Di Ujung Pelangi (5)

853 7 1
                                    

Notes:

Harap diperhatikan sebelumnya, cerita "Di Ujung Pelangi" ini bukan murni kisah yang saya buat. Kisah ini adalah kisah KOLABORASI yang dibuat bersama-sama bersama 12 rekan saya yang lainnya di kemudian.com. Saya post ini di wattpad, sesuai dengan permintaan IreneFaye sebagai salah satu peserta kolaborasi dan telah meminta ijin sebelumnya dengan peserta-peserta kolaborasi lainnya. Setiap part dari cerita ini, akan saya sematkan siapa yang menuliskannya. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih. Selamat membaca.

'***********************************************************************************************************

                                                           Di Ujung Pelangi (Bagian 5)

                                                           Ditulis oleh: Kumiiko_chan

Joanna terdiam, menunggu kalimat yang akan diucapkan Tristan. Tangannya bergetar memegang foto yang menampilkan Adam dan Tristan, saling berangkulan dan tersenyum. Mereka terlihat sangat akrab.

Joanna menggeleng cepat dan mengembalikan foto tersebut kepada Tristan.

“Maafkan saya, Teacher. Sungguh lancang menanyakan hal pribadi, saya mohon lupakan perkataan saya tadi.”

Tristan mengamatinya, saat wanita yang ia cintai tersenyum meminta maaf dan menggandeng tangan Nathan hendak keluar dari ruang guru.

“Lelaki itu Adam, saudara saya,” jawab Tristan tiba-tiba yang membuat Joanna langsung berbalik dan mematung.

Hening, Joanna pun tak mampu bersuara menemukan kenyataan bahwa...

“Tepatnya, saudara angkat saya. Kami berasal dari satu panti asuhan yang sama dan Adam adalah kakak dan pelindungku.” Tristan melihat bola mata Joanna membelalak.

“Sungguh, saya sangat beruntung memiliki kakak sepertinya.”

Joanna dapat merasakan kasih sayang Tristan terhadap Adam, dan ia pun tahu yang Tristan katakan benar adanya. Joanna menganggukkan kepalanya dan tersenyum tulus.

“Saya yakin dia orang yang hebat...”

“Mama Nathan megenalinya?” tanya Tristan

“Eh... Dia... Mirip dengan kawanku, kebetulan namanya sama ya, sungguh aneh,” jawab Joanna tergagap.

Segera Joanna pamit dan menggandeng Nathan keluar dari ruang guru dan saat sosoknya hilang di sudut ruangan, Tristan duduk dan mengamati fotonya. Ingatannya berputar, mengingat masa-masa kecilnya di panti asuhan.

***

Kala itu usianya 6 tahun dan ia diejek oleh geng anak panti karena tidak pernah sekali pun dilirik orangtua asuh untuk diangkat anak. Tristan hanya bisa menangis dan memanggil ibu yang tak dimilikinya. Kejadian itu membuat Tristan tidak percaya diri saat berhadapan dengan orangtua asuh. Sampai sosok Adam menantang anggota geng untuk berhenti menganggu Tristan dan membiarkannya sendiri. Adam tak gentar walau kalah jumlah dan ia berhasil membungkam anak panti untuk berhenti menganggui Tristan.

“Te..terima kasih, ka..kakak..” suara Tristan terputus-putus sambil sesekali terisak.

“Sudah, jangan menangis. Siapa namamu? Namaku Adam, 9 tahun. Aku sering melihatmu diganggu dan aku tak suka mereka sok berkuasa, menindas anak panti yang belum diangkat anak,” jawab Adam menepuk pelan bahu Tristan, menyuruhnya berhenti menangis.

“Namaku Tristan, 6 tahun.”

“Aku selalu ingin punya adik, kau bersedia? Kulihat kau juga tak pernah bergaul dengan anak panti lain. Ayo, ku perkenalkan kau dengan teman-teman yang lain.”

Di Ujung PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang