Chapter 2 - Ada Apa di Balik Semua Ini?

192 7 1
                                    

Aku cintaaa banget sama kamu, kita harus sampai nikah ya! Kita kan udah pacaran 5 taun masa mau putus gitu aja? Haha gak lucu. Gak ada yang bisa dan boleh pisahin kita! Aku yakin kita jodoh kok, sayang. Aku punya sesuatu buat kamu.

Taadaaaa!!!

Hah?! Cin...cin? Yaampun Galih, makasih yaa aku terharuuu..

Mwah! Ciuman kening itu tanda kalau aku sayang banget sama kamu dan cincin ini tanda aku serius. Haha keren kan aku?

San, kamu tau Galih jalan sama cewek?

San, Galih ke kostan cewek itu kemarinn!!!!

Kamu jahat, Gal! Jahat! Gak punya hati!

Heh! Aku capek tau sama kamu! Kamu selalu gak mau aku ajak lebih!

Tap..tapi ini apa?! Hah?! Cincin ini tanda serius kan?! Mana janji kamu?!

Plak!! Itu untuk kamu yang sok suci! Plak!! Itu untuk kamu yang kecentilan! Plak!! Dan itu untuk kamu yang kebelet nikah! Nikah sana sama kambing!

Ak..aku, aku kecewa sama kamu!!!!!!!!
Aku nyesel....

Hiks..
Hiks..
Ayah, ibu,
Sania hancur..
Sania pengen mati aja..
***
"Neng, bangun bentar lagi subuh lho ini.."
Suara Bi Asih membangunkan Sania. Hari ini tidurnya tak terlalu nyenyak. Tiba-tiba saja mimpinya dipenuhi memori 3 tahun silam. Kenangan pahit yang sudah terkubur dalam, sejak kemarin mulai mencuat.

Kenapa dia datang sekarang? Kenapa dia membuat aku terus memikirkannya sih?

"Neng Sania kok malah bengong? Itu sudah adzan, mending kita ke mushola sekarang yuk!"

"Astagfirullah, maaf ya Bi. Yaudah kita sholat dulu, yuk!"

Sekali lagi, ketenangan dan kedamaian selalu Sania rasakan setelah sholat. Ketika melontarkan doa, ia selalu menangis sampai semua rasa sesaknya hilang. Baru sehari sampai di Bandung, tapi masalah sudah serumit ini. Sejak memutuskan berhijrah, sepertinya Allah terus mengujinya. Kadang ia ingin menyerah dan mundur. Namun ia tahu, Allah selalu bersama orang-orang yang sabar. Setelah selesai, Sania dan Bi Asih masih berdiam sejenak di mushola.

"Neng, Bibi perhatiin Neng jadi sering ngelamun. Kalau ada masalah mending ceritain ke Bibi. Siapa tau bisa kasih saran gitu.. hehe.."

"Sania gak apa-apa kok, Bi. Cuman lagi bingung aja.."

"Lho katanya gak apa-apa? Kok sekarang bingung? Lieur ah Neng Sania mah."

Selain Hanum, Bi Asih juga tak kalah perhatiannya pada Sania. Meskipun Bi Asih bukan keluarga, tapi Sania selalu menganggapnya seperti saudara. Ia sangat menyayanginya. Ia ingin sekali menceritakan semua masalahnya pribadinya. Tapi mungkin tidak saat ini. Cerita kemarin saja sebenarnya masih menyimpan banyak pertanyaan dalam pikiran Sania. Ia ingin bertanya lagi dan menyelesaikan urusan orang tuanya dulu. Setelah itu, baru masalahnya sendiri. Tapi ia ragu, Bi Asih akan mau menjelaskannya.

Kalau aku tidak bertanya sekarang, apa aku sanggup dibayang-bayangi oleh semua rasa penasaranku?

"Hm, Bi. Sania mau tanya soal yang kemarin, boleh? Bibi belum cerita sampai selesai kan? Kalau boleh, Sania pengen banget Bibi jelasin semuanya terutama alasan kenapa ibu sama bapak bisa sampai bertengkar, kenapa bapak juga gak kesini?"

Lama tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Bi Asih. Sania semakin bingung dan penasaran. Melihat raut wajah Bi Asih, membuatnya pasrah.

"Ya sudah, Bi. Gak per..."

Dia Yang KupilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang