Masalah Lagi (1)

2.3K 165 0
                                    

Valco mengantarku sampai ke rumah. Awalnya dia tak ingin masuk karena malas bertemu manusia yang lain. Tapi, Mom keluar tanpa diduga-duga.

"Hai. Ve. Dengan siapa?" Mom bersedekap memandang kami.

"Oh Mom. Mmm... dia..." Aku harus jawab apa?

"Selamat siang, mmm... M-mom!" sapa Valco dengan nada yang tak jelas dan membungkuk memberi hormat.

"Wow, manis sekali dia," ucap Mom tersenyum.

Aku terperangah, "Jangan panggil dia 'Mom'!" bentakku.

"Tapi 'kan kau memanggilnya begitu," balas Valco.

"Ya, karena dia adalah ibuku, harusnya kau memanggil dia tante atau hal sopan lainnya."

"Hmm, aku pernah bertemu seseorang dan dia menceritakanku tentang kekasihnya. Dia memanggil ibu dari kekasihnya dengan sebutan yang sama. Aku bertanya kenapa begitu? Lalu, dia menjawab bahwa ibu dari kekasihnya adalah ibunya juga. Jadi ibumu adalah ibuku juga." Valco bicara dengan satu tarikan nafas.

Mom terperangah mendengarnya, sedangkan aku menahan tawaku agar tak keluar.

"Maaf Mom, aku mengantar Love karena dia sedang tak enak badan," lanjutnya. "Oleh karena itu, dia harus pulang cepat."

"Wah, kau sudah memanggilnya dengan sebutan khusus ya. Jadi, kau adalah kekasihnya?" tanya Mom menggoda.

"Maksudku, Velove. Dan ya, itu nama kesayanganku," jawabnya mulai tenang. "Aku Valco, kekasihnya," lanjut Valco tersenyum merangkul tubuhku. Aku menganga mendengar pernyataannya.

Senyumnya bagaikan matahari terbenam, memancarkan kehangatan, tapi juga ketakutan bagi yang melihatnya. Takut akan kegelapan.

"Bukan!" Aku melepaskan rangkulannya secepat kilat. Apa yang akan dipikirkan Mom?

"Oh oke. Sebenarnya kau sangat sopan, aku suka dengan keyakinanmu itu. Vel, kau sangat beruntung, tak usah ada yang ditutupi dari Mom. Ingat?" ucap Mom. "Masuklah! aku juga ingin mengenal kekasih pertama anak perempuanku ini. Hehe..." lanjut Mom meledek.

Aku masih terpaku sesaat, kenapa Mom bisa langsung menerimanya begitu saja? Aku pikir akan terjadi banyak drama.

"Pertama? Waaw." Valco berbisik meledek padaku. Matanya sangat menggoda.

"Mom, jangan bergosip. Lagipula Valco harus kembali ke kampus!" Aku memaksa. Lalu Mom yang tadi hendak masuk kembali keluar.

"Hmm, iya aku rasa dia benar. Maaf Mom mungkin lain kali. Terima kasih untuk tawarannya," ucap Valco tersenyum dan menunduk memberi hormat.

Hei, dia banyak tersenyum. Tapi, di luar sangat seram dan selalu menyerangku. Aneh. Dasar licik.

Akhirnya, Mom kembali ke dalam setelah berbasa-basi dan Valco kembali ke kampus dengan motornya. Melaju secepat kilat, semoga dia selamat dengan kecepatan seperti itu. Kenapa pas sekali mobil Sander datang. Aku menunggunya keluar, apa yang dilakukannya di sini siang-siang begini?

"Hei, kenapa kau sudah di rumah jam segini?" tanya Sander sembari keluar dari mobilnya.

"Yaa, sedikit tak enak badan. Sebenarnya aku yang ingin bertanya lebih dulu, sedang apa kau di rumah tengah hari begini?"

"Malas. Jangan katakan pada mereka!" Sander sesekali mengintip ke dalam rumah.

"Tutup mulutku jika kau bisa," ancamku.

Sander langsung menarik lenganku dengan kasar. "Aw! Apa sih?"

Dia mendekatkan bibirnya ke telingaku dan berbisik, "Ayo kita jalan! Selagi masih siang."

DRAKEN [Telah Terbit]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang