Gerbang sekolah itu tampak megah sekali, pepohonan di kanan kiri jalanan seakan memberikan sesuatu yang tidak biasa, mereka bernafas seraya bertasbih memuji tuhannya. kurang lebih tiga tahun sudah aisha melewati gerbang itu, gerbang besar dengan warna cokelat itu selalu setia menunggu kedatangan aisha, wajah wajah pak satpam yang tampak lelah tak lagi asing bagi aisha. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, hari ini adalah hari terakhir aisha menginjakkan kakinya disekolah ini sebagai seorang pelajar. Ujian demi ujian telah di laluinya, hasil ujian dan jawaban dari jalur SNMPTN adalah harapan terbesar yang ditunggunya kali ini. ia berharap sang maha berkuasa atas segalanya mengabulkan doa doanya. Begitu melewati gerbang, perjalanannya terhenti begitu mendengar suara sahabatnya putri
"Sha..," ucap putri sambil berlari menuju aisha
"Putri... Kemana aja lo put 3 hari gak nampak?"
"Iya.. Aku baru pulang dari aceh"
"Ngapain kamu ke aceh? Jangan jangan kamu ke sabang yaa..?"
"Gak ah, aku cuma lihat universitas di aceh aja kok, kalau nanti aku gak lulus jalur undangan ke usu atau unimed aku disuruh ibuk aku kuliah di aceh, kebetulan kakaknya ibu tinggal di aceh yaudah aku pergi kesana untuk melihat universitasnya sekalian silaturahmi sama keluarga bibik di sana"
Aisha hanya bisa mengangguk pelan tanda paham. Di hatinya tebersit sedikit rasa kecewa karena putri akan kuliah di aceh. Tapi langsung di tepisnya semua pikirannya itu, karena yang behak memnentukan hudup putri ya putri itu sendiri, bukan orang lain apalagi aisha. Mungkin menurut putri itu yang terbaik menurutnya
Mereka berjalan beriringan menuju kelas. Canda tawa, suka duka, dan tetesan air mata yang mereka lalui bersama telah membuat mereka kuat, Tak terasa tiga tahun sudah mereka berdua menuntut ilmu di madrasah ini. Madrasah aliyah negeri 2 model medan namanya. Madrasah percontohan di kota medan bahkan di sumatera utara ini telah banyak meluluskan alumni alumni terbaiknya ke perguruan tinggi dalam dan luar negeri, tahun lalu sebanyak 178 siswa dari madrasah ini lulus masuk perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN (tanpa testing) diantaranya ada 5 orang yang berkuliah di luar negeri. 4 orang melanjutkan studinya di jerman dengan beasiswa full, hanya tinggal memikirkan biaya hidup di jerman dan 1 orang di terima di salah satu unversitas tertua di dunia yaitu al azhar university, suatu kebanggaan dan prestasi tersendiri bagi sekolah yang memiliki motto: "Bersatu,Bersungguh-sungguh,Berdoa dan Amin".
Dan sisanya di terima di berbagai ptn di indonesia seperti ITB, UI, UB, USU, Unimed, UIN syarif hidayatullah,UIN SU, dan masih banyak lagi PTN lainnya.
Suatu kebangaan dan harapan bagi aisha. Tetapi di balik semua kelebihan itu pasti ada terselip kekurangan yang tertutupi dengan semuanya itu. Aisha berharap ia mampu lulus jalur SNMPTN di dua universitas pilihannya, yaitu ITB dan UIN syarif hidayatullah. Walupun tak sesuai harapan ayahnya yang ingin aisha melanjutkan studinya di universitas alazhar mesir, aisha tak berkecil hati. Baginya semua tempat di muka bumi ini adalah ladang untuk menuntut ilmu, walupun sebenarnya ia masih memendam keinginannya ayahnya itu. Di rubahnya peta hidupnya, dulu ketika smp ia hendak kuliah S1 di universitas al azhar mesir, namun karena hal tersebut tidak realistis baginya ia merubahnya. Ia ingin S1 nya di indonesia dan S2 serta S3 nya wajib di luar negeri. Ia meletakkan pilihan utamanya pada jurusan teknik industri ITB dan meletakkan pilihan keduanya di jurusan psikologi di UIN.
Tak terasa langkah kaki mereka telah membawa mereka ke depan ruangan berukuran kira kira 5x5 meter, bertuliskan XII IPA 5 di atas pintu masuk. Ruangan itu yang selama satu tahun ini menemani ke 42 siswanya untuk mencoba meraih sedikit pengetahuan. Ruangan bercat hijau itu tampak kusam, hanya ada tirai jendela yang menjadi hiasan dengan karya karya tulisan tulisan mereka yang tertempel di dinding. Mereka masuk kedalamnya, beberapa orang sedang asik bercengkrama, salah satunya hakim. Lelaki yang sempat aisha kagumi saat awal awal kedatangannya dari jakarta, yang katanya hafal 30 juz, yang tak lain itu semua adalah kebohongan yang di buat buat olehnya. Ia hanya hafal juz 30 dan surah assajdah saja, dia berani berbohong bukan hanya kepada temannya namun juga kepada guru gurunya bahkan kepada allah S.W.T. Aisha jadi teringat awal mula hakim datang ke kehidupannya. Aisha dan hakim sempat dekat dan di kabarkan berpacaran dengan aisha. Padahal sebelum hakim datang entah berapa orang yang telah mencoba mendekati aisha namun tak kunjung bisa menarik perhatiannya. di tambah lagi dengan sikap aisha yang menentang sekali budaya berpacaran pada waktu sebelum kedatangan hakim. Tapi entah kenapa rasa cinta yang di landasi nafsu itu akhirnya dapat menggoyahkan keimanan aisha yang boleh dibilang cukup tebal. Imannya goyah saat berdua dengan hakim. Apalagi hakim adalah sosok yang dianggapnya paling sempurna diantara laki laki yang pernah di temuinya. Tak pelak ketika hakim menyatakan cinta padanya dengan senang hati ia menerimanya. Setelah itu cinta palsu itu membawa mereka seakan menjadi pasangan paling bahagia di dunia, dunia seakan milik berdua. Kemanapun selalu bersama, bergandengan tangan antara satu sama lain. Tak lagi di hiraukan batasan batasan antara pria dan wanita. Mereka terhanyut dalam cinta semu yang di landasi nafsu. Tak lebih dri satu minggu mereka menikmaati kenikmatan palsu itu Sampai suatu hari topeng kemunafikan itu akhirnya terbuka juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Gadis Aliyah
RomancePerjalanan menemukan jati diri seorang remaja muslimah, konflik khas remaja hingga masalah pacaran semua ada di dalam cerita ini Jika ada saran peningkatan cerita dapat dikirim ke : Fb:Catatan Gadis Aliyah Blog:albannahaloho.blogspot.com