Epa, wanita empat puluh lima, sudah dikenal luas oleh para penghuni sekitar rel kereta Perkampungan Garawika. Berhubung hanya dia dewi seks yang paling terjangkau. Cukup selembar uang dua puluh ribu atau sebungkus makanan sudah bisa ditukar dengan permainan selama setengah jam. Sudah tidak terhitung berapa banyak levofloxacin dan asam pipemidat yang dia minum untuk mengobati infeksi saluran kemih yang sering kambuh. Tapi, obat-obat Epa tidak bikin dia tobat-tobat. Katanya dia sudah tidak punya kesibukan lain. Selangkangannya sudah mati rasa, bukan dalam arti sesungguhnya, tetapi ya di dalam sana dia memang sudah tak lagi punya rasa.
Pria-pria Garawika sudah sering jatuh di lubang yang sama, lubang Epa. Istri-istri setempat sudah sangat mengenal Epa, seakan dia itu semacam istri kedua untuk seluruh pria di perkampungan Garawika. Kadang jadi istri pertama, jika si pria terlebih dahulu bereksperimen pada Epa sebelum melakukannya pada istri sendiri. Epa memang punya daya tarik yang aneh, seakan dia bisa jadi siapa saja. Muka pas-pasan tapi tidak bisa dibilang jelek, bodi lumayan, terampil pula soal dandan meski pakai kosmetik murahan.
Epa sering mandi di kali berair kekuningan dekat sekolah. Kadang di waktu istirahat, anak-anak SD mengintipnya mandi. Epa seperti tidak peduli dengan mata-mata kecil yang mengamat-amati dua puncak dada dan rambut-rambut kudus di bawah perutnya. Epa tidak peduli jika generasi penerus bangsa berubah jadi generasi perebus bangsa.
Dari semua kenormalan itu, muncullah pelanggan ke sekian ribu yang tanpa sepengetahuan Epa telah membawakan hadiah besar untuknya. Kencing nanah sudah seminggu menjangkiti. Ia cukup kesal harus bayar mahal untuk bervial-vial antibiotik. Untuk makan saja tak cukup, apalagi untuk rekreasi. Terpaksa Epa harus menjelajah lebih jauh, melewati batas perkampungan, menuju ke kampung-kampung atau kota terdekat, dan mulai membuka lubang jebakannya.
Anak-anak Epa tidak ada yang mengakuinya sebagai ibu. Semua lari ke jalanan dan berubah jadi preman merangkap tukang parkir. Epa punya lima anak laki-laki, dan semuanya sudah pernah meniduri ibunya. Yang tertua lahir ketika Epa masih kelas 3 Sekolah Menengah Pertama. Sisanya ia lahirkan di tempat kerja.
Dulu, orang tua Epa mengusir Epa dari rumah akibat peristiwa melahirkan yang lucu itu. Padahal, adalah Ayah Epa yang memperkenalkan seks bebas kepada Epa, karena sering bawa ayam kampus ke rumah. Ibu Epa tidak tahu apa-apa, dan Epa pura-pura tidak melihat apa-apa.
Hari ini Epa mau berkunjung ke Jinggolako, daerah kekuasaan Darmi. Epa sudah putus asa cari mangsa di area sekitar Garawika yang sepi ditinggal penghuninya ke konser dangdut, jadilah dia pergi jalan kaki lebih jauh lagi menuju Jinggolako. Untuk standar Jinggolako, Epa termasuk kategori 'lumayan', berhubung pria-pria Jinggolako tidak suka wanita berbetis kekar.
Setelah setengah jam melecetkan kaki, Epa sampai di Jinggolako dan mulai buka lapak di sana. Ah, ada beberapa pria tambun yang tertarik, buat Epa ini bukanlah masalah, beberapa pria sekaligus berarti ia akan dapat uang lebih banyak. Kebetulan mereka semua berteman, yang memang butuh hiburan setelah kebosanan setengah mabuk di emperan toko Annunaki.
Jadilah Epa melayani mereka semua, dalam ruang sempit terpaksa dempet-dempet. Epa digerayangi dalam kegelapan, berjuang memancing lembaran-lembaran uang yang bersemayam dalam dompet-dompet. Karena pesta mereka terlalu brutal, tendangan salah sasaran dari Epa membuat telur salah satu pria terserempet. Ia mundur jauh dan menginjak sebatang sapu hingga terpeleset. Epa pun refleks tertawa, yang terpeleset merasa terhina, terinjak harga dirinya seperti keset.
Maka si pria yang terluka harga dirinya, mengambil batang sapu di dekatnya. Dalam kondisi marah menancapkan batang sapu ke lubang yang tak seharusnya. Epa kesakitan, para klien tertawa sejenak, lalu panik saat gagal mencabutnya, dan melarikan diri.
Salah satu intel si waria yang membuntuti Epa diam-diam baru saja menemukan Epa dalam kondisi mengenaskan, dia terlambat. Batang sapu kasar masih menancap sedalam 30 sentimeter di dalam kemaluan Epa. Kerjaan klien iseng yang terpengaruh mental kerumunan yang menginginkan pertunjukan lebih seru. Tapi mereka ketakutan ketika benda panjang itu tersangkut di sana, dan semakin ketakutan untuk mencabutnya. Epa hanya bisa meringis saat ditinggalkan sendirian di dalam gelap, berharap hidupnya tidak lama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA
ActionMENGANDUNG KONTEN DEWASA 21+ Enter at your own risk. Agensi telah memilih manusia-manusia paling dipandang hina dina untuk dilatih menjadi agen-agen serba bisa yang akan diterjunkan ke berbagai misi aneh bin ajaib, yang membutuhkan agen lapangan ber...