Peserta 13
Brother Mine dari Haneefah
***
Langit sudah menggelap sejak beberapa jam yang lalu , tapi aku tetap ingin berada di tempat ini. Tempat dimana aku dan Jason menjadi pasangan kekasih dua tahun lalu. Aku bersandar pada tembok kasar dibelakangku, mengedipkan kedua mataku berkali kali guna mencegah air mata. Walaupun begitu, aku tahu pasti bahwa aku akan menangis. Sama seperti langit tahu bahwa sebentar lagi hujan akan turun.
"Elvaa! Oh, God. We've been searching for you. You're here!"
Suara Jason. Suaranya terdengar bahagia, sama sekali tidak cocok dengan cuaca saat ini. Tanpa kusadari, pipiku mulai basah. Jason bahagia, Ia berhasil melewati semuanya dengan cepat. Aku menjauh saat Jason mendekatiku, aku bahkan tidak memperlihatkan wajahku padanya.
"Hey, why are you crying?" tanya Jason dengan nada yang terdengar seperti bergurau.
Aku tidak bisa menahannya, air mataku menderas dan aku mulai sesenggukan. Aku tahu Jason tidak mungkin memelukku, jadi aku memeluk diriku sendiri saat bahuku mulai bergetar hebat. Hujan kini turun, aku masih berdiri dan bersandar pada tembok. Jason berada di hadapanku, tidak melakukan apa apa. Jason seolah lupa tentang apapun yang pernah terjadi, dan itu membuatku merasa payah.
Beberapa detik berlalu dan tangisku semakin parah. Bayangan dua tahunku bersama Jason berputar putar dalam kepalaku, membuat aku ingin berteriak pada Jason. Bajuku basah sekarang, bahuku bergetar karena tangis dan kedinginan. Jauh dalam hatiku, aku berharap Jason memelukku, seperti dahulu. Tapi sedetik kemudian aku tahu bahwa itu tidak akan terjadi lagi, jadi aku berjongkok dan tetap menangis, menanggung kesedihan ini sendiri. Aku tidak lagi peduli apa yang dipikirkan Jason, aku hanya ingin menangis.
"Honey, wha-"
"Stop calling me 'honey'!! I hate the truth, Jason!!" teriakku spontan.
Aku menutup wajahku secepat aku selesai berteriak, kembali tersedu. Aku malu dan marah. Malu karena aku tidak berhasil melewati kenyataan sebaik Jason melewatinya, aku marah karena Jason bahkan tidak tahu apa yang terjadi padaku. Aku bisa menebak reaksi Jason sekarang. Ia tidak ikut berjongkok dan mencoba menghiburku, Ia tetap berdiri dan diam. Aku bisa mendengar umpatan kasar dari mulutnya walaupun pelan. Jason pasti marah dan kesal, karena sekarang Ia berjalan mondar mandir sambil mengumpat. Aku semakin menangis dan merasa bodoh, Jason pasti membenciku karena masih mengungkit hari kejujuran itu.
Tangan besar Jason tiba tiba menyentuh kedua lenganku, menuntunku untuk bangun. Aku berhenti menangis karena terkejut, aku mulai berpikir bahwa aku sedang pingsan sekarang dan ini adalah mimpiku. Tapi mata biru Jason yang menatapku menyadarkanku bahwa ini nyata. Aku terlalu terkejut untuk bicara, tapi sekarang air mataku mengalir lagi. Jason tersenyum dengan mata yang berkaca kaca, jari jari tangannya merapihkan rambutku. Jason bersikap lembut tapi tulang pipinya mengeras, aku tahu Jason marah. Dan aku benci disentuh saat Jason marah padaku. Aku menjauhkan wajahku dari tangannya, dan matanya membesar kaget.
Dengan kasar Jason menarik tengkukku dan menyentuhkan dahiku pada dahinya. Mata Jason menjadi liar dan napasnya tidak beraturan. Aku terkejut dan hampir mati karena menahan diri untuk tidak melihat bibirnya."Look, I love you. And you knew it. I know you're dying to kiss me as I am now, Elva," kata Jason dengan giginya yang merapat dan tulang pipinya yang menonjol.
Aku menangis, tapi menahan diri untuk tidak sesenggukan.
"But you're my sister," bisik Jason bersamaan dengan air mata pertamanya.
Aku memeluknya cepat cepat. Napasnya semakin tidak beraturan, matanya berair dan kini aku tahu bahwa Ia bukanlah marah. Ia menahan dirinya dari menyakitiku, adiknya. Aku menangis mendengar semuanya, tapi aku juga merasa lega. Sekarang aku tahu bahwa Jason mengalami kesulitan melewatinya, sama sepertiku.
***
Telah mendapatkan 19 likes dalam OA line. Boleh cari bantuan votes lagi ya. Semoga beruntung:)
![](https://img.wattpad.com/cover/78410833-288-k540577.jpg)