Sekolah adalah tempat yang bagi sebagian besar orang, paling menyenangkan namun juga membosankan. Banyak cerita dan kenangan yang jika suatu saat nanti seseorang mencoba untuk memutar ingatan kembali, sekolah merupakan tempat yang punya banyak kesan. Terutama bagi para remaja berseragam putih abu-abu, masa SMA mungkin adalah masa-masa terbaik dalam hidup. Dimana ada pertemuan, cinta, derita, canda tawa, perjalanan, perpisahan dan cerita lainnya."Ellena Anjani," panggil seorang guru yang tengah berdiri di depan kelas. Tiada satupun murid yang menyahuti, membuat guru itu kembali memanggil nama yang tadi ia sebut, kali ini lebih lantang.
"Ellena Anjani,"
"I-iya Pak," sahut seorang gadis pada akhirnya. Ia duduk di kursi paling belakang.
"Jangan melamun di jam pelajaran saya," tegas Pak Andri.
Ellena mengangguk kaku, padahal, sebenarnya ia ingin menggeleng dan protes panjang lebar. Bagaimana bisa Elle tidak melamun? Kalau guru di hadapannya itu seperti tengah mendongeng. Sangat panjang dan berputar-putar. Pelajaran Fisika Pak Andri memang selalu begitu, kepala Elle bisa manggut-manggut sampai mentok di atas meja. Memikirkan hal lain di luar pelajaran dan menunggu kantuknya datang untuk jatuh tertidur.
"Oh iya, saya ingat pernah masih tugas minggu lalu. Kumpulkan di meja saya. Sekarang."
Seketika, sorakan membahana terdengar dari murid satu kelas.
"Yaaah... pake inget lagi...." ujar salah satu dari mereka pelan, namun Pak Andri tetap mampu mendengarnya.
"Bagi yang tidak mengerjakan, siap-siap terima konsekuensinya."
Saat itulah Elle mulai bertingkah gusar seperti orang kebakaran rambut. Ya, kebakaran rambut. Karena Elle tidak punya jenggot.
"Emang ada tugas, Mi?" tanya Elle pada teman sebangkunya.
"Ada dong," jawab Mimi enteng.
"Lo udah ngerjain?"
Mimi mengangguk, "Udah dong."
"Monyet!" umpat Elle, "Kenapa lo gak ngasi tau gue kalau ada tugas? Kan gue belum sempet nyalin punya lo,"
"Nyontek mulu kerjaan lo. Lagian perasaan tadi pagi gue udah bilangin kalau ada tugas deh, elo aja yang sibuk caper dan mantengin adek kelas."
Sumpah demi apa, tampang Elle sekarang tidak jauh beda dari orang sedang menahan sesuatu yang akan keluar dari belakang. Suara Pak Andri terdengar lagi dari depan, bahkan lebih horor.
"Bagi yang tidak mengumpulkan, maju ke depan kelas."
Elle berteriak histeris, bagaimanapun hukuman Pak Andri pasti tidak main-main. Makin mules jadinya. Elle mengguncang-guncang bahu Mimi, menceramahi kebodohannya sendiri yang tidak sempat mengerjakan tugas.
"Mimiii! Gue kudu gimana dong? Aduuh, lu tolongin gitu ngapa,"
Dua orang murid sudah mulai beranjak dari kursi mereka, berjalan enggan menuju sisi Pak Andri. Elle bergidik sendiri, nanti dia juga harus berada di sana.
"Mimi, tulungin guee,"
"Gue harus tolong apa? Elu sih kalau mau ngerjain sesuatu pasti suka di tunda-tunda. Rasain deh sekarang,"
"Kok lo gitu sih? Dasar, teman." Elle mendelik, tapi tak berselang lama air mukanya berubah lagi.
"Ellena, tugas kamu kemana?" tanya Pak Andri tidak menemukan buku tulis milik Elle di tumpukan buku yang tersusun rapi di atas meja.
"Anu... itu... emm... anu-"
"Anu, anu. Bicara yang bener kamu!"
Elle lengsung kebelet boker, beneran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter & Sweet
Teen FictionSinopsis: Kisah seorang cewek bernama Ellena yang sering jadi korban php, gampang baper dan suka di halusin sama cowok-cowok di sekolahnya. Padahal mimpinya sederhana; cuma pengen punya pacar yang ganteng, tajir, baik, keren, bertanggung jawab, dan...