5

20.6K 1K 83
                                    

SOFIA

All characters are belong to Vintari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

All characters are belong to Vintari. Real life of actors/celebrities have nothing to do with my story.

 Real life of actors/celebrities have nothing to do with my story

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam menunjukkan pukul dua belas lewat. Sofia selesai membantu Arin menyiapkan makan siang. Perut Sofia sudah kelaparan karena setelah sarapan, dia tak memakan kudapan apa pun. Ketika Sofia mengetuk pintu kamar Hera untuk memberi tahu bahwa makan siang telah siap, Hera justru menyuruhnya menjemput Gemintang.

"Gemi bilang kelasnya selesai jam satu, Ma."

"Ya, tapi mending kamu berangkat sekarang aja," perintah Hera, lantas memandang jam di dinding, "udah jam dua belas lebih. Kalo macet gimana?"

Sofia melirik jam di dinding. Saat ini pukul dua belas lebih lima belas menit. Pikirnya, jika dia makan siang terlebih dahulu akan sampai tepat waktu di kampus Gemintang. Namun, Sofia tak berani membantah perintah ibu mertuanya. Dengan menahan rasa lapar, Sofia keluar rumah untuk menjemput Gemintang.

Sampai di kampus, Sofia diserang rasa panas karena teriknya sinar matahari. Dia sudah mengirim pesan pada Gemintang, tetapi gadis itu belum membalasnya. Sofia sabar menunggu adik iparnya di dekat lokasi kampus. Kerongkongannya benar-benar kering sekarang. Sofia hanya membawa ponsel, tetapi tidak dengan dompetnya.

Di saku celananya, Sofia hanya menyimpan uang sebesar lima ribu rupiah. Jika meninggalkan motor, Sofia khawatir disuruh membayar parkir. Wanita itu memutuskan menunggu Gemintang dan membeli minum nanti saja.

Hampir satu jam Sofia menunggu, adik iparnya tak juga muncul. Ponsel Sofia berbunyi, menandakan pesan masuk. Gemintang mengabarinya jika gadis itu masih ada kelas tambahan. Sofia diminta menunggunya setengah jam lagi.

Tak tahan menahan lapar dan haus, Sofia menggunakan motornya mendekati penjual es kelapa muda. Uang yang dimiliki Sofia cukup untuk membayar minuman yang dibungkus plastik bening. Air dingin menghilangkan dahaganya. Rasa manis akan menahan rasa lapar yang Sofia rasakan. Untuk sejenak, Sofia seperti sedang memulihkan tenaganya.

Bertahan di dekat kampus, Sofia mendapat telepon dari Gemintang.

"Gem, Kakak udah di depan. Deket gerobak es kelapa muda," cerocos Sofia, begitu menerima panggilan adik iparnya.

"Pulang aja, deh, Kak. Aku mau ke mall, beli buku sama temenku. Makan di sana juga."

"Tapi Mama bilang, Kakak harus jemput kamu."

"Aku udah izin Mama, kok. Boleh, katanya. Kak Sofi pulang aja, deh."

Tak ada ucapan yang keluar dari mulut Sofia hingga panggilan telepon terputus. Hampir dua jam dia di sini dan sekarang harus kembali tanpa adik iparnya. Sofia menghirup napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Rasa pusing kembali menyerangnya. Sofia berusaha untuk tidak panik karena akan memperparah sakitnya.

Pelan-pelan, Sofia mengendarai motor untuk pulang. Napas Sofia terasa sesak karena dirinya sedikit kesal. Sebisa mungkin Sofia membawa motornya dengan kondisi stabil agar tak oleng. Di tengah perjalanan, Sofia merasa dibuntuti. Dirinya tak mengerti apa benar-benar dibuntuti atau hanya sekadar halusinasi. Beberapa kali Sofia memperhatikan kaca spion, mobil hitam dengan nomor dua angka itu seakan selalu berada di jalurnya.

Ketika mobil itu beberapa kali membunyikan klakson, Sofia mulai cemas. Wanita itu mengambil jalan lain untuk menghindari mobil. Setelah melewati beberapa jalan kecil, Sofia merasa lepas dari bahaya. Lega luar biasa, wanita hamil itu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi agar lekas sampai rumah.

❤️❤️❤️
17/7/20

*Sudah tersedia versi novel, e-book di Google Play, dan KaryaKarsa*

SofiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang