Masalah (1)

154 16 0
                                    

Aku mencari letak lokerku sesuai nomor kunci yang saat itu kepala jurusan berikan padaku. Aku memilih kelas Sastra dikarenakan aku sangat menikmati hal-hal yang berbau sastra. Sayangnya aku harus berpisah dengan Yuka.

"Hai, Ve! Semangat hari ini?" sapa Yuka yang baru saja datang dan mencari lokernya.

"Oh hai, hmm. Semangat tapi tidak seperti kau. Semangatmu tak pernah setengah-setengah ya?"

"Hehe, tentu saja. Apalagi disini ada kelas lukis khusus komik. Kau tahu kan impianku menjadi komikus profesional. Oh, aku sangat mencintai kampus ini," ucap Yuka penuh senyum.

"Ya, kau memiliki impian yang jelas. Aku... Entahlah." Aku tertunduk memikirkan impianku yang belum jelas.

Yuka memperhatikanku dengan raut wajah yang khawatir, aku bisa melihatnya dari sudut mataku. Langsung saja, aku memasang senyum di bibirku dan mulai membuka loker.

"Velove!" Tiba-tiba seorang cowok melingkarkan lengannya pada bahuku.

Yuka memperhatikanku dengan wajah terkejut sekaligus khawatir. Ya dia tahu, aku tak pernah sekalipun sedekat ini dengan seorang cowok. Mungkin dia takut aku akan panik. Sejujurnya, aku panik, di hari itu. Hari aku pertama berkunjung dan segalanya dimulai. Tapi sekarang, aku tak boleh panik. Aku harus bisa menghadapi cowok macam dia.

"Valco, lepaskan!" Aku berusaha melepaskan tangannya dariku. Namun belum berhasil.

"Hai, Velove. Selamat datang di Woodstock." Kali ini Errent bicara, seperti biasa dengan senyumannya yang khas.

Kemudian aku menunggu seorang lagi bicara, tapi sepertinya dia tak akan bicara. Satu orang itu hanya diam bersandar pada loker di belakangnya dan menikmati musik melalui headphone yang dia lingkarkan di kepalanya hingga menempel di kedua telinganya. Memang terlihat sombong, tapi ada pancaran sinar yang menghangatkan darinya. Eh, bagaimana aku bisa melihatnya?

"Ya, terimakasih Errent," balasku singkat dengan senyum.

Senyumku hanya pada Errent. Damai sekali aku melihat senyumnya.

"Ve, kau harus memanggilnya kakak. Bukankah mereka ini senior kita?" tanya Yuka sedikit malu.

"Tak usah malu pada mereka Yuu. Untuk ap,-"

"Ya, disini tidak ada perbedaan senior dan junior. Kami semua sama Yuuchan." Errent memotong kalimatku.

"Eh, bagaimana kau tahu nama panggilanku? Panggilan itu hanya, Ve yang memakainya." Wajah Yuka mulai memerah.

"Maafkan aku Yuka, tapi aku suka nama itu," balas Errent tersenyum.

"Sudahlah Yuka. Nikmati saja masa-masa indahmu disini," bisikku pada Yuka.

"Ayo my Love. Akan kuantar kau ke kelasmu," ucap Valco mengendus rambutku dan menarik leherku menjauh dari mereka.

"Errgh! Valco, jangan menarikku seperti ini! Errent, tolong jauhkan makhluk ini dariku!" pekikku.

Yuka hanya memandang khawatir melihatku dibawa pergi oleh Valco. Sedangkan Errent hanya tersenyum maklum. Oh satu lagi, cowok yang satu itu akhirnya melirikku.

****

Valco masih merangkulku hingga di depan kelas. Semua orang melihat pada kami. Oh, memalukan.

"Valco, lepaskan!" pintaku sedikit berbisik.

"Ini kelasmu Love. Aku tahu kau akan lulus ujian itu," Valco sangat antusias dan tak mendengarkan perkataanku.

"Sejujurnya aku merasa aneh saat mengerjakan ujian hari itu. Aku bahkan lupa semua yang telah kupelajari karena seseorang terus menggangguku di hari itu! Tapi entah mengapa aku mengisinya dengan benar,” kataku berusaha menyindir dia.

DRAKEN [Telah Terbit]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang