• The Start Of Something New •
•••••
Jakarta,
19 Februari 2016.Sore ini hujan turun, membasahi daerah Jakarta dan sekitarnya, awan kolonimbus sepertinya sangat betah mengguyur Jakarta beberapa hari ini.
Sagita sedang bertopang dagu di birai balkon apartemen milik saudaranya--Kinan. Rintikan hujan membasahi wajahnya, bahkan terkena rambut-rambut kecilnya di pinggiran dahi, namun ia membiarkannya. Mungkin jika ada orang lain yang melihat, pasti akan mengernyit heran."Woy! Ngapain lo?" Seru seorang lelaki dari dalam apartemen yang membuat Sagita menjauhkan badannya dari birai balkon dan dia mengelap wajahnya dengan telapak tangannya. "Enggak." Jawabnya singkat sambil berjalan masuk menuju sofa di depan TV.
"Engga apaan?" Mata lelaki itu mengikuti langkah Sagita yang duduk di sofa depan TV sambil mengambil tissue dan mengelap wajahnya lagi. "Gak ngapa-ngapain maksudnya." Koreksinya. Lelaki yang sedang mengeringkan rambutnya itu ikut duduk di sebelah Sagita.
"Gak ngapa-ngapain gimana? Basah gitu muka lo, rambut lo juga. Emang dasar, bocah! Malah main ujan," komennya sambil menoyor kepala Sagita pelan. Gadis itu membalikkan wajahnya yang semula memandang lurus ke depan pada lelaki di sebelahnya.
"Dasar bule gila! Gue tuh nungguin elo mandi, lama banget tau gak? Udah kaya putri keraton aja sih lo!" Gadis itu lalu melemparkan bekas tissue yang ia pakai pada lelaki itu. "Asem!" Seru lelaki itu saat tissue yang setengah basah mendarat mulus di wajahnya. Merasa kesal, ia balik melempar Sagita dengan handuk basahnya yang tepat mengenai wajah Sagita.
"LEEEOOOO!!"
•••••
Leodika Pratama, ia adalah sahabat kecil Sagita. Ibu Sagita dan ibunya Leo bersahabat dari kuliah, sehingga sangking kuatnya persahabatan mereka, Leo dan Sagita pun dari kecil sudah di dekatkan oleh kedua orang tua mereka, dalam artian di dekatkan sebagai sahabat.
Berbeda dengan Sagita yang anak tunggal, Leo memiliki kakak perempuan yang sudah bekerja di salah satu hotel dari cabang perusahaan ayahnya. Maklum saja, ayah Leo seorang CEO perhotelan di Indonesia. Namun, bukan berarti menjadikan ia sombong. Selama bersahabat dengan Leo, Sagita merasa baik-baik saja walaupun Leo sangat jail, ceplas-ceplos yang bahkan bisa menyakiti perasaan orang lain termasuk Sagita yang menjadi bahan komentarnya, kadang ia bisa sedikit gila, tapi walaupun begitu ia adalah sahabat yang baik, walaupun sampai sekarang Sagita tidak tahu dari sudut mana sifat baiknya itu.
Sagita dan Leo kini berada di sebuah supermarket dekat apartemen sepupu Sagita, keduanya membeli makanan ringan dan beberapa kebutuhan tambahan untuk besok."Ini mau beli apaan sih?" Ucap Sagita dengan jutek sambil melihat ke sekitarnya. Leo yang sedang mendorong troli pun menghela nafas, "snack buat besok lah sama apa kek kebutuhan cewek. Pembalut, sabun cuci muka atau apalah itu." Ucapnya santai. Sagita lalu menghentikan langkah kakinya, membuat Leo mau tak mau ikut berhenti dan memandang gadis itu heran.
"Kenapa lo?" Tanyanya polos.
Sagita menyilangkan tangannya di depan dada sambil memandang sahabatnya jengah.
"Snack? Pembalut? Sabun cuci muka?" Ulangnya lagi, Leo dengan ekspresi datar andalannya hanya mengangguk samar. "Terus kenapa kita disini?" Tanya gadis itu melihat sekeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
STARGAZE
Teen FictionBertemu dengan sosok bintangnya? Tentu itu hal yang paling menarik dalam hidup Sagita Dewi. Semenjak berkenalan dengan Xanderis Blanc, Sagita percaya bahwa lelaki itu adalah bintang yang selama ini ia tunggu, bintang yang di kirim semesta untuk mene...