|Analisis Part 2|
Pintu ruangan tengah perlahan terbuka, terdengar suara kaki perlahan masuk. Semua wajah menoleh ke asal muasal bunyi suara tersebut. Tampak disana hadir sosok Edo bersama pelayan kebersihan yang bernama Sasi."Kenapa kalian cuma berdua saja, di mana Dimas?" Koki itu bertanya.
"Dimas tidak ada dirumahnya," kata Sasi menjelaskan. "Kata ayahnya, dia baru saja pergi bersama kekasihnya, entah ke mana, biasanya sampai larut malam baru pulang."
Ditengah-tengah percakapan. Ruli berbisik pelan ke Guswa. "Apa kataku, semua ini benar dugaanku, bahwa pelakunya pasti pelayan itu."
"Belum tentu." Guswa mendesis.
"Lalu, bagaimana sekarang?" Pelayan yang lain berseru tidak sabaran.
"Baik," kata Edo. "Kenapa semuanya aku kumpulkan disini, bukan semata-mata aku ingin mempermainkan kalian ya? Ingat, aku datang ke sini karena permintaan sahabatku, Zein. Dia melaporkan kalau di dalam villa ini ada sesuatu yang tidak beres. Bukan hanya hantu yang meneror saja, melainkan juga tentang kasus pembunuhan tujuh tahun yang lalu. Seperti mata rantai yang putus saja, kasus itu seakan tidak pernah diungkit lagi semenjak pelakunya menghilang dan tidak ditemukan, padahal sudah jelas beberapa lembar fotokopian wajah pelaku disebar di setiap sudut gang, akan tetapi sama sekali tidak ada yang bisa menemukan orang tersebut."
"Ya, aku pernah melihat itu, disetiap tiang listrik sebelum menuju ke villa ini," seru Ruli sambil berdiri. "Tapi, bukankah itu kejadian sudah lama sekali ya?"
"Maka dari itu, aku juga ingin mengusut semua kasus masa lalu dan kasus hantu yang meneror itu sekarang juga." Edo tersenyum ganjil, dia menatap keadaan sekitar tanpa rasa gentar.
"Ayolah, kawan. Jangan bertele-tele." Pelayan dapur itu sudah menguap.
"Baiklah, mari kita mulai pertunjukkan pertama." Baru saja Edo menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba lampu diruangan padam total seperti sebelumnya.
Semua orang yang ada diruangan mendadak berseru panik, ada yang menjerit ketakutan, dan ada pula yang memaki-maki. Kemudian, televisi tiba-tiba menyala terang, dan muncul sosok hantu perempuan yang mengancam itu dari sana.
"Cukup!" Edo berseru.
Beberapa saat kemudian, lampu kembali menyala terang.
"Hey, apa-apaan kau ini!" Prio berseru protes, wajahnya nampak pucat pasi.
"Maafkan aku, kawan. Aku tidak bermaksud menakut-nakuti kalian," Edo menghela napas sejenak. "Jadi, apakah kejadian tadi sama seperti yang kalian alami beberapa menit yang lalu?"
Semua orang mengangguk, terkecuali koki dan dua pelayan dapur yang kebetulan tidak merasakan ketegangan itu.
"Siapa yang tadi melakukannya?" Pelayan dapur bertubuh agak gemuk itu bertanya penasaran.
Edo hanya memberi senyuman. "Yang mematikan lampu adalah Sasi yang berdiri di belakangku sejak tadi. Apa kalian tidak melihat kalau dia keluar dari ruangan ini, dan seketika lampu padam?"
Guswa kemudian melompat dari tempat duduknya, dan berkata penuh semangat. "Aku paham sekarang, jadi pelaku sudah mematikan lampu itu dari luar, dan menyelinap masuk ke dalam, kemudian menghidupkan televisi menggunakan remote tiruan."
"Tepat sekali apa yang barusan dia katakan," lanjut Edo, "jadi, itu trik pertama yang sangat mudah sekali untuk dijalankan tanpa gangguan, dan bagaimana cara pelaku membuat hantu itu seakan-akan muncul dalam layar televisi?"
Semua orang dibuat bungkam, tak satu pun yang bisa menjawab dan menjabarkannya. Kecuali Edo yang bisa melakukannya, dia pun mulai menjelaskan cara-caranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teror Villa Berhantu
غموض / إثارة[TAMAT] [Detektif Edo]#3 [Kumpulan Cerpen Misteri] Acara libur panjang akhir pekan Zein dan teman-temannya harus rusak karena sebuah teror yang mengancam mereka. Sebuah villa dengan masa lalu penuh kerumitan. Hantu perempuan korban pembunuhan yang...