Waktu Berdua

210 17 1
                                    


Risa's POV

Saat itu entah kenapa gue kok bisa ketiduran. Tiba-tiba gue merasa lagi ada di suatu tempat. Tempat itu bernuansa putih, dan gue kayak ngeliat ada seorang cowok yang gue kenal berjarak beberapa meter di depan gue.

"Aku adalah malaikat yang dikirim Tuhan untukmu, kak. Ayo raihlah tanganku, keluargamu membutuhkanmu."

Tepat saat tangan gue dan tangan dia bersentuhan, saat itulah gue kembali ke kehidupan nyata gue. Gue merasa tangan yang sedari tadi gue pegang melakukan pergerakan. Perlahan gue membuka mata, dan akhirnya takjub melihat pemandangan di depan gue.

Kak Rio sadar?!

"Kak Rio?!".

gue berdiri dari posisi duduk gue, memandang wajahnya kak Rio dengan lebih dekat supaya gue bisa mastiin kalo gue gak berhalusinasi. Gue pun memegang pipi kak Rio.

"Kak? Kakak beneran sadar?", Kak Rio menggenggam balik tangan gue yang ada di pipinya sambil mengangguk lemah.

"Tunggu bentar ya, kak. Aku bakalan panggilin dokter.", gue berlari keluar ruangan mencari-cari keberadaan dokter. Dan hanya selang beberapa menit, aku sudah kembali ke dalam ruangan bersama seorang dokter yang biasa merawat Kak Rio.

"Syukurlah pasien sudah selamat. Kini dia hanya perlu memulihkan diri, dia telah berhasil melawan komanya. Tolong atur pola makan pasien, pastika dia meminum obatnya dan jangan boleh terlalu banyak bergerak."

"Iya, dok. Makasih.", gue tersenyum dengan sangat cerah. Belum pernah gue secerah ini.

"Saya turut berbahagia ya, dek. Penantian kamu telah berhasil.", dokter itu menepuk pundak gue dan gue balas dengan anggukan bahagia.

Setelah dokter itu pergi, gue segera menghampiri kak Rio. Gue masih gak nyangka aja akhirnya dia bisa beneran sadar.

"Kak Rio tunggu bentar ya, sebentar lagi keluarga kak Rio bakalan datang kok. Aku udah ngasih tau mereka kalo kak Rio udah sadar.", ia menjawabnya dengan mengangguk,

Akhirnya, yang terdengar hanya bunyi dentang jam dinding yang masih setia untuk berputar pada porosnya. Entah kenapa suasanya jadi canggung. Ya secara gimana ya? Gue yang tipe-tipe banyak omongnya trus sukanya bercanda mau ngajakin kak Rio ngomong tapi kan dia baru aja sadar, dia juga gak boleh banyak ngomong. Takutnya entar kalo gue ajakin dia ngomong, trus ngomongnya kebablasan dan akhirnya dia koma lagi kan berabe.

Beberapa saat kemudian, tante Indah, om Sinyo, dan kak Ryan datang. Mereka langsung ngelilingi kak Rio yang udah sadar.

"Nak, Alhamdulillah kamu udah sadar.", ucap tante Indah sambil berlinang air mata bahagia.

"Selamat ya dek, kamu udah melalui masa-masa kritis kamu.", sahut kak Ryan.

Mereka bertiga keliatan bahagia banget, soalnya wajah mereka sekarang lagi dihiasi sama senyuman tulus karena kak Rio udah sadar dan melewati masa kritisnya.

"Permisi, bapak. Disini ada keluarganya Rio Haryanto?"

"Kami keluarganya, dok.", kata om Sinyo.

"Baiklah, pak. Silahkan ikuti saya, Dokter ingin membicarakan hal penting kepada keluarga pasien."

"Nak, tante segera kembali. Tolong jaga Rio, ya?", ucap tante Indah sebelum ninggalin gue berdua sama kak Rio.

Mereka bertiga pun keluar dari ruangan ngikutin langkah kaki suster yang diutus dokter tadi. Akhirnya, kini gue cuman berdua aja sama kak Rio. Gue bingung mau ngapain, sumpah?!. Plis ya Tuhan, gue tuh anaknya gak bisa diem, trus gue kudu gimana? Mulut gue gatel banget pingin ngajakin kak Rio ngomong, tapi kondisinya gak memungkinkan banget. Akhirnya gue ngembil headshet di tas gue dan nyari lagu yang pas buat gue.

BAD LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang