Buah Kesabaran

326 21 11
                                    

Risa's POV

Seorang pria memakai jas putih memasuki ruangan. "Begini semuanya, sebelumnya saya akan membacakan kondisi pasien. Jadi, benturan yang terjadi dikepalanya menyebabkan pendarahan di otaknya. Bisa jadi, mungkin keadaan pasien akan sedikit rapuh. Dia telah melewati masa-masa kritisnya, tapi dia sedang koma. Jadi, adik dan ibu harap bersabar karena mungkin butuh waktu beberapa minggu bahkan beberapa bulan agar dia sadar dari komanya. Dan perlu diketahui lagi, tolong agar adik dan ibu selalu mengawasi Rio, karena luka di kepalanya yang cukup parah, maka kalian harus senantiasa melindungi Rio dari berbagai macam benturan. Jika sekali saja kepala pasien terbentur dengan keras, maka akan menyebabkan amnesia permanen."

Gue cuman bisa nutup mulut sama kedua tangan gue. Gue gak nyangka bakalan separah ini. Tante Indah pun tak kuasa menahan tangisnya. Lalu, seorang pria yang mungkin adalah suami tante Indah memasuki ruangan tepat pada saat dokter tadi meninggalkan ruangan kami.

"Mah, gimana keadaan Rio? Dia baik-baik aja kan? Maafin papa telat ya mah.", kata pria itu sambiil memeluk tante Indah.

"Pah, Rio koma pah. Dia tadi nabrak pohon. Mama gak tau dia kenapa kok bisa sampek kayak gitu, padahal dia kalau di luar arena balap itu kalo nyetir selalu taat peraturan dan gak pernah ngebut.", kata Tante Indah sambil nangis.

"Yaudah, mah. Kita harus bersabar, kita pasti bisa melewati cobaan ini. rio pasti kembali.", kata om itu menenangkan. "Kenalin, saya papanya Rio. Nama saya Sinyo Haryanto. Kamu pasti Risa, kan? Yang udah nolongin anak saya? Makasih ya nak, berkat kamu Rio bisa diselamatkan.", om Sinyo menjabat tanganku.

"Enggak, om. Itu semua bukan karena saya kok, saya gak melakukan apa-apa. Saya cuman melakukan apa yang harus saya lakukan.", gue menjabat tangannya sambil tersenyum setulus mungkin.

Siapa yang tau, semenjak peristiwa itu muncullah kedekatan diantara mereka semua?

***

Hari demi hari berlalu... detik, menit, jam, masih setia menemaninya dalam tidur lelapnya. Sudah 2 minggu semenjak Dokter memvonis kalo kak Rio bakalan koma. Dan selama 2 minggu itu pula, gue, masih sering bolak-balik ke rumah sakit buat bantuin ngerawat kak Rio. Untungnya pihak rumah sakit ngelarang para wartawan yang pingin kepoin keadaan kak Rio, kalo enggak mah pasti rumah sakit ini udah kayak pasar malem.

Gue memasuki sebuah ruangan pasien berstandar VVIP, di sana ada sesosok pria yang terlelap dengan dililiti banyak kabel disekelilingnya. Lalu, di sampingnya ada seorang wanita paruh baya yang menatapnya dengan sendu. Gue pun mendekat dan dengan halus menyentuh pundak wanita itu. "Tante, biar aku yang jagain kak Rio. Tante keluar dulu aja buat cari udara segar."

Wanita itu mengenggam tanganku dan berdiri dari kursinya. "Iya, Risa. Mungkin tante butuh udara segar. Kamu gapapa kan disini sendirian? Tante segera balik kok.".

"Gakpapa kok, te. Tante mungkin juga harus pulang buat ngejengukin keluarga tante di rumah. Risa gapapa kok disini sendirian."

"Yaudah, sayang. Tante akan segera kembali.", tante Indah mengambil tasnya dan keluar dari ruangan.

Akhirnya disinilah gue, cuman berdua dalam satu ruangan. Eh, tepatnya sih bersatu-setengah, soalnya setengah hidup dari cowok di depan gue ini lagi jalan-jalan entah kemana dan gak tau kapan bakalan balik lagi ke tubuhnya. Gue pun ngambil sebuah buku di dalam tas dan mulai membacakannya secara perlahan.

"Pada suatu hari..."

Hiduplah seorang gadis yang berusia 17 tahun bernama Iyana. Ia adalah seorang gadis yang amat sangat bercahaya, cahayanya dapat menghangatkan siapapun yang berada di dekatnya. Ia memiliki banyak mimpi, mimpi yang muncul dari imajinasinya. Dia berharap, bahwa suatu saat dia akan pergi menuju ke dunia fantasi. Dia akan jatuh cinta dengan seorang pangeran berparas amat sangat rupawan yang menaiki seekor kuda jantan bersurai hitam seperti arang serta dia yang handal memainkan senjata perang.

BAD LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang