang pandangannya kearah pintu yang kini terbuka dan menampakkan Dani. Alfa diam, dan itu cukup untuk Lio.
"Kenapa lo minta maaf?" tanya Lio. Kini sudah menatap Alfa tajam.
Alfa bersusah payah untuk tidak menoleh, dan tenggorokannya kini terasa kering. "Apaan sih?"
Lio menaikkan sebelah alisnya. "Lo bakalan mampus kalau sekongkol sama Athar lagi."
Alfa kini sudah mengumpulkan keberaniannya. Dia menoleh, balas menatap tatapan tajam Lio. "Gue gak tahu apa-apa, bego. Tau dia balik aja enggak."
"Bohong." desis Lio sebelum berdiri dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar.
Dani yang masih setia berdiri di depan pintu, berkerut bingung. "Mau kemana?"
Lio hanya diam, lalu mendorong tubuh Dani yang menghalangi jalannya.
"Mau kemana, oy?!" teriak Arif.
Lio memutar kedua bola matanya. "Ngambil motor."
Arif langsung berdiri. "Tahan Lio, Dan."
Dani hanya bisa menaikkan sebelah alisnya lalu menarik tubuh Lio kebelakang. "Disuruh Arif."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aftertaste
Teen FictionKalau saja tidak ada tantangan itu. Kalau saja Zalsa tidak penasaran tentang Adelio. Kalau saja Adelio tidak memberinya harapan. Seharusnya semuanya masih berjalan lancar. published; 9 Juni 2016 copyright©2016 - All Rights Reserved [BEBERAPA PART D...