VI

17.3K 934 9
                                    

"CHEERS...!!!"

"Selamat. Selamat!!" seru mereka dibarengi dengan tawa. Suara musik yang berdentum hanya semakin menambah kehebohan enam orang yang duduk mengelilingi sebuah meja bar. Dibawah terlihat ramainya orang-orang yang berdansa mengikuti hentakan musik si raja kelab malam. Roni sang DJ.

"Malam ini. Aku, sebagai calon atasan yang imut dipangkat tiga. Mengizinkan kalian wahai budak-budakku untuk bersenang-senang!" bukannya marah atas perkataan Dilla, para anggota tim yang sedang merayakan keberhasilan Val menghamili istrinya malah tertawa-tawa sambil mengacung-acungkan gelasnya keatas.

"Valeri yang udah nikah lama aja baru punya anak sekarang, trus kalau aku yang cantik dan seksi ini nikah, umur berapa baru punya anak....Huwaaaaaa...Mama! doakanlah anakmu yang jones ini!" ratapan anak kandung yang bernama Anggi, si drama queen serial korea itu pun terdengar keseluruh penjuru kelab. Dan hanya semakin menambah derai tawa teman-temannya.

Alex yang saat itu baru saja menenggak habis birnya, memulai aksi menjadi motivator dadakan.

"Anggi, gadisku yang cantik. Kamu tidak perlu takut, sayangku. Jodoh itu ada yang mengatur, nanti juga akan tiba saatnya kamu lupa kalau kamu masih jomblo. Lagipula ada sat...dua malah, cewek yang belum laku selain kamu..." dan semakin membahananya lah tawa mereka minus Dilla dan nona 'belut' kita. Seketika tawa itu pun langsung lenyap saat Dilla meletakkan sebuah pisau besar di paha Alex dengan mesranya. Senyuman setan pun merekah di wajah para jones cantik itu.

"Mau mati...gadisku yang cantik." dan memutihlah wajah sang motivator.

Tanpa mereka sadari, Kapten Handy memperhatikan mereka dari jauh sambil tersenyum. Bersenang-senang sebelum bertugas memang ada baiknya. Tapi dia tidak menyangka pasukan elitnya itu akan bertingkah sangat menjijikan jika mabuk. Sambil mendengus geli dia meletakkan uang dimeja dan melangkah keluar. Membebaskan timnya malam ini mungkin tidak ada salahnya.

"Hah, dasar orang-orang gila!" dengus Soap sambil berdiri.

"Mau kemana? Setengah mabuk Aris menangkap tangan Soap sebelum sempat menjauh.

Dengan muka malas, Soap mengatakan mau ke toilet dan menawarkan Aris untuk ikut.

"Yuk!" dengan santai Aris berdiri dan mendapat jitakan cinta dari Val.

"Sakiiitt!!!"

"Dasar cabul! Heran deh muka porno kayak gini kok bisa lulus test sih dulu?!" Val yang merasa paling tua diantara mereka pun mengomeli Aris dengan menggebu. Yang diomelin hanya meringis sambil mengusap-usap kepalanya yang kena jitak.

Soap yang sudah bisa menebak apa yang akan terjadi hanya tertawa-tawa sambil melenggang kearah toilet.

Habis sudah kesabarannya. Semua keahliannya dalam bertarung musnah sudah jika harus dihadapkan dengan acara antri mengantri di toilet cewek. Masih ada dua orang tante-tante didepannya, jika dikalikan 20 menit sesuai dengan lamanya ibu-ibu yang entah sedang kencing, BAB atau mandi didalam sana, maka hasilnya adalah dia akan dipermalukan oleh balita karena kencing dicelana dan mereka aman karena memakai diapers. Mengintip ke toilet cowok yang sepi bagai kuburan membuat Soap kalap. Dengan menyeret-nyeret kakinya agar tidak terjadi kebocoran lokal, Soap mengintip kedalam dan

BINGO!

"Yes, kosong! Permisi yah...iya masuk aja...makasih!" bertanya dan menjawab sendiri membenarkan tingkahnya, Soap pun masuk kesalah satu bilik.

Setelah menuntaskan misinya diapun bernafas lega. Ternyata tuntutan alam menambah satu lagi misi untuknya. Tiba-tiba perutnya mulas, mungkin akibat menyumpahi si ibu-ibu ditoilet cewek tadi. Namun dia tidak ambil pusing, toh dari tadi tidak ada suara orang diluar, yang berarti toilet ini masih kosong. Dengan ikhlas dia pun menyambut panggilan alam yang kedua dan segera menuntaskan misinya dengan senyum bahagia, sebelum bencana itu datang.

'Mampus!'

Keringat dingin mulai menuruni pelipisnya dan rasa gerah itupun tiba-tiba menyerang. Bagian belakang bajunya sudah basah. Mungkin Tuhan benar-benar menyayanginya sampai-sampai memberi cobaan yang seberat ini. Saat ini dia bahkan rela menerima misi tersulit apapun daripada harus dihadapkan pada TISU TOILET YANG HABIS DENGAN GANTENGNYA.

Sudah terlatih untuk menyelesaikan masalah secepat mungkin, akhirnya dia memberanikan diri untuk membuka sedikit pintu bilik dan mengintip keluar. Memantau keadaan dan memperkiraan jarak tisu di westafel dengan dirinya.

'Yosh, dekat...tinggal lari dikit. Ambil. Dan beres.'

Menutup kembali pintu bilik. Menunggu selama beberapa detik, takut jika ada yang datang. Dan Nihil.

"It's show time, Ba...!"

Yah, Tuhan memang sangat menyayanginya.

Waktu serasa berhenti dan Soap ingin mengubur dirinya hidup-hidup saat ini juga. Mata jelaga itu membola menatap dirinya yang berada didepan pintu bilik toilet. Kemudian pandangannya turun dan terbersit senyum geli diwajahnya. Soap yang melihat itu pun mengikuti arah pandang si pria.

AAAAARRRRRGGGGGHHHHHH!!!!!!!!!

Saat itu juga terdengar jeritan maut dan suara pintu dibanting. Betapa malunya Soap sekarang. Seumur-umur imutnya tidak pernah ia semalu ini. Celananya yang memang belum dinaikkan menggantung dengan indah dilututnya. Dan paha mulusnya pun terpampang jelas. Namun masalahnya bukan itu. Si pria itu pasti tahu kalau dia sedang BAB. Dan itu lebih memalukan. Ya Tuhan pindahkanlah hambamu ini ke gunung Rinjani.

Waktu pun berlalu dengan cepat dan membawa kesadaran Soap kembali. Kalau terus seperti ini cobaannya tidak akan pernah selesai. Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi kesanggupan hambanya. Saatnya menjadi orang tidak tahu malu. Samar-samar Soap mendengar suara air diwestafel.

'Pasti cowok tadi lagi cuci tangan'

Menekan rasa malunya kelapisan yang paling dasar, Soap pun mengintip keluar dan menemukan si pria yang memang sedang mencuci tangan. Tanpa dia sadari sebenarnya lelaki itu meliriknya dari kaca dan menunggunya keluar.

"Ehm, Hei...kamu...!" ucapnya sok galak menutupi malunya. Namun yang dimaksud hanya diam saja tidak bergeming dari westafel.

"Hei...liat sini dong. Tuli yah!"

Pria itu pun menoleh, dan saat itu Soap baru menyadari betapa tampannya cowok ini.

"Kamu...manggil aku?" Tanya si pria tampan dengan tampang polos. Dan Soap yakin seribu persen itu kepura-puraan.

Soap menarik nafas dalam-dalam untuk menetralisir emosinya karena harus berhadapan dengan laki-laki super tampan tapi 'LoLa' alias Loading Lama ini namun berakhir dengan terbatuk-batuk karena aroma semerbak hasil panggilan alamnya masih menggantung diudara.

"Hei, kau tidak apa-ap..." Soap menatap horor saat si lelaki berjalan mendekati biliknya.

"JANGAN KEMARI!!!"

Teriakan bersamaan dengan pintu yang dibanting. Lagi.

"Terima kasih tisunya. Jangan masuk dulu. Masih ada polusi." dan Soap pun berjalan sok tegar dengan muka yang sudah memerah menahan malu. Diperparah lagi saat ada seorang pria menatapnya aneh di depan toilet laki-laki.

"Itu cewek kenapa keluar dari toilet laki-laki..." pria itu melihat bolak-balik kearah tanda didepan pintu dan Soap yang sudah menjauh.

"...dan apa maksud senyum-senyum tidak jelas diwajahmu itu?" lanjutnya saat melihat temannya keluar dari toilet.

"Ada tisu toilet." Jawabnya pendek, sambil terus tersenyum geli " Yuk,pulang!"

"Lha?! Kok pulang ?! trus cewek-cewek yang udah kau pesan mau dikemanain?"

"Udah males!" lanjutnya sambil melenggang santai tanpa mengindahkan tatapan tidak terima dari teman dibelakangnya.

"Dasar! Padahal tadi dia yang ngajak kesini, trus pake bilang males lagi!" pria itu menatap tubuh temannya yang sudah menjauh.

"Ck, Sial! Hey tunggu....Rei!" 

Cause Love Need...{ Complete }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang