|Analisis Part 1|
Sesampainya di lantai dua, di sebuah toilet, Sasi pertama kali yang masuk, dia membuka pintu sangat hati-hati, hingga bunyi deritan yang cukup ngilu terdengar."Oh, tidak!" Sasi langsung melompat kebelakang saat membuka penutup toilet tersebut.
"Apa ada darah lagi?" tanya Guswa sedikit panik.
Pelayan kebersihan itu menoleh, lantas mengangguk. "Ya, darah itu kembali muncul."
Edo kemudian memajukan tubuhnya. "Biar aku lihat seperti apa darah itu "
"Ah, ya, baik." Pelayan kebersihan itu menyingkir dari pintu, dan memberikan ruang sedikit untuk Edo, dan juga Zein yang ikut masuk ke dalam toilet.
"Kau lihat sendiri, kan?" Zein menatap Edo.
Edo menunduk, lekas mencium bau yang dihasilkan dari toilet duduk tersebut. Keningnya mendadak terlipat seperti merasakan ada sesuatu.
Zein kemudian bertanya. "Bagaimana, Edo?"
Edo berdiri, dan berbisik pelan. "Ini jelas sekali bukan darah. Coba kau cium bau ini."
Zein langsung menunduk, dan mencium bau yang teramat sangat aneh sekali. "Bau apa ini, Edo?"
"Entahlah, tapi sebelumnya aku pernah mencium bau ini. Tunggu sebentar..."
Edo kemudian membuka tangki toilet. Dia kembali mencermati isinya, dan menciumi bau aneh tersebut.
"Apa di tangki toilet itu bau juga?" Zein bertanya.
Edo mengangguk. "Ya, tidak salah lagi, ini bau amoniak."
"Apa? Amoniak?" Guswa yang mendengarkan percakapan mereka berdua mendadak berseru karena terkejut.
"Benar sekali. Jadi, di sini tidak ada darah maupun hantu. Satu fakta telah aku pecahkan, akan tetapi aku masih butuh barang bukti untuk memperkuat semua ini." Edo mengusap-usap dagunya.
"Jadi," kata pelayan kebersihan lambat-lambat. "Hantu itu hanya permainan iseng orang saja, kah?"
"Ya, betul sekali." Edo tersenyum simpul.
"Lantas, apa kau sudah tahu siapa orangnya?" Pelayan itu bertanya.
Edo dan Zein berjalan keluar dari dalam toilet, dan menutupnya. Edo lalu berkata dengan penuh keyakinan. "Delapan puluh persen, aku sudah tahu siapa pelakunya dibalik semua misteri villa angker ini. Aku masih butuh dua hal lagi, satu bukti, dan satunya adalah bagaimana pelaku bisa menghidupkan televisi dan membuat hantu itu seakan-akan hidup didalam televisi. Aku yakin kalau pelaku pasti melakukan teknik luar biasa, dan aku belum bisa memecahkannya dalam bidang yang satu ini."
"Jadi, apa pelakunya ada di villa ini?" Guswa bertanya antusias.
Edo mengangguk mantap. "Ya, pelakunya ada diantara kita."
"Itu sangat menakutkan sekali," kata Guswa. "Aku harap bukan dari rombongan kami."
"Yang jelas bukan akulah." Zein mengusap wajahnya.
"Baiklah," kata Edo. "Aku punya rencana untuk kalian bertiga, itupun jika kalian mau bekerjasama denganku."
"Demi memecahkan kasus ini, aku akan rela membantu apapun." Guswa berkata tegas.
Kemudian pelayan kebersihan juga ikut berkata. "Aku juga bisa diandalkan."
"Jangan lupakan aku juga, kawan." Zein mendehem.
"Baiklah. Terima kasih sekali atas bantuan dan dukungan kalian. Mari kita rencanakan."
Mereka berempat kemudian berdiskusi selama beberapa menit. Mendengarkan arahan yang diberikan oleh Edo untuk mengungkap dalang dibalik teror villa berhantu ini.
Setelah selesai, mereka berempat kembali turun dan merapat ke ruang tengah. Terlihat wajah-wajah penuh ketakutan dan cemas menghias.
"Bagaimana? Apa hantu itu muncul?" Dinda sudah bangkit dan langsung memberi pertanyaan kepada Zein.
Zein menggeleng. "Tidak ada hantu sama sekali di lorong lantai dua itu."
"Hanya ada genangan darah ditoilet seperti biasanya. Itu tidak menakutkan." Guswa langsung duduk, dan menyandarkan tubuhnya.
Dinda kemudian memelototi mereka berdua. "Apa menurut kalian berdua itu lelucon, hah?"
"Tidak, memang ini bukan lelucon, Dinda." Guswa mengangkat kakinya ke atas paha. Duduk santai.
"Lalu, kenapa kalian tenang-tenang saja."
"Ya, betul," seru Ruli. "Gus, apa yang barusan terjadi di atas? Apa detektif itu berhasil memecahkan kasus ini?"
Guswa menoleh, dan berdehem. "Sudahlah, kalian tidak usah panik, toh, nyatanya tidak ada penampakan hantu lagi bukan?"
Obrolan mereka kemudian terhenti sejenak, saat beberapa pelayan dan koki datang kembali ke ruang tengah.
"Maaf," kata koki. "Apa benar kita semua disuruh kumpul di ruangan ini?"
Zein menjawab dengan sorot mata yang penuh ketegasan. "Yah, temanku menyuruh kita semua untuk kumpul di ruang ini. Katanya, dia sudah tahu siapa pelakunya."
"Apa? Jadi, semua ini bukan hantu yang nyata?" Koki itu berseru.
"Betul," kata Guswa. "Hantu itu hanya permainan seseorang yang ada di dalam villa ini."
"Lalu, siapa orangnya?" Pelayan dapur ikut bertanya.
"Kita belum tahu," sahut Zein. "Sebaiknya kita sabar menunggu kedatangan temanku, dia sedang pergi ke rumah salah satu pelayan kebersihan villa ini."
"Aku yakin," seru Ruli dengan semangat. "Bahwa pelakunya pasti pelayan kebersihan yang rumahnya dekat dengan villa ini."
"Itu belum tentu, Ruli!" Guswa memotong tegas.
Hening sejenak, hanya terdengar bisikan-bisikan dan gumaman lembut dari masing-masing orang.
Dinda kemudian berjalan mendekati Zein, dan berbisik. "Bagaimana dia bisa menjelaskan tentang hantu yang muncul di televisi itu, atau mungkin darah yang berada di toilet itu? Bukankah itu hal yang diluar nalar pikiran manusia, Zein?"
Zein menghembuskan napas panjang. "Semua itu bisa dilakukan oleh manusia jika mau."
"Lalu, bagaimana caranya?"
"Kita tinggal tunggu penjelasan dari teman baikku itu. Paling tidak sekitar lima menit lagi, dia pasti sampai disini bersama kedua pelayan kebersihan itu."
Lima menit berlalu tak terasa. Suasana tegang menyelimuti ruangan, terutama bagi si pelaku, rasa tegang itu mungkin lebih hebat.
(NEXT)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror Villa Berhantu
Misterio / Suspenso[TAMAT] [Detektif Edo]#3 [Kumpulan Cerpen Misteri] Acara libur panjang akhir pekan Zein dan teman-temannya harus rusak karena sebuah teror yang mengancam mereka. Sebuah villa dengan masa lalu penuh kerumitan. Hantu perempuan korban pembunuhan yang...