Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 19.45, membuat Adeeva dan Vano langsung keluar menuju MRT terdekat dari Tokyo Skytree. Saat mereka sudah dekat dengan hotel, Adeeva berlari ke dalam lobby hotel, meninggalkan Vano yang berjalan heran di belakangnya. Persis saat Adeeva sampai di lobby hotel, jam menunjukkan pukul 8 malam, membuat Adeeva menghela nafas panjang.
Oh ya, memang gadis itu selalu panik saat berjanji pada Atha. Bukan karena apa-apa, ia hanya malas mendengar ocehan panjang Atha yang bisa membuat telingnya pengang.
"Godspeed ya lo, lari kayak dikejar jin tomang. Ninggalin pula" decak Vano malas saat sudah bisa menyusul Adeeva.
"Daripada telat. Nanti lo dibunuh sama algojo yang disewa Atha, gue sih ga nanggung ya" Vano yang mendengar perkataan Adeeva tertawa pelan.
"Deev, hm, mau nemenin gu-" Adeeva dengan cepat memotong perkataan Vano karena melihat sosok Atha baru keluar dari lift, "Van, itu Atha!"
Adeeva berlari kecil menuju ke arah Atha, meninggalkan Vano. Lagi. Tak ada yang tau seberapa senang Adeeva untuk segera berceloteh panjang lebar ke Atha tentang keseruannya hari ini. Sampai-sampai, ia tak menghiraukan perkataan Vano yang sempat ia potong.
"See? Gue dateng kesini tepat jam 8" Atha yang mendengar nada bangga di suara Adeeva hanya tersenyum sambil mengacak rambut gadis di depannya itu.
"Terus, pacar baru lo mana?" gurau Atha yang berhasil membuat Adeeva memelototkan matanya.
"Atha suka gitu. Jalan sekali aja sama cowo, langsung di cie cie iin. Gasuka" Adeeva menghentakkan kakinya lalu hendak berjalan meninggalkan Atha ke kamarnya. Dengan cepat, Atha menarik tangan Adeeva sehingga Adeeva kembali berdiri di depan Atha.
"Eh, iya iya. Jangan ngambek dong, mending kita samperin pa-, maksudnya Vano" kata Atha, membuat Adeeva menggerutu kesal. Sedaritadi Atha belum melepaskan tangannya dari Adeeva, dan sepertinya keduanya tidak ada masalah dengan hal itu.
"Halo, Tha" sapaan hangat Vano yang semua orang tahu hanya basa basi, dibalas dengan anggukan serta senyuman Atha.
"Van, kalo lo ga keberatan nih, gue mau ajak Deedee jalan dulu, ya kan Dee?" tanya Atha dengan spontan membuat Adeeva hanya mengangguk riang.
Sepersekian detik, baru Adeeva menyadari sesuatu. Sejak kapan Atha mengajaknya? Ekspresi riang Adeeva dengan cepat berubah menjadi melongo kaget sekaligus heran.
"Ha?"
"Ha?"
"Ha?"Semua ucapan itu dikatakan oleh Adeeva dengan nada yang berbeda dari nada yang rendah sampai tinggi.
"Udah kali cengo nya. Nanti kemasukan setan aja" canda Atha, tapi tetap saja Adeeva menatapnya heran.
"Eh iya, gapapa. Gue duluan ya ke kamar" Vano pamit dan segera pergi meninggalkan mereka berdua.
"Maksud lo, mau ajak gue jalan itu apa ya, Raffertha Raid Argani? Tanpa persetujuan gue lagi" gerutu Adeeva, menunggu penjelasan dari Atha tentang "perjalanan" mendadaknya.
"Hold your horses, Deedee. Gue cuman mau keliling hotel doang, mau nemenin ga?" tawar Atha.
"Asal lo nemenin gue jalan-jalan besok, count me in" Terlihat jelas kalau terlukis senyuman di wajah Atha.
"Siap, kanjeng ratu" Atha dengan cepat menggenggam tangan Adeeva, membuat gadis itu hanya bisa mengikuti kemana sana Atha membawanya pergi.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Unilateral.
Teen FictionPotensi seorang perempuan dan laki laki yang sudah berteman dari kecil untuk saling mencintai sangat besar. Tapi, apakah mereka berdua dapat mempercayai hati masing masing jika telah jatuh hati dengan sahabatnya itu? Mungkin tidak keduanya, mungkin...