Lain lagi dengan Mina dari Kota Derwangin. Dia ini sinting juga, terutama hari ini, karena Mina sedang berdiri santai di pinggiran beton licin lantai teratas gedung apartemennya. Anginnya cukup kencang, bikin Mina yang tadinya santai mendadak gemetar kayak mesin kompresor. Puluhan merpati sendu baru saja balik dari penerbangan melelahkan biar bisa santap mewah di atap gedung. Benar-benar pesta biji yang ramai, apalagi isi karungnya melimpah ruah, dengan kwalitet terjamin tentunya. Mina terus memandangi gedung rumah sakit yang berhadapan dengan apartemennya. Ia tak ambil pusing dengan arus balik gerombolan bersayap yang lalu-lalang di sekitarnya. Matanya fokus pada satu jendela yang terbuka, karena di sana terbaring tubuh yang ia sayang.
"Hati ibu untukmu, Nak."
Mina melompat, sungai bahagia banjiri nadinya. Terbayang-bayang aneka eulogi melankolis yang akan terucap di tepi kubur kelak. Orang-orang pastilah bisa paham rasa sayangnya yang besar pada sang anak, pengorbanan ini tak akan sia-sia. Bahagia itu terus mengepul dari diri Mina sepanjang trayek vertikal yang sedang ia lalui. Tapi dalam hitungan milidetik, bahagia itu berubah jadi kekesalan.
"Kurang ajar kalian!!!" teriak Mina pada sekumpulan orang di bawah. Orang-orang di bawah tampak tegang, kecuali seorang waria dan beberapa pria berotot yang tersenyum santai sambil menyusun beberapa matras.
*******
Beberapa jam sebelumnya...
Di depan unit gawat darurat terlihat satu ambulans dekil menurunkan seorang anak kecil. Meronta sambil memegangi bagian kanan perutnya adalah tarian sepanjang jalan. Tarian yang membuat anak itu pingsan dalam sepuluh hitungan.
Ibunya, Mina, adalah sosok ibu muda yang tak lagi bersuami sejak ia ditinggal pergi. Meski sulit, ia coba untuk hidup mandiri. Mengurus anak seorang diri memang bukanlah perkara sehari dua hari, tapi perkara sampai menyambut mati. Namun, akhir-akhir ini Mina suka lupa diri. Tak bertegur sapa dengan anak sendiri. Ia bahkan tak tahu kalau puteranya mengidap penyakit hati. Badai dadakan yang sempurna ini bikin dia sedih sekali. Jelas, ini semua terjadi karena si empunya anak tidak mau peduli.
"Anak ini membutuhkan transplantasi hati segera. Temukan kerabatnya, hubungi lewat pihak sekolah saja."
Anak Mina, Daya, harus naik ambulans tanpa ibu, karena memang dia sedang berada di sekolah saat nyeri bukan kepalang dan bel pulang bersama-sama mengetuk pintu kelasnya. Mina sedang kerja, tak punya sempat untuk jemput Daya, ditambah lagi teleponnya dimatikan. Ia tak mau pekerjaan kelamnya diganggu siapa-siapa.
Mina, adalah programmer sekaligus pelacur terkenal di kalangan penjelajah dark web, dan dari pelacur biasa sudah naik kelas menjadi penyalur komoditi wanita muda dari berbagai negara. Alasan utama mengapa dia tak punya waktu senggang untuk mengurusi Daya.
"Saya punya uang banyak, ditolong ya anak saya," tegas Mina sambil memamerkan gigi pada seorang dokter residen.
"Tapi tidak ada donor sekarang, masih harus dicari, dan itu butuh waktu cukup lama."
Mina mulai panik, mukanya tampak sebal. Bukannya ini harusnya mudah? Banyak hati yang bisa ia beli dari kawan-kawannya di pasar gelap. Apalagi cadangan duit digital miliknya cukup banyak. Jadilah Mina mencari bantuan lewat aplikasi pesan singkat, yang sungguh ajaib dalam waktu singkat sudah memberinya jawaban yang diharap.
"Dokter, aku punya seorang donor, tapi butuh waktu beberapa menit. Kumohon, jaga hidup anakku sampai donor itu datang..."
"Ibu serius? Baik, kami lakukan persiapan. Tapi ibu harus cepat, waktu bukan teman yang baik."
Mina berusaha menemui seorang penjual organ ilegal di satu apartemen yang cukup jauh. Terlebih dahulu Mina masuk ke akun Gulita355 miliknya dan mencairkan sebagian besar uang digital.
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA
ActionMENGANDUNG KONTEN DEWASA 21+ Enter at your own risk. Agensi telah memilih manusia-manusia paling dipandang hina dina untuk dilatih menjadi agen-agen serba bisa yang akan diterjunkan ke berbagai misi aneh bin ajaib, yang membutuhkan agen lapangan ber...