VII

16K 918 8
                                    

"Dan bagianmu Soap akan kita bicarakan setelah ini. Kecuali Dilla, yang lain boleh keluar. Terima kasih waktunya."

Soap menatap langit sore kejinggaan dari beranda apartementnya. Ditangan kanannya mengepul segelas coffeemix. Saat ini pikirannya melayang ke satu hari dimana Kapten Handy membagi tugas mereka untuk misi kali ini. Jujur saja Soap lebih memilih untuk bertarung berdarah-darah melawan para penjahat itu daripada harus mengenakan seragam cewek kantoran yang seksi. Untuk kesekian kalinya ia menghela nafas lelah.

"Terus seperti itu dan kau akan mati mengenaskan." Dilla datang dan duduk didekatnya sambil meminum cairan yang sama.

Soap hanya menatap malas sahabat sekaligus teman satu atapnya ini dengan skenario pembunuhan yang sudah dirancang dalam otaknya, untuk Dilla.

"Kenapa bukan kau saja yang jadi gadis kantoran, kenapa harus aku?!" rutuknya frustasi. Yang diajak bicara hanya melirik datar dan melanjutkan acara minum kopinya.

"Aku sih mau aja tapi Kapten Handy kan mengutusmu untuk tugas terhormat ini. Lagipula kau sekalian bisa cari jodoh cowok kantoran kan. Nanti kalau sudah dapat, cariin Aku juga yah...yah!" senyum geli tidak bisa disembunyikan olehnya lagi melihat muka merah menahan kesal dari sahabat belutnya ini.

"Sialan kau! tertawa diatas penderitaan sang tuan putri!" sebuah bantal pun melayang kearah Dilla, namun si imut itu berhasil menghindar.

" Hah! Kadang aku merasa Kapten Handy masih dendam padaku gara-gara nasi buatan istrinya yang cantik dan sebenarnya tidak pantas buat si seram Handyman itu, Aku makan!" Soap yang masih kesal pun teringat kembali saat Kapten Handy memberitahu tugas laknatnya itu.

"Soap, tugasmu kali ini sangat mudah. Kau hanya akan menyusup kesalah satu perusahaan yang dimiliki oleh Jhon Jacob. Aku sudah mempersiapkan semuanya, jadi hari Senin kau hanya tinggal datang kesana dan melapor kepada bagian umum. Disana kau akan menjadi pegawai magang. Jaga sikapmu karena keberhasilan misi ini, 80 persen ada ditanganmu."

Mata-mataku disana mengatakan kalau perusahaan itu akan dipimpin langsung oleh putranya, yang sampai saat ini tidak ada satupun data mengenai dia yang kita miliki.

Dan detik itu juga Soap mulai curiga kemana arah pembicaraan ini dan tebakannya terbukti benar saat Kapten Handy mengatakan,

"Kau harus berusaha mendekatinya, buat dia tergila-gila padamu dan jadikan anak manja ini kartu AS untuk menghancurkan sang raja. Kau sudah mengerti?"

AS KEPALAMU!!!

Tentu saja dia mengerti. Si gendut Handy itu meminta dia menjadi gadis penggoda yang bermuka binal agar misi ini sukses. GO TO HELL!!!

Dilla tidak mampu lagi menahan tawanya saat mengingat Soap langsung melempar kursi kearah Kaptennya yang malang itu. Sang atasan hanya semakin memperkeruh suasana saat melemparkan bungkusan berisi baju wanita kantoran dengan rok yang super mini. Soap bahkan menyuruh atasannya itu saja yang jadi bencong dan menggoda si kartu As.

"Hahaha! kau keterlaluan sekali menyuruh Kapten jadi bencong. Aku tidak bisa membayangkannya...Oh tidak, otakku tidak sanggup membayangkannya....Hahaha!" dan aksi kejar-kejaran pun terjadi.

Akhirnya dengan nafas terputus-putus, kegiatan marathon mereka pun diakhiri dengan memar di kening Dilla. Mereka duduk selonjor bersebelahan di lantai dan bersandar pada bagian belakang sofa.

"Sialan kau bar-bar, kasar sekali sih!"

"Salah sendiri memancing kemarahan cewek cantik."

Saling beradu tatap dengan pandangan kesal akhirnya tawa pun pecah diantara keduanya.

"Hah! Perutku sakit...larimu cepat juga!"

"Kau juga, tupai!"

Lama mereka terdiam dengan posisi yang tidak berubah. Kesunyian itupun dipecahkan oleh suara datar Dilla yang jika diperhatikan, ada nada kekhawatiran tersirat didalamnya.

"Kau akan langsung berhubungan dengan musuh kita, Ya?"

"Begitulah." Jawab Soap seadanya sambil menatap langit-langit apartementnya.

"Hati-hati. Aku masih ingin kau hidup" Dilla tidak bisa lagi menyembunyikan raut ketakutannya saat menoleh kearah sahabatnya.

"Pasti!".

Hari sudah larut malam dan Soap masih belum bisa memejamkan matanya. Jujur, ada rasa takut tersirat walau tidak terlalu mendominasi. Sebagai seorang perempuan dia merasa tidak sanggup untuk memerankan tokoh wanita penggoda. Dan yang semakin membebaninya adalah lawan yang dia tidak tahu seperti apa. Bagaimana kalau dia gagal dan penyamarannya terbongkar. Para mafia itu akan langsung menebak kepalanya. Atau rekan-rekannya yang harus terluka karena kebodohannya.

Dia bangkit dan berjalan kearah jendela kamarnya. Lampu-lampu kota dimalam hari menyambutnya sejauh mata memandang. Bagaimanapun tugas harus tetap dijalankan. Soap teringat anak-anak yang ada didalam foto. Tangannya mengepal keras sampai buku-buku jarinya memutih. Soap bertekad dalam hati.

Dia harus berhasil atau mereka akan mati.


Cause Love Need...{ Complete }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang