Part 4

8.7K 304 5
                                    


"dear diary hanya kamu yang selama ini setia menemaniku hanya kamu yang tau betapa pedihnya hati ini diperlakukan dengan sangat tidak adil "

aku menutup buku diary milikku dan menyimpannya didalam kardus buku milikku hanya dialah tempatku berkeluh kesah selama ini aku mulai menulis segala curhatan hatiku semenjak aku duduk dibangku kelas satu smp.

mama papa dan kak Angel sekarang sedang tidak ada dirumah mereka sedang mengunjungi kak Leo yang sedang berada diamerika aku tidak tau seperti apa wajah kakak laki-lakiku sekarang terakhir kali aku melihatnya enam tahun yang lalu ketika ia baru lulus sekolah menengah pertama.

dan aku pun saat itu masih duduk dibangku kelas 5 SD kakak Leo menempuh pendidikan SMA dilondon tapi ketika kuliah ia memilih melanjutkannya diamerika.

dirumah sebesar ini aku sendiri bertemankan sepi terkurung didalam kamar sempit berukuran 2×3 M ini.

bosan jenuh itu sudah pasti bahkan kepalaku rasanya hampir pecah karena hanya diam aku hanya berbicara tadi saat disekolah itupun hanya dengan Rena karena aku tal memiliki teman selain dia.

dikelas mereka tidak ada yang mau berteman denganku aku cukup sadar mana mungkin ada yang mau dekat-dekat dengan cewek kumal dengan baju seragam yang menguning bersepatu butut dan wajah dipenuhi flek hitam.

hanya Rena gadis baik hati yang mau menjadi temanku bahkan ia merelakan untuk menjadi teman sebangku ku tak menghiraukan peringatan teman-temannya yang menyuruhnya menjauhiku.
.
.
.
.
.

"kurang tidur lo" ujar Rena saat melihat mataku yang tampak sayu aku hanya bergumam menyahutinya.

aku lebih memilih menelungkupkan wajahku dimeja rasa pusing mendera kepalaku entah kenapa akhir-akhir ini aku sering merasakan kepalaku pusing ditambah aku sering mimisan kurasa aku anemia.

"woy jangan tidur lo bentar lagi bu Endah masuk emang lo mau dijemur ditiang bendera" ucapnya sambil menepuk bahuku.

bu Endah beliau guru fisika super kiler kesalahan sedikit saja beliau tak segan-segan untuk menghukum siswanya beliau masuk daftar guru paling dibenci karna sifat kilernya itu.

dengan agak terpaksa kuangkat wajahku kembali "muka lo pucet mending lo keuks deh"

"enggak malas gue keuks cuma pusing doang kok" tolakku.

"yakin lo enggak papa tapi muka lo tu sumpah pucet banget" ada kecemasan dinada bicara disaat semua orang mengacuhkanku Rena malah peduli padaku ada rasa haru yang menyeruak dirongga dadaku melihat Rena yang mengkhawatirkanku.

"enggak papa kok lagian ini udah jam terakhir dua jam lagi kita juga pulang"

"serah lo deh" putusnya
.
.
.
.
.
aku memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhku yang terasa remuk saat pulang sekolah tadi aku kembali mimisan hingga mengotori seragamku beruntung tidak ada yang memperhatikanku.

keringat dingin membasahi tubuh lelahku aku memegang dahiku yang terasa panas kepalaku pusing ya tuhan aku tidak mau sakit kalau aku sakit siapa yang merawatku.

aku memejamkan mataku yang sama sekali tidak mengantuk lebih baik sakit ini dibawa tidur siapa tahu nanti setelah bangun sakitnya sudah hilang.

1 menit....

2 menit....

3 menit....

aku berusa untuk tidur namun tidak bisa kepalaku kini mulai berdenyut-denyut nyeri bagai dipukul dengan palu bahkan tanganku pun kini gemetaran mimisan yang semula sempat terhenti kini kembali mengalirkan darah segar dari hidungku seprai yang semula bersih kini penuh dengan darah.

aku berusaha bangkit dari tidurku untuk mengambil air putih namun saat aku duduk pandanganku berkunang-kunang dunia serasa berputar hingga akhirnya aku merasakan gelap menyelimuti tubuhku.






Adakah cinta untukku (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang