Kriiiing....
Bel yang menandakan waktu istirahat tiba telah berbunyi, membuat siswa siswi yang sebelumnya sibuk berkutat dengan rumus rumus dan angka membosankan sekaligus membuat kepala berdenyut itu mendesah lega.
"Karena waktu kita sudah habis, soal soal yang belum selesai dikerjakan kalian kerjakan di rumah saja. Jangan lupa minggu depan kalian bawa, tidak ada alasan lupa mengerjakan atau ketinggalan. Terima kasih." ucap Bu Inne---salah satu guru killer yang mengajar bidang studi matematik, menutup pelajarannya, merapikan buku buku lantas pergi meninggalkan kelas.
"Fel, mau ikut ke kantin? Kita makan bareng?" tawar Mia, teman sebangku Feli. Sementara yang di tanya (lagi lagi) menggelengkan kepalanya. "Gak deh, makasih. Gue ke tempat biasa aja." Mia yang sudah terbiasa ajakannya ditolak oleh Feli hanya tersenyum maklum, anak itu emang lebih suka menyendiri kayaknya, pikir Mia. "Oke deh, gue sama yang lain duluan." ucap Mia lalu pergi bersama anak kelas X-2 yang lain.
Feli melihat sekelilingnya, ternyata kelas sudah sepi. Feli berbalik, mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya, kalian tidak perlu curiga sebab itu hanyalah kotak makan biasa. Feli bangkit, berjalan keluar ruang kelas, menyusuri koridor yang cukup ramai oleh lalu lalang siswa siswi.
Dia terus berjalan, menuju ujung sebuah koridor yang lengang, berbelok ke kiri menyusuri jalan sepi yang jarang terjamah oleh kaki siswa yang sekolah disini.
Sampai, rupanya tujuan utamanya adalah sebuah taman. Taman belakang sekolah yang terletak di belakang perpustakaan ini memang menjadi tempat favorit yang sering Feli kunjungi.
Dia duduk di salah satu bangku yang tersedia, kemudian mulai membuka kotak makan yang tadi di bawanya. Aroma lezat masakan langsung tercium, membuatnya dengan segera melahap makanan yang ada di hadapannya.
*drrttt*
Ponsel yang ada di saku Feli bergetar, menunjukan ada sebuah pesan masuk, hal itu membuat Feli menghentikan aktivitasnya."Lo dimana?" Pesan dari Luna ternyata.
"Tempat biasa" Feli membalas.
"Harusnya gue gak usah nanya lagi ya, lo pasti lagi makan, yaudah lanjut makannya. Oh iya, ati ati kesambet lo disana." Balas Luna.
Feli pun dengan segera mengetik pesan balasan kepada sahabatnya itu "Lo itu yah ngedo'ainnya-_-"
Sent.
Setelah tidak ada balasan lagi, Feli kembali melanjutkan makan siangnya, rupanya pelajaran Matematika tadi cukup menguras energi Feli sehingga tanpa disadari makanan yang dibawannya dari rumah itu kini sudah habis tak bersisa.
<<<<>>>>
"Sssttt.." Revan berdesis, berniat memanggil seseorang yang berdiri di sebrang rak buku di hadapannya.
"Ssstt.. Hei." kembali Revan memanggil seseorang yang tidak ia ketahui namanya tersebut. Orang itu tetap diam."Ya ampun ni cewek budek apa ya?" dia menggerutu sebal, karena panggilannya sedari tadi tidak di hiraukan. Akhirnya Revan memilih untuk menghampiri perempuan tersebut.
Revan menepuk pundanya.
"Eh?" Siswi itu menoleh sembari melepaskan ear phone yang terpasang di kedua telinganya. "Ada apa?"
Pantes dari tadi gua panggil diem aja, batin Revan. "Gue boleh minta tolong?" Revan bertanya pada gadis itu.
"Tolong apa?" sahutnya singkat.
"Ehm.. Gue disuruh ngambil buku paket Kimia sama bu Rina, tapi gua ga tau letaknya dimana." Jelas Revan.
"Oke, lu tunggu disini." Balas lawan bicara Revan lantas melangkahkan kaki menuju rak bagian pojok.
"Nih." Cewek itu kembali, menyodorkan buku paket Kimia yang tadi di cari Revan.
Revan mengambil buku paket tersebut, "Thanks ya." dia berterima kasih kepada gadis di hadapannya, yang di balas oleh gadis itu dengan sebuah anggukan.
"Kayaknya udah bel, gua duluan." Pamit gadis itu lantas pergi keluar perpustakaan. Revan menggangguk dan bibirnya membentuk senyum khasnya.
Manis juga. Revan berkata dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
He and His Promise
Teen FictionFelissa Kirana, cewek cantik yang mempunyai masalalu tak secantik rupanya. Revanno Adrian, cowok yang memiliki senyum super manis ternyata juga bisa membuat 'manis' hidup orang orang yang bersamanya. Tentang pahitnya kenyataan, perihnya luka dan tak...