Chapter 29

5K 220 5
                                    

SETELAH 2 tahun menjalani terapi, rupanya Allah amat sangat menyayangi Aisyah. Wanita itu meninggal dengan mengucapkan kalimat syahadat dan tepat berada di pelukan Yousef. Aisyah pergi meninggalkan dunia yang fana ini dengan penuh kebahagiaan. Namun, semua itu tak dirasakan oleh keluarga besar Aisyah juga dirinya, Yousef. Ia begitu kehilangan sosok bidadari hidup.

Zacquine Raveesha, ia masih belum menerima kematian bundanya. Ia masih tak percaya bahwa bundanya telah tiada, penyakit bundanya pun ia hanya tahu sedikit, Yousef seakan-akan tak membiarkan Zacquine mengetahui penyakit yang sebenarnya.

Semua memiliki alasan tertentu.

Langit memiliki duka tersendiri. Ia meluapkan kesedihan seakan-akan ikut merasa kepiluan yang dirasakan keluarga itu.

Ya, Perpisahan.

Zacquine memandangi tanah makam yang masih basah, tak peduli jika hujan turun sederas-derasnya. Tatapan matanya kosong. Tak ada kehidupan disana. Hilang semua keceriaan yang ada. Lelehan airmata meluruh melewati setiap inchi permukaan kulitnya yang basah. Airmata dan hujan menjadi satu. Di sekelilingnya, Almeera mencoba menghibur Zacquine, ia berusaha menenangkan hatinya.

Tak diduga, Zacquine berlari pergi meninggalkan pemakaman tersebut. Pakaian putihnya kotor terkena tanah. Ia berlari, menyisakan jejak kaki juga kepedihan yang menyelimuti laranya. Bidadarinya pergi. Malaikat tanpa sayapnya pergi.

Sementara Yousef entah tak tahu kemana.

Keluarga besar meneriaki namanya, tapi tak digubris olehnya. Ia memiliki satu tempat untuk dituju, namun bukan tempat yang selayaknya.

"Semua dusta..." gumam Zacquine.

"Aku benci dunia ini." geramnya dalam hati.



~~~

Keesokan malam, ia pulang dalam kondisi mabuk. Setelah memasuki rumah, ia berjalan seolah tak peduli keadaan sekitar. Keluarga besar Aisyah telah pulang sekitar pagi tadi. Ia mendapati ayahnya sedang bercumbu mesra dengan seorang wanita yang tak dikenalnya. Matanya terbelalak. Penglihatannya tak mungkin salah... ia banting pintu kamar ayahnya dan meraung seperti kerasukan.

"Ayah! What are u doing?Who's she!" ucapnya yang lebih mirip seperti bentakan.

Yousef dan wanita itu tersentak. Tak menyangka ada seseorang yang akan melihat mereka.

"Get out from here!" perintah Yousef.

Zacquine murka. Ia semakin benci pada ayahnya.

"DAD! BUNDA KEMARIN BARU SAJA WAFAT!" teriaknya.

Plakk!

Tamparan mendarat mulus di pipi kanannya. Hawa panas menjalari kulitnya perlahan. Zacquine tersentak lalu terdiam. Ia menatap ayahnya,terdapat kemarahan dalam matanya.

"I HATE YOU DADDY!" teriaknya lagi. Tangisan menelusuri pipinya. Entah kali ke berapa ia menangis. Kemudian ia berlari menuju kamar tidurnya dan menyiapkan koper, ia ambil barang-barangnya. Dengan sigap ia menuruni tangga dengan airmata yang masih mengucur deras. Rupanya Yousef menunggu di bawah, tatapan matanya kini telah berubah.

"Where you go? I'm sorry, my love, I'm—" ucap Yousef.

"—Kau tak perlu tahu aku pergi kemana, urusi saja wanita jalangmu itu," jawab Zacquine dingin. Tatapan matanya mengisyaratkan kebencian, kemudian ia pun berlalu pergi dan menghiraukan permintaan maaf ayahnya. Ia pergi mengendarai mobil Ferrarinya. Tak peduli jika ia mati sekarang atau tidak.

"Fake... I hate my life," ucapnya menatap lurus kemudi dengan tatapan benci dan muak.
Rahangnya mengeras dan ia kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal.

The beauty from heart (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang