Bab 5 Pelacur Pengetik Skripsi

132 14 4
                                    

Soal menemukan nilai A, Gehtruda adalah ahlinya. Hampir seluruh dosen pria sudah tahu rasa manis Gehtruda, terutama di musim hujan bulan Desember. Dipanen dengan hati-hati dan penuh kelembutan, dalam balutan tebal kerahasiaan agar tak jadi sasaran amuk istri-istri mereka. Bisa dimaklumi kenapa dosen-dosen pria di kampusnya punya dua telepon genggam.

Ini sudah tahun 2016, dan bulan ini dalam hidup Gehtruda adalah bulan paling krusial. Skripsi akan membuat dia makin sial. Meriang kebosanan di depan selangkangan para dosen pria di bulan-bulan mendekati wisuda. Karena Gehtruda adalah sajian utama yang dinantikan. Memang banyak mahasiswi lain di sekitarnya, bergoyang dan berguling dalam dansa tanpa busana, tapi Gehtruda adalah yang paling dinantikan. Kualitas tinggi terpancar mulai dari aroma hingga beragam lekuk di tubuhnya. Dia sedang dalam proses menjadi terkenal. Sebuah utas membahasnya di media sosial.

"Media siaaaaal! Mahasiswa yang lain jadi tahu kegiatanku sama dosen-dosen itu, hiks... Maluuu... Mana screenshot chatnya kesebar pula. Kok bisa ya?"

"Yang tahu udah banyak kali. Kamu kan sudah lama terkenal, Ge. Kamu gak mau nyobain mahasiswa juga? Aku siap lho..."

"Goblok! Anak ingusan macam kau bikin aku jijik."

Gehtruda suka berkuda dan main golf. Hobi mahal yang bisa ia kelola dengan baik karena ikut kemanapun sugar daddy-nya pergi. Dia bisa belanja pakai uang tunai atau kartu kredit yang dia sita dari papi-papinya. Atau bisa juga pakai uang sendiri, hasil keringat sendiri, belakangan baru minta reimburse kepada papi manapun yang duluan ia temui.

"Ayaaang, mau reimburse dong.. Kemarin kan habis beli Stuart Weitzman yang paling mahal itu loh."

"Waduh apa itu tidak kemahalan, Sayang?"

"Tidak kok. Kan biar matching sama jumpsuit-ku."

"Wah, harus banyak kejar proyek lagi nih buat bayar tagihan hahaha."

"Tenang, nanti aku pijat kok. Plus-nya banyak pokoknya."

"Wah, nanti ujian akhir kujamin kamu dapat A."

"Wuihh, makasih ya."

Sebenarnya, Gehtruda ingin cepat-cepat pergi dari kampus ini. Tapi kebutuhan hidup yang mencekik dan kapabilitas otak yang pas-pasan membuatnya harus bertahan sedikit lebih lama dari mahasiswa kebanyakan.

"Sedikit lagi aku bisa meninggalkan kampus sinting ini."

"Bukannya kamu udah betah, Ge? Mahasiswi abadi macam kau memangnya bisa bertahan di luar kampus ini?"

"Aku akan jadi tua, Nyet. Mereka akan bosan."

"Tapi kecantikanmu ituloh susah ditandingi. Makanya mereka tujuh setengah tahun gak bosan-bosan sama kamu. Oh iya, ada dosen baru lho. Ganteng banget. Kami para cowok aja bisa-bisa ganti haluan nih kalo liat dia."

"Ahmasa? Ganteng mana sama Pak Henry?"

"Ini jauh lebih ganteng!"

"Serius? Pengen liat deh."

"Iya, ntar kalo dia masuk ngajar. Gege, kamu udah operasi kan?"

"Eh, iya udah. Tetep dirahasiakan ya, plis."

"Emang bekasnya gak kelihatan? Boleh kuperiksa?"

"Alasan kamu, mau pegang-pegang gratis, sana jauh-jauh."

"Yah, namanya juga teman. Mesti perhatian ke payudara temannya yang habis dioperasi."

"Eh Monyet, awas nanti kedengaran anak-anak."

"Upss, maaf."

"Jadi terapimu masih panjang ya? Mesti kontrol-kontrol rutin gitu?"

"Ya iyalah. Kan aku-- setaaaan!! Siapa tuh ganteng amat!! Anjaaay!"

STIGMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang