12. The Real Must

3.3K 332 109
                                    

Frau's note:
GUYS TELAT BANGET YA UPDATENYA HAHAHA... BELUM BAYAR WIFI 2 BULAN AKU MAKANYA JADI GINI. HAMPURA :(
Biasakan kl baca chap ini direfresh dulu ya. Krn ada eyd yang kuedit ulang.

This beautiful banner was made by grochinov-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

This beautiful banner was made by grochinov-

Kaitley's POV

Recap:

Aku tertawa pahit mendengar kata "berharap". Perkataannya persis seperti ketua tadi. Sebenarnya, aku bukan orang yang pesimis. Tapi, akibat kejadian hari ini, aku mulai berpikir semuanya akan menjadi lebih buruk.

"Ya," balasku. "Terus berharap."


                              ****

Aku menatap kedua mata lelaki di depanku lekat-lekat. Irisnya yang berwarna oranye membuat matanya terlihat seakan-akan berkobar dengan api di tengah-tengah kesuraman langit tempat ini. Rambut hitam yang dicukur agak pendek melengkapi penampilan lusuhnya. Secara keseluruhan, ia terlihat seperti seorang tentara yang berhasil bertahan hidup dari medan perang.

Untuk sesaat, pandangan tajamnya membuatku agak kewalahan. Tapi perasaan itu langsung menghilang setiap ia membuka mulutnya dan mengatakan kata-kata yang terdengar begitu negatif dan depresif di telingaku. Contohnya, saat ia menarikku dari tempatku berdiri tadi, ia berceramah tentang semua kecerobohan yang kulakukan dengan menyerah pada emosiku dan nyaris saja membahayakan seluruh akademi kalau ia tidak menyuruhku untuk mencabut rantai yang ada di kakiku tadi.

Maksudku, ia bahkan tidak memujiku sedikitpun akan keberhasilanku mengalahkan si perempuan preman itu. Itu bisa disebut sebagai suatu kesuksesan juga bukan?

"Apakah kau sudah selesai mengagumi mataku yang berkobar-kobar?"

Perkataannya yang tiba-tiba memecahkan gelembung lamunanku sekaligus hampir membuat bola mataku meloncat keluar mendengar kata-katanya.

Aku membuka mulutku sambil memberinya tatapan tidak percaya. Ekspresinya tidak menunjukkan kepuasan apapun. Sebaliknya ia terlihat begitu serius.

Apakah ia bisa membaca pikiranku...?

"Ya, aku bisa mem—"

"WHOAA!" jeritku ketakutan. Kurentangkan kedua tanganku di depan dada. Seakan-akan berusaha melindungi diriku dari dirinya.

"Kau benar-benar bisa membaca pikiranku?" tanyaku. Ia mengangguk. "Ok. WHOA! I mean, that is so cool! Bagaimana caramu melakukan itu?? Maksudku apakah kau berdiri di dekatku dan langsung saja dapat mendengar suaraku di kepalamu atau apa?!" Sambungku dengan antusias. Aku memang selalu tertarik dengan kemampuan untuk membaca pikiran.

Accidentally (The Life of The Dark Hunters) (UNEDITED) #Wattys2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang