Part 4 (End)

9K 226 12
                                    

Gaara terdiam sejenak. Ia memilih untuk mengamati ekspresi Hinata yang terlihat menahan sakit-namun masih memaksakan senyumannya. Dan Gaara tidak suka itu, karena bagaimanapun yang membuat Hinata kesakitan seperti ini adalah dirinya.

"K-kumohon..."

Pemuda itu masih tak bergeming. Ia terlihat bimbang. "Tapi kau kesakitan."

"Masukkan, Gaara-hh!" Peluh keringat terlihat membanjiri dahi si gadis bersurai indigo tersebut, dan nafasnya masih tersengal akibat tindakan nekatnya barusan. "Aku tidak apa-apa."

Sementara itu, meski di bawah cahaya temaram yang menerangi mobil ini, jade Gaara dapat melihat setitik air yang menggenang di sudut mata Hinata. Dan hati Gaara semakin bimbang.

Padahal baru satu jari, apakah rasanya sampai sesakit itu?

Kerongkongan pemuda itu tercekat. "H-Hinata aku—"

Sang mantan mulai terkekeh dengan pelan melihat Gaara yang ketakutan seperti ini, matanya yang sayu menatap iris hijau milik Gaara sungguh-sungguh. "Baiklah, coba gerakkan. Kalau aku kesakitan, kita bisa berhenti."

Kening Gaara mengernyit. Ia sedikit tidak suka dengan kalimat Hinata barusan. Yah, meski memang belum terlambat bagi mereka untuk berhenti sekarang-tapi berani sumpah, siapa yang tidak akan kesal coba jika kegiatan kalian berhenti di tengah jalan dan nanggung seperti ini?

"Tapi kalau kau kesakitan bagaimana?" Tanyanya khawatir. Menepis rasa keberatannya barusan.

"Aku hanya perlu sedikit waktu untuk menyesuaikan diri." Jawab Hinata sambil menggenggam tangan Gaara lembut. "Jadi ku mohon, bergeraklah... masukkan lagi jarimu dalam tubuhku."

Seketika itu juga, jantung Gaara kembali berdesir ketika mendengar permintaan Hinata yang menantang. Iris emeraldnya tampak terkejut untuk beberapa saat. Namun sedetik kemudian, ia bisa menguasai dirinya kembali dan mulai menggerakkan jari telunjuknya dengan perlahan di lubang kenikmatan milik Hinata.

Tatapan matanya mengawasi setiap perubahan ekspresi gadis tersebut, dan merekamnya dengan baik-baik di dalam otaknya. Ia tidak mau, melukai gadis yang ia cintai untuk yang kedua kalinya.

Merasakan jari telunjuk Gaara yang mulai bergerak, Hinata menengadah sambil memejamkan mata, kemudian menggigit bibir bawahnya untuk menahan erangan. Dadanya kembali kembang-kempis seirama dengan gerakan tangan Gaara yang mulai bergerak dalam tempo sedang.

"Ohh..." Tapi, satu desahan berhasil lolos dari bibir tipis Hinata saat tangan si pemuda bermarga Rai tersebut kembali meremas dada kanannya. Memainkan ujung payudaranya hingga menjadi keras, lalu menarik-nariknya dengan gemas. "Hngh!"

"Yakin tidak apa-apa?" Tanya Gaara memastikan, nafasnya menjadi berat. Dan Hinata menjawabnya dengan anggukan kepala seraya kembali memejamkan matanya dan menengadah. Gadis bergaun merah tersebut bisa merasakan miliknya yang berkedut-kedut dalam kocokan jemari Gaara.

"Nghh... lebih cepat, Gaara." Pintanya meminta lebih. "Kumohon, aku suka kau yang bebas."

Nafas si pemuda bertato 'Ai' kembali memburu, bahkan Hinata bisa merasakan gerakan Gaara yang mulai sedikit kasar terhadap kewanitaannya. "Y-ya, begit-uhh!"

"L-lepaskan Gaara, j-jangan memperdulikanku." Ujar Hinata sungguh-sungguh di sela desahanya. Dan Hinata bisa melihat, iris hijau tersebut kembali berubah liar secara perlahan akibat kata-katanya barusan.

Pemuda itu kemudian membungkuk cepat, lalu mengulum dada kanan Hinata dengan lahap. Melumatnya ganas, dan berakhir dengan menghisap putingnya kuat seperti sedotan macet. Hinata terbelalak.

Stuck In The Moment (GaaHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang