[05]

3K 244 17
                                    

Acara makan siangpun telah selesai, dan kini John sudah berada dihalaman rumah nenek atau tepatnya, tempat tinggal Anne. Yap, sesuai janjinya, John mengantar pulang Anne. Walaupun ini belum malam, tapi cuaca hari ini tidak begitu cerah.

Anne menunggu John turun dari mobilnya. Pria itu dipaksa oleh Anne untuk mampir dulu kedalam rumah. Rumah itu tidak mewah, tapi unik. Bergaya Victoria, dan memiliki halaman yang sangat luas. Bagian depan banyak sekali pohon dan rumput yang terawat. Sedangkan, halaman di belakang terdapat kolam renang sedang dan tempat menongkrong.

John keluar dari mobilnya dan memeriksa barangnya di mobil, pria itu menoleh pada Anne dengan senyuman jahil. Anne yang memeluk tas laptopnya menatap pria itu dengan tatapan datar. Sesungguhnya, John sangat lambat.

Pria itu berjalan sedikit ke arah Anne, dan wanita itu mulai memasuki rumahnya yang tidak dikunci. Saat pintu dibuka, suasana zaman abad 15 terasa diruangan itu. John menyukai seni, sama seperti Kakek dan Nenek Anne yang menyukai seni. Mungkin mereka satu selera.

Disana terdapat patung-patung indah, dan lukisan. Setiap sudut terdapat pahatan cantik di kayu jatinya. John merasa sangat betah disini. Anne menoleh kebelakang melihat ekspesi John yang sama seperti Anne pertama kali dibawa ke restoran tadi siang.

Kini mereka sudah sampai di ruang keluarga, Anne tidak mengajaknya di ruang tamu. Tapi, diruang keluarga. Diruangan ini segalanya modern, sangat berbeda dengan ruang tamu tadi. John duduk disalah satu sofanya dan Anne menyaratkan untuk duduk diam disana sampai dia kembali. Pria tampan itupun mengerti.

John merasa canggung, Anne bilang disini tidak ada siapa-siapa karena dia hanya tinggal berdua dengan Kakaknya, tapi kakaknya masih berkerja.

Tak lama Anne datang dengan membawa minuman, tetapi dia belum mengganti bajunya.

Minuman itupun ia taruh di meja dekat sofa itu.

"Apa?" Ucap Anne karena sedari tadi John terus menatap Anne, entah apa yang dipikirannya. Karena itu membuat Anne jadi salah tingkah.

"Ah? Tidak." Jawab John dengan membuang pandangannya ke bawah.

"Kakakmu berkerja dimana?" Tanya John saat melihat Anne duduk disampingnya. Anne menoleh dan berkata, "dia menjadi manager di restoran milik keluarga kami." Ucap Anne dengan tangannya yang terus bergerak memindahkan snack ke mulutnya. John mengangguk.

"Kau tinggal dimana?" Tanya Anne pada John, pria itu sedikit bingung untuk menjelaskan. Tapi, dia tahu wanita didepannya juga Werewolf. "Aku tinggal di pack." Jawab John, dan Anne mengangguk.

"Apa jabatanmu disana?"

"Beta," ucapan John membuat Anne menganga.

"Benarkah? Hebat... siapa Alphanya?" Anne membenarkan posisinya dengan kaki melipat diatas sofa dan mengarah ke John, menurut John Anne wanita yang konyol.

"Aih," ucapan John terpotong karena melihat posisi Anne. "Robert, dia Alphanya." Lanjut pria itu dan kini Anne semakin menga-nga terkejut.

"Astaga, selama ini bosku adalah seorang Alpha juga. Keren." Anne menga-nga terkejut seperti orang bodoh. Wajahnya yang polos malah membuat John gemas.

"Tidak keren, itu biasa saja." Ucap John seolah tidak peduli. "Dipackmu siapa Alphanya?" Tanya John dengan punggung menyeder kebelakang.

"Sepupuku," itu jawaban Anne, dan John mengangguk mengerti. "Oh begitu, astaga. Jam itu benar?" Ucap John yang tadi santai kini menjadi tegang saat matanya melirik jam didinding.

"Tentu, jika jam itu rusak untuk apa aku memajangnya disana?" Anne menjawabnya dengan santai. Pria bertubuh besar itu berdiri dari duduknya dan menatap Anne.

"Aku harus pulang sebelum jam 5 sore." Ucap John dengan wajah memelas. Anne mengangkat alisnya, "kakakku belum datang. Kupastikan sebentar lagi dia sampai, kau mau menunggunya?" Anne memelaskan wajahnya, karena sebenarnya ia tidak mau John pulang cepat.

"Ini sudah jam 4 lebih, Anne." Kata John dengan wajah bersalah. "Kumohon..." Anne menaruh snacknya dan memohon pada John, tapi pria tetap menolaknya.

"Maafkan aku Anne, besok aku bisa kemari lagi. Mungkin bisa lebih lama lagi." Ucap John yang ceria agar Anne tidak cemberut seperti tadi. Wanita itupun mengangguk. John tersenyum dan mencium pipi Anne.

Wanita itu langsung blushing, ia malu. John terkekeh, melihat kelakuan Anne jadi salah tingkah seperti itu. Sedangkan Anne masih menyentuh pipinya yang dicium.

"Kau mau antar aku sampai ke depan gerbang?" Tanya John dan Anne terkejut. "Kau gila ya? Jarak dari rumahku sampai gerbang depan sangat jauh astaga.. aku bisa mengantarmu sampai mobilmu terparkir saja, okay?" Anne tersenyum jahil, dan kini John yang cemberut lalu mengangguk.

Akhirnya keduanya keluar dari ruangan tadi. Dan Anne mengantar John ke depan, keduanya berjalan sampingan. Anne dan John tampak saling bercanda karena keduanya tertawa sampai terbahak-bahak.

Anne berbeda dengan Meghan, wanita ini lebih terbuka, dan sedikit konyol. Awal bertemu Anne memang anggun. Tapi nyatanya tidak seanggun awal bertemu. Walaupun begitu, tidak membuat John berkurang rasa cinta padanya.

Kini mereka sampai di tempat mobil pria itu terparkir. Anne menunggu ditangga depan rumahnya, dan John masuk kemobilnya lalu melambaikan tangan dan menjauh.

Wanita itu kembali masuk kerumah dan pergi kekamarnya untuk berganti pakaian dan sebagainya.

←→←→←→←→←→

Lukas memarkirkan mobilnya digarasi yang terletak disebelah kanan rumah neneknya. Pria itu keluar dari mobilnya dan melirik arloji yang sudah menunjukkan jam 8 malam. Hari ini memang pulangnya lebih cepat, biasanya dia pulang jam 11 malam, sedangkan Anne pulang jam 10 malam. Tapi hari ini, semua pekerja dipulangkan lebih awal.

Pria itu langsung masuk kedalam rumahnya dan melihat Anne yang sedang memperhatikan laptopnya dengan fokus, lalu wanita itu menoleh karena sadar kakaknya baru pulang.

"Hey." Itulah sapaan Anne, dan wanita itu kembali mengetik sesuatu yang penting di laptopnya.

Lukas menatap Anne dengan panik, pria itu melepaskan tasnya dan menaruh di lantai. Lukas berjalan mengelilingi ruang keluarga, Anne melihat kelakuan kakaknya yang konyol membuatnya ingin bertanya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Anne dengan penasaran, Lukas menoleh pada adiknya dan membulatkan matanya dengan pani.

"Kau tidak sadar?" Anne menyipitkan matanya, ia semakin tidak mengerti apa tujuan yang di bicarakan Lukas, "apa maksudmu?" Tanya Anne.

"Aku mencium.. bau itu!" Anne menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu, lalu menyengir malu. "Yeah, maafkan aku. Aku membuat roti panggang dan terlalu lama.. lalu gosong, apakah baunya menyengat?" tanya Anne dengan wajah polos, lalu terkekeh.

Lukas memutarkan bola matanya kesal, bukan itu yang di maksud Lukas. Nampaknya, Anne tidak paham.

"Bukan bau itu."

"Lalu?"

Lukas mengambil nafasnya dan menghembuskan perlahan. "Aku mencium bau, bau.." ucapan pria itu menggantung.

"Lucky.."

Seketika tubuh Anne menegang. Wanita itu menutup mulutnya, karena panik, ia menggeleng. Air matanya keluar perlahan. Ia tidak tahan mendengar itu, Lukas mendekati adiknya dan memeluk adiknya.

Anne masih terpaku, "apa maksudmu... Lukas..." ucap Anne dengan mulut bergetar. Lukas melepaskan pelukkannya dan mengacak rambut dirinya dengan kesal, dan pusing.

"Aku mencium kembali bau itu. Bau yang telah hilang bertahun-tahun... dan kini bau itu kembali, apa dia tidak puas dengan apa yang dilakukannya pada kakak kami?" Ucap Lukas dengan rahang mengeras, dan wajah penuh amarah.

"Siapa yang datang kemari?" Tanya Lukas pada Anne, wanita menunduk sebentar, dan berkata pelan.

"John, mateku."

AnnetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang