MISSION 3

348 33 1
                                    

Kinal menatap horor sosok yang ada di depan nya yang hanya memakai celana pendek.

"Rata" gumamnya dengan suara rendah. Sementara sosok di depan Kinal seakan belum sadar situasi yang sedang dihadapinya. Tatapan Kinal masih tertuju pada objek yang dia gumamkan. Sosok di depan kinal mengikuti arah tatapan pada tubuhnya. Perlahan wajah dari sosok itu memucat sadar bahwa dia sudah melakukan kesalahan yang fatal.

"Siapa kamu" ucap kinal tajam setajam tatapannya pada sosok di depannya. Sedangkan yang ditatap hanya mampu berdiri kaku seolah tatapan tajam kinal membuat perekat pada kedua kakinya.

"Tolo hmmmpppttt" Kinal hendak berteriak namun mulutnya sudah keburu dibunkam sebuah tangan.
sebuah tangan.

"Pliss Nal dengerin gw dulu mau kan" mohon pelaku pembekalan mulut Kinal. Kinal hanya mampu mengangguk tanpa suara.

"Haaahhhh...." helaan nafas lega terlontar dari mulut Kinal saat tangan yang membekap mulutnya menjauh. Kinal menatap kembali wajah seseorang yang mengejutkannya di siang ini. Ada sedikit rasa curiga menghinggapinya pada orang aneh di depannya. Semuanya yang dia lihat sungguh membuat dia terkejut untung ngak pingsan.

"Jadi bisa loe jelasin yang sebenarnya JESSICA VERANDA" ucap Kinal menekankan kata pada nama sosok di depannya. Ya orang yang sedari tadi di tatapnya adalah si anggota baru ekskul drama Jessica Veranda. Sedangkan yang di tatap nampak pucat entah apa yang di pikirkan tapi dia seperti ketakutan seakan merasa bahwa nasibnya akan berakhir hari ini.

"Baik gw akan cerita semuanya ke elo" Ve menarik tangan Kinal untuk duduk di lantai kamar.

VERANDA POV

Aku sedikit ragu menceritakan semua kisah sebelum aku menjadi seperti sekarang kepada Kinal yang baru dua hari aku kenal. Namun semua sudah terjadi dan dia butuh penjelasan akan keanehan ini. Dengan menarik nafas panjang aku memulai cerita.

"Pertama Nal gw mau kasih tau nama asli gw yaitu Jesson Vernando Tanumihardja" Dapat ku lihat raut keterkejutan Kinal saat aku menyebutkan nama belakang ku.
Aku tidak heran hampir seluruh penduduk negeri ini mengenal keluarga Tanumihardja.

"Apa yang loe pikirin benar Nal gw anak laki-laki satu satunya dalam keluarga gw" Kinal nampak semakin terkejut saat aku mampu membaca apa yang ada di fikirannya.

Sesaat ku hembuskan nafas melanjutkan cerita tentang kebenaran diriku ini.

"Nal loe punya cita-cita?" Tanya ku yang hanya di balas anggukan oleh Kinal.

"Actor is my dream Nal" ucap ku sambil memandang Kinal yang masih belum paham dengan arah pembicaraan ku.

"Namun loe tau untuk bisa mewujudkan cita-cita gw itu sangat susah orang tua ku ah tidak lebih tepat ayah ku tak pernah menyetujuinya" sesaat aku mengingat perdebatan malam itu, perdebatan ku dengan ayah untuk terakhir kalinya.

"Gw masih ngak ngerti apa hubungannya dengan loe kayak gini" suara Kinal langsung menyadarkan dari lamunan ku.

Ku hembukan kembali nafas kasar mencoba menjelaskan inti dari keadaan ku saat ini.

"Malam itu malam yang kesekian kalinya gw kembali berdebat dengan ayah gw. Namun kali ini beda. Ayah sedikit mengalah entah lah namun malam itu sebuah harapan dari cita-cita gw muncul. Ayah memberiku tantangan".

Ku berhenti sejenak menghirup nafas
panjang.

"Tantangannya yang loe liat sekarang gw harus membuktikan gw seorang aktor yang berperan sebagai perempuan sampai upacara kelulusan" ucap ku mengakhiri penjelasan yang Kinal minta.

Aku menatap Kinal yang masih terdiam mencerna semua penjelasan ku. Namun tiba tiba Kinal berdiri.

"Dasar orang tua selalu mau seenaknya saja. Suka mengatur semaunya". Aku terkejut melihat reaksi Kinal yang di luar dugaan.

"Hahaha" aku tak mampu menahan tawa melihat Kinal yang masih berdiri sambil mengepal tangannya menahan emosi juga mulut yang tidak berhenti mengomel.

Sadar akan tawa ku Kinal kembali duduk di depan ku seperti semula.

"Maaf mengatai orang tua loe" ucapnya sadar akan perkataannya yang sedikit menyinggung orang tua ku. Aku hanya tersenyum tanpa membalas kata maafnya.

"Loe tenang aja gw bakal jaga rahasia loe kalo sebenernya loe..." sedikit ragu Kinal melanjutkan kata katanya.

"Makasih ya Nal" ucapku memotong ucapan Kinal.

Kinal nampak tersenyum manis di depan ku.

"Hmmmm Nal gw udah bisa ganti baju belum dingin nih" tanya ku dengan sedikit salah tingkah mengingat penampilanku yang boleh dibilang tidak sopan. Ya penampilan ku saat ini bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek.

Senyuman Kinal pudar seketika menatap tajam kearah ku. Perlahan pipi bulatnya pun memerah melihat penampilanku. Aku pun yang di tatap juga sedikit merasa malu.

"Nal.." cicitku memanggil namanya.

"Ini pakai" ucap Kinal melempar pakaian yang dibawanya dan berlari keluar kamar. Sepertinya dia malu. Seulas senyum pun merekah di bibirku dengan sendirinya.

AUTHOR POV

Sepeninggal Kinal Ve memakai pakaiannya lagi dan siap menyamar kembali. Setelah di rasa penyamarannya sudah sempurna Ve berjalan menuju pintu keluar dari kamar.

"Sudah selesai" tanya Kinal yang berdiri menyandarkan punggungnya di tembok tepat di samping pintu kamar tempat ve mengganti baju.

Ve yang ditanya hanya mengangguk.

"Ya udah kita balik ke sekolah mumpung hujannya udah berhenti" ucap Kinal lagi

Lagi lagi Ve hanya mengangguk.

Kinal yang berjalan duluan langsung mengangkat kardus yang berisi kostum drama yang akan di bawanya. Namun entah kenapa tiba tiba keseimbangan Kinal goyah sehingga tubuhnya tertarik ke belakang hendak jatuh. matanya terpejam pasrah membayangkan sakitnya lantai keramik yang siap menahan bokongnya.
"Loe ngak papa nal" Kinal tersentak perlahan dia membuka mata menatap sepasang lengan yang mendekapnya dapat ia rasakan punggungnya bersandar pada dada si pemilik lengan itu. Dengan segera Kinal berdiri tegak.

"Gw ngak papa makasih ya Ve" ucap Kinal gugup. Ve hanya tersenyum melihat Kinal yang gugup di depannya.

Sepanjang perjalanan hingga sampai sekolah keduanya terdiam tanpa ada niatan untuk memulai pembicaraan.

"Nal Ve di tunggu buk Natalia tuh di ruang drama" terdengar suara cempreng Nabil memanggil Kinal dan Ve yang baru turun dari motor. Kinal dan Ve hanya mengangguk dan berjalan beriringan menuju ruang drama.

Keduanya sudah berada di ruang drama kardus yang di bawa Kinal pun sudah di letakan di tempat perlengkapan drama. Keduanya tersadar bahwa mereka hanya berdua di sana. Suasana keduanya pun kembali gugup. Tanpa sengaja Ve melihat ruang loker dan pipinya pun merah mengingat kejadian kemarin.

"Hmmm Nal soal yang di ruang loker kemarin gw mau minta maaf gw ngak sengaja liat loe.." Ve nampak ragu mengucapkan kejadian di ruang loker.

Pipi Kinal pun sama merah mengingat kejadian memalukan kemaren.

"Ng...ngak papa Ve loe ngak sengaja" Kinal semakin gugup tanpa sadar dia mengigit bibir bawahnya.

Ve yang melihat tingkah laku Kinal terdiam. Tatapan nya mengarah ke bibir bawah yang masih bergesekan dengan gigi putihnya. Kinal pun yang ditatap Ve sama dengan diamnya dengan sosok yang sedang memperhatikan kegugupannya. Keduanya saling tatap sibuk dengan fikiran masing masing.

"Kinal Ve" panggil seorang wanita yang menatap tajam keduanya.
Kinal dan Ve yang di panggil pun tersadar keduanya saling menjauh dan menatap seorang yang memanggil mereka. Dengan gerakan bersamaan keduanya melihat ke arah pintu. Keduanya berubah pucat dan kembali gugup melihat sosok yang berdiri di depan pintu masuk drama.

"Mati gw" ucapnya keduanya dalam hati.




T.B.C

 LOVE IN MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang