Mister Amadeus

5.4K 312 5
                                    

Prilly POV

Pagi menjelang lebih cepat. Seakan akan matahari ingin sekali cepat cepat terbit mengalahkan bulan. Aku mengawali pagi cerah ini dengan sebuah senyuman kecil kepada para tetangga yang menyapaku. Mereka memang tidak bosan menyapa gadis tak punya apa apa sepertiku. Aku tinggal disebuah rumah bertingkat dan mewah dari seorang bisnis man kaya raya dengan hartanya yang selalu berkelimpahan tak ada habisnya. Ingat, aku tinggal disitu bukan berarti aku adalah istrinya, tapi aku hanyalah salah satu pembantu dari sekian banyak pembantu dirumahnya itu. Namun kebanyakan orang menganggapku adalah istrinya, huh. Bodoh sekali mereka. Sudahlah lupakan itu.

Sudah 2 tahun aku bekerja dirumahnya. Kini keribuan kalinya aku menggenggam sebuah sapu yang setia kupegang setiap pagi saat majikanku masih terlelap dalam mimpinya. Oh, ya. Aku lupa menjelaskan ciri ciri majikanku itu. Dia bukan pria tua yang kalian pikirkan. Dia adalah pemuda tampan berumur sekitar 25 tahunan yang sudah sukses meninggalkan popularitas kerabatnya yang belum sukses.

Dia, Amadeus Aliando Syarief. Pria berparas rupawan yang sudah hidup mandiri tanpa orang tua, karna orang tuanya bekerja diluar negeri. Biasanya aku memanggilnya dengan sebutan 'Mister Amadeus'.

Mister Amadeus ini mempunyai wajah bak pangeran yang selalu mampir dimimpiku. Rahangnya terbentuk sangat sempurna. Bulu matanya lentik, alisnya tebal, hidungnya mancung, dan tatapan matanya yang tajam itu selalu membuatku terpesona.

Wajahnya memang sempurna. Namun tidak dengan hatinya. Kalau kuceritakan kisah kelamku selama 2 tahun bekerja disitu, sama saja aku membuka aibku sendiri. Lebih baik kalian cari tahu sendiri saja daripada aku harus mengingat itu lagi.

Aku membersihkan halaman depan rumah mewah majikanku yang luas sekali. Sudah bisa kupastikan untuk membersihkan halaman seluas ini membutuhkan waktu berjam jam. Mister Amadeus memang kaya, wajar saja rumahnya itu setara dengan 10 rumah bertingkat.

Aku mengelap peluhku ketika sudah selesai menyapu. Pekerjaan keduaku adalah, membangunkan majikanku. Aku kembali masuk kedalam rumah bak istana itu, melewati lorong lorong, lalu menaikki satu persatu anak tangga. Aku berhenti didepan pintu berwarna cokelat tua yang tertutup rapat. Dengan keberanian penuh, aku mulai mengetuk pintunya.

"Mister Amadeus. Ini udah pagi." Ucapku keras. Tapi sayangnya tidak ada jawaban. Biasanya, sekali aku mengatakan perkataan yang sama, majikanku itu sudah keluar dengan setelan jas rapih andalannya. Apakah dia masih mandi?

Aku mulai membuka knop pintu kamar majikanku, lalu melangkah masuk kedalam. Kuakui ini cukup nekat karena selama 2 tahun ini aku belum pernah menginjakkan kakiku dikamarnya. Kamar Mister Amadeus itu bukan jatahku untuk membersihkannya, melainkan jatah seorang pembantu yang umurnya sudah tua dariku, Nyonya Wallace.

Aku terperangah melihat keluasan kamar Mister Amadeus. Ini adalah kamar terluas dari kamar kamar lain disini. Bahkan kamarku saja tidak seluas ini. Aku kembali melangkahkan kakiku menelusuri kamar, hingga tubuhku terpaku pada seorang pria masih terlelap diatas kasur kingsizenya.

Aku mendekati ranjang, dan mengamati wajah tampan Mister Amadeus. Ya Tuhan, ternyata Mister Amadeus kelihatan damai dan tampan sekali saat tidur. Tapi kalau bangun, entahlah aku harus apa lagi. Paling paling aku dijadikan sate hidup hidup.

"Lo ngapain disini?" Aku terkejut mendengar suara berat itu keluar dari bibir Mister Amadeus, walaupun matanya masih terpejam. Oh God, aku hampir lupa kalau Mister Amadeus mempunyai insting/feeling yang sangat kuat. Dengan mata terpejam pun, dia tau kalau aku ada disini.

Setelah ia mengucapkan tiga kata itu, matanya terbuka, menatapku tajam. Tajam dan tajam seperti pisau yang sudah tajam tapi tetap diasah. Aku menelan ludah susah payah, lalu menunduk tanpa banyak kata. Oh Tuhan, aku malu sekali.

My Employer LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang