Announcement

33 4 7
                                    

Setelah kegiatan MOPDB itu selesai akhirnya hari penentuan kelaspun telah tiba. Siswa-siswi pun berbondong-bondong melihat daftar nama mereka di mading sekolah.

Merekapun rela berdesak-desakkan demi untuk mengetahui kelas baru mereka. Setelah mereka tau, mereka langsung lari menuju kelas yang telah ditentukan masing-masing.

Alhasil Shafa pun mendapat kelas X- MIPA 1, yang merupakan kelas favorit karena di khusus kan untuk murid yang rajin. Ia pun segera menuju ke kelas barunya. Dilihatnya sudah cukup banyak anak yang mendahuluinya dan berebut meja dan kursi.

Sewaktu masuk, dilihatnya sesorang yang sedang menawarkan dirinya agar bergabung duduk bersamanya dan kebetulan dia merupakan salah satu teman kelas MOPDB-nya.

"Hei kamu, tempat saya masih kosong kalau kamu mau duduk sama saya aja, toh lagian tempat lain uda banyak yang penuh," ujarnya pada Shafa.

"Ii--iya deh" jawab Shafa.

"Kenalin namaku Olivia Kartika aku dari SMP Bina Bangsa kalau kamu sendiri nama kamu siapa?" tanya Olivia pada Shafa.

"Nn--namaku Shafila Anindya Putri aku dari SMP Albert Star, salam kenal ya" jawab Shafa sambil sedikit gagap.

"Iya salam kenal juga" ujar Oliv.

Sambil memperhatikan sekitar dan suasana kelas barunya, Shafa yang kebetulan bertempat di tempat deretan paling pojok depan yang di belakangnya berisi deretan anak laki-laki hanya bisa pasrah.

"Kenapa aku nggak dideretan anak putri aja kalau gini kan jadi susah bergaul huh" ujarnya sebal dalam hati.

Saat Shafa sedang melihat model-model wajah dan tipikal lanak yang dikelas barunya, tiba-tiba tak sengaja matanya langsung terarah melihat seorang anak laki-laki yang berhasil membuatnya penasaran. Ada seorang anak yang berhasil menyihir matanya itu.

Padahal awalnya Shafa tidak memiliki perasaan apapun padanya. Tapi entah kenapa hati Shafa seolah berdetak lebih cepat dari biasanya jika ia melihat seorang laki-laki tersebut.

Shafa berniat ingin berkenalan dengan mereka. Tapi, ia harus mengurungkan niat nya itu.  Karena untuk berkenalan pun cukup mustahil karena yang ada nanti mereka malah mengira jika Shafa itu sok kenal.

                               💐💐💐

Hari demi hari pun berlalu. Tak terasa sudah seminggu ia berada dikelas yang sangat asing baginya, bukan karena kelasnya tapi siswanya yang tergolong sangat ramai.

Seperti biasa hal yang dilakukan oleh siswi kelasnya, berfoto selfie dengan teman gerombolannya dengan gaya anak hitz kekinian, ada yang menggosip, ada yang sedang tertawa senang, dan sebagainya.

Namun, apa daya Shafa yang hanya bisa terdiam seribu bahasa. Tidak ada kata perkata yang ingin disampaikan olehnya.

Ia tak tahu apa yang akan dibahas, bahkan untuk berkenalan satu-sama lain saja ia malu. Apalagi ditambah tipe Shafa adalah anak yang pendiam, ditambah dengan teman sebangkunya, Oliv yang juga merupakan tergolong anak yang pendiam. Jadi, bisa dibayangkan betapa heningnya meja mereka.

Tak lama kemudian seorang guru biologi pun datang untuk mengisi kekosongan jam belajar sejak tadi pagi.

Guru itu berambut ikal lurus, bertubuh tinggi, berkulit sawo matang, usianya kisaran 45 tahun namanya Bu Ratna.

''Selamat Pagi anak-anak''

''Pagi Bu..''

''Sekarang, saya akan membentuk kalian menjadi 7 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 5 anggota, perkelompok harus beranggotakan cewek dan cowok kalian faham?" kata bu Ratna.

"Faham.. bu." jawab anak-anak serempak.

Bu Ratna pun segera membagikan kertas ke Safa dan 6 teman lainnya.  "Shafa pun harus memilih 4 orang untuk masuk ke dalam kelompoknya. Namun, ia bingung untuk memasukkan siapa. Karena ia tidak mengenal satu pun diantara mereka kecuali Oliv.

Tak lama kemudian Shafapun berhasil mendapatkan teman yang menawarkan dirinya untuk bergabung di kelompok mereka.Yang beranggotakan, Jihan, Intan, Nando, Arsa, dan merambah Shafa. Kebetulan mereka mendapatkan nomer urut kelompok 5.

Dia sempat tertegun"Kenapa bukan lo aja yang masuk kekelompok gue?" keluh kesalnya dalam hati.

"Anak-anak ibu akan membacakan data anggota kelompok yang sudah dikumpulkan, karena ada dua anak yang belum kebagian kelompok. Adit, kamu dikelompok 1 sedangkan kamu Rico, kamu dikelompok 3!"

Shafa pun hanya bisa menelan saliva nya"Ternyata namanya Adit"celetuk Safa dengan wajah meringis.

''Baiklah kalau begitu, kerjakan tugas kelompok yang sudah ibu tuliskan di papan tulis. Ibu tinggal sebentar ke kantor. Rendy, catat teman kamu yang ramai selagi ibu keluar kelas!''perintah Bu Ratna pada ketua kelas

''Siap bu,'' jawab Reno sambil hormat.

                               💐💐💐

Krik..krik..krik.. Seperti biasa bila malam telah tiba, pasti akan ada bunyi hewan seperti itu. Pertanda jika malam telah larut. Shafa yang duduk di meja belajarnya sedang mengerjakan tugasnya dengan penuh semangat 45. Setelah selesai, ia pun beranjak ke tempat tidurnya.

Setelah bermenit-menit ia memejamkan mata, namun mata nya tak kunjung terpejam, mungkin karena gara-gara insomnia, seperti semacam gangguan tidur yang biasa dialami oleh kebanyakan remaja.

Karena merasa tidak nyaman karena tidak bisa tidur, Shafapun beranjak dari tempat tidurnya dan memilih duduk di kursi dekat meja belajarnya.
Mendadak ia teringat dengan Adit. Ia tidak mengerti mengapa ia tidak bisa melupakan nama itu dari pikirannya.

"Aduh kenapa gue jadi inget-inget nama itu mulu sih.., Apa jangan-jangan gue..Arhh!" keluhnya.

"Dia tinggi iya, kece..? Banget hmm pinter..? kayaknya sih, tampan..? Banget, Kurang apa coba? Duh Shaf.. Lo gak boleh suka sama dia gak beh Shafa!! Lo gak boleh terperangkap masalah cinta remaja''sambil menghembuskan nafasnya.

Ia mencari ketenangan, celah untuk bisa menenangkan dirinya dan menjelaskan apa yang seharusnya tidak boleh terjadi pada dirinya bahkan hatinya.

"Tapi, kenapa gue tiba-tiba tertarik sama dia ya? huh pusing gue kalau gini terus.Mendingan gue tidur sekarang, besok gue harus bangun pagi." ujarnya sambil menguap pertanda ia sudah merasakan kantuk.
Shafa pun langsung membaringkan tubuhnya dan berusaha memejamkan matanya agar bisa tidur nyenyak.

Never UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang