2.) mengenal.

81 5 0
                                    

Ternyata itu suara motor vino, ya lelaki yang tadi pagi digosipkan oleh desy teman sebangku ellya.

"Mau pulang? Udah yuk naik aja, lagi pula rumah kita searah kan?" Tanya vino dengan glagat anehnya.

"Iya, Gak perlu. makasih tawarannya." Begitu cueknya ellya padahal iya takut juga kalau pulang sampai kesorean.

"Halah udah gak usah banyak omong, naik cepet" tanpa basa basi lagi vino langsung menarik tangan ellya dan menyuruhnya naik, bodohnya ellya dia nurut saja. Entah makhluk apa yang tengah menggerayangi nya.

"Duluan pak." Vino langsung tancap gas dan berangkat menuju rumah ell.

Ditengah perjalanan suasana begitu hening, tidak ada sepatah katapun yang diucapkan ellya maupun vino. Tapi vino tidak betah dengan suasana KRIK kaya gini.

"Rumah lo dimananya ell?" Tanya vino membuat ellya sedikit gugup.

"Perempatan jalan aja nanti gue turun disitu." Jawab ellya dengan wajah datarnya.

"Loh kenapa turun disini, gue ngajak lo bareng buat tau dimana tepatnya rumah lo. Udah lo tunjukin jalannya dimana, lagian gak etis banget nurunin cewek di pinggir jalan." Panjang lebar vino bicara ellya hanya mengangguk saja.

"yaudah lo jalan dulu aja nanti gue kasih tau." Cetus ellya.

Disepanjang perjalanan ellya hanya memberi tahu mereka harus lewat mana saja. Menurut vino rumahnya gampang diingat.

Setelah sampai didepan rumahnya, ellya langsung turun. Dan mengucapkan kata "terima kasih vin." Baru sekali ini vino mendengar seorang ellya menyebut namanya dengan sebutan VIN. Walaupun wajah ell begitu datar.

*vino pov

Sebenarnya gue udah males buat kenal lagi sama yang namanya cinta, terus pdkt, dan mulai lagi semuanya dari awal. ujung-ujungnya gue tau bakal sad ending. Tapi temen-temen gue gak ada yang berhenti buat jodohin gue sama cewe manapun, mungkin karena udah 2 tahun ngejomblo kali ya. Males aja gitu kenal sama cewe yang buat hidup gue ribet.

Ini terakhir kalinya gue nyoba deket sama cewe. Tapi gue gak tau kenapa sama yang ini beda, apa lagi saat gue liat wajah blushing nya kalau lagi gue tatap, manis lucu. Macam bubble gum, hehe.

Nama gadis itu ellyana dia anak kelas XII IPA-1, termasuk kelas orang cerdas. Beda sama gue yang berasal dari kelas XII IPS-4. Cukup bodoh ya. sebenarnya gue kenal dia dari teman sekelasnya desy. Kalau ketemu sih sering, tapi waktu itu gue gak tau namanya. Maklum kita sama-sama cuek. Singkat cerita gue mulai mendekati si "ell" gitu nama singkatnya. Dia bener-bener bikin gue penasaran.

Kemarin sore gue abis nganterin dia, yang gue tau dari temennya dia cuek kaya gitu gara-gara udah males kenal dan deket sama cowo. Capek dikecewain mungkin.

Kenapa gue jadi kepikiran dia gini. Gue harus kenal dia lebih jauh lagi. kalau sampe gue bisa dapetin dia, dia gak akan gue lepas. Gue akan buat dia bahagia.

PRANGGG!!!! bunyi suara ini membuat gue terbangun dari lamunan yang indah.

"kita gak bisa maksain semuanya, rumah ini udah beda. Vino dan kevin udah gak bisa disatuin lagi!! Sama kaya kita!!" Tangisan itu semakin menggebu-gebu.

"Iya saya tau. Itu semua karena kamu sebagai ibunya tidak punya usaha sama sekali untuk memperbaiki semuanya. Ibu macam apa kamu?! Membiarkan kedua anak mu terlantar!! Ikut narkotika!! Minum-minuman keras!! Sementara kamu asik bekerja mengejar duniawi!! Brengsekkkk!!!!!" Hantaman pukulan ayah nyaris membuat ibu tersungkur. guci, dan semua pajangan kaca pecah berantakan.

Saat ini, detik ini, gue gak tau harus membela yang mana. Baru saja hidup gue indah karena seorang perempuan. Tapi sekarang mereka membuat semuanya gelap. Mereka berdua gak pantes gue sebut sebagai orang tua.

Mereka udah bikin hidup gue hancur, mereka udah bikin hidup gue gak kaya sewajarnya. Gue benci keluarga! Gue benci damai! Gue benci lo semua!

"Cukup!! Cukup!! Cukup!! Apa kalian gak puas ngancurin hidup vino?! Hah kalian gak puas?! Kalau kalian mau cerai, cepat cerai!! Karna vino gak butuh orang tua yang gak bisa apa-apa kaya kalian!!" Seketika air mata terjatuh, berkali-kali tiada henti.

Sesungguhnya gue benci perpisahan tapi jika dipaksakan bersama ini gak lebih baik dari sebuah penghancuran. Gue udah cukup capek ngerasain penyakit yang gak bisa lepas dari tubuh gue, apa mereka tau gue sering mengerang kesakitan melawan kodrat!. mereka gak pernah tau. Dan gak akan mau tau. terus sekarang mereka mencoba membunuh gue secara perlahan. Gue benci.

BUUGGGG!!!! Hantaman keras tepat menusuk rahang. Bercucuran darah. Meneteskan air mata. Dan gue jatuh tidak berdaya.

*pov

Suasana cerahnya pagi membuat seisi sekolah ceria tak terkecuali ell dan kawan-kawan. Tapi tidak dengan vino, dia terlambat datang ke sekolah. Bahkan dengan baju yang lusuh, rambut acak-acakan. Wajah yang penuh dengan lebam. Semuanya tidak terurus.

Kring! Kring! Kring!

Bunyi bel tepat pukul 06.30 Wib.
Semua murid sudah didalam kelas kecuali mereka yang terlambat.

"Ell ada pr gak?" Tanya desy yang membuat ell kelimpungan.

"Hah? Pr?" Tuh kan bener ell memang sedang melamun.

"Duh ell lagi ngelamunin apa sih? Sampai segitunya, gue nanya pr tauu!!"

"Hm maaf ya, gue lagi gak enak badan nih kayanya vertigo gue mau kumat deh. Hari ini gak ada pr kok." Jelas ell sambil dia memegangi kepalanya dengan kedua tangan.

"Yaudah ell kita ke UKS lo kalo kumat kan parah juga, udah yuk cepet!!" desy langsung menarik tangan ell dan desya langsung meminta izin kepada sang ketua kelas.

Sesampainya mereka berdua di dalam UKS dia bertemu LAGI dengan vino. Ada vino disana, vino yang bukan vino seperti biasanya. Dia sangat buruk hari ini.

"Waduh ada pasien juga toh, vino lagi. jangan-jangan lo kumat gara gara ada vino di UKS ya ell." Senggol desy ke lengan ell membuat ell sedikit terhuyung.

"Dia kenapa ya des, tumben banget gue liat dia di UKS gitu. Lemes banget lagi." Tanya ellya dengan nada khawatir. Sembari ia jalan ke kasur buat merebahkan tubuhnya.

"Ya lo tanya dong ell dia kenapa, eheemm" ledek desy membuat vino yang tadinya terlelap kini membuka matanya.

"Kalian ngapain disini? Siapa yang sakit?" Tiba tiba vino membuka mulutnya, membuat desy dan ellya menutup mulutnya.

"Ini loh vin ellya vertigo nya kumat, dia sih langganan UKS. Nah elu kenapa?" Jelas desy.

"Lo sakit ell?" Tanpa menghiraukan penjelasan desy, vino langsung bertanya sama ellya yang sekarang sedang mengerang kesakitan.

Tidak ada jawaban.

Begitu sakitnya kepala ell membuat semuanya gelap, ellya sangat benci dengan penyakit ini. Semuanya membabi buta kan hari-hari ell.

"Sorry ya vin, ellya lagi kesakitan jadi dia kaya gitu. Gue udah biasa ngeliat dia kaya gini, jadi gak begitu panik. Cuma 10 menit kok kontraksinya."

"Lo gimana sih! Temen lagi kesakitan gitu bukan panggil perawat atau apa, malah bilang biasa aja. Lo gak ngerasain kan sakitnya gimana?!" Bentak vino membuat desy bingung dan tercengang.

Desy hanya diam mati kutu melihat vino membentak nya seperti itu, dan desy seperti memberi ellya kode agar vino berhenti berbicara.

"Udah udah, gue gak apa apa. Lo gak usah marah-marahin desy kaya gitu." Suara ell tibatiba melerai perkataan vino yang membuat desy sahabatnya itu kebingungan.

"Tolong des lo ambilin di tas gue ada obat disana, plastik biru ya. Tolong ya des." Pinta ellya dengan wajah yang sangat lemas.

BerlaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang