Chapter 3

4 0 0
                                    

Mulmed harus diliatt!!!

itu gaya baju Anne tapi luarnya pink neon polos.

Happy reading babes! ❤

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Anne memilih untuk berlari kecil daripada membawa mobilnya untuk sampai ke Taman yang di maksud Aaron, sesampainya ia ditaman, Gadis itu masih tidak melihat mobil, atau Aaron di taman itu, sementara jam sudah menunjukan 7:53 pagi, ia mengambil kursi yang berada didekat dengan gerbang taman agar Aaron mudah melihatnya nanti.

Sekitar jam setengah sembilan, Aaron baru datang. Ia memarkirkan mobil mazda hitamnya di samping taman.

"Hei Anne!" Ujar Aaron, selagi menepuk pundak Anne dari belakang, Anne membalikan kepalanya. "Maaf, Aku lupa memasang alarm tadi malam" Aaron tertawa kecil di akhir kalimat, ia juga menggaruk belakang lehernya yang pastinya tidak gatal.

"Ya, tidak apa-apa. Ayo" Gadis itu berdiri dari tempat duduknya dan mengambil NIKE shoulder bag yang berada di sebelahnya.

"Tunggu, kau tidak marah seperti biasanya jika aku telat?" Lelaki itu menggapai lengan atas Anne untuk menghentikanya, Anne menatap wajah bingung Aaron.

"Meh, untuk apa?" Dan, mereka berdua berjalan ke mobil Aaron, disepanjang perjalanan mereka berdebat dengan haruskah mereka ke Mc Donald's setelah pulang dari gym, Anne tentu menolaknya, tentunya seperti typical perempuan yang suka makan salad, ia akan lebih meimilih makan dirumahnya sendiri. Sementara Aaron, ia tidak terlalu sepeduli dengan apa yang iya makan. Ia malah membalas Anne dengan,

"Anne, hidup hanya sekali makan semau mu"

"Maka dari itu kita harus makan sehat karena hidup hanya sekali" Bantah Anne, ia sudah melipat kedua tanganya didepan dadanya matanya menatap lurus ke ramainya jalanan.

"Ayolahh" Pujuk Aaron seperti anak lima tahun yang meminta dibelikan permen ke ibunya.

Anne menghela nafas panjang lalu menghadap ke jendela disampingnya, "Bagaimana dengan diet mu sebagai petinju? Kemarin kita sudah memakan pizza" Anne kali ini berbicara dengan lembut ke Aaron, lalu menatapnya.

"Siapa peduli, aku selalu ke gym setiap hari" Ucapnya seraya mengidikan kedua bahunya, perkataanya membuat Anne berpikir.

"Bagaimana?"

"Okay."

Dengan begitu Aaron mengucapkan 'yes' berulang kali sampai membuat Anne memutar bola matanya, Lelaki itu mengenyampingkan tubuhnya kearah Anne dan mencium pipi kananya, sementara matanya masih fokus ke jalan. Pipi Anne yang selalu pucat berubah menjadi merah tomat karena perbuatan Aaron, jantungnya pula berdebar lebih cepat, wajahnya terasa panas, dan ia menundukan kepalanya kebawah dengan senyum yang susah untuk ditahan. Aaron yang melihatnya tersenyum kecil lalu memfokuskan lagi pandanganya.

Tak lama kemudian mereka sampai di gym tempat Aaron biasa berlatih, mata Anne berkeliaran melihat sekelilingnya, Aaron yang akan sadar akan sesuatu langsung berpindah kebelakang Anne, melepas ikatan kausnya.

"Anne, kau tidak tahu berapa banyak lelaki yang melihat bagian belakang mu" Setelah menurunkan kaus Anne, ia kembali ke samping Anne lalu meletakan tanganya ke pinggangnya.

"Mengapa kau tidak memakai sweatpants saja?" Tanya Aaron, ia menatap mata hijau Anne dengan intense.

"Aku tidak terlalu suka memakai sweatpants ,ingat?" Jawabnya, binirmya kemudian menjadi garis tipis, dan Aaron hanya mengangguk.

Mereka melewati banyak orang yang sedang angkat besi, menggunakan tredmil, sepeda statis, atau mereka baru saja pemanasan. Aaron menuju bagian tengah dari gym itu, ring boxing. Terdapat dua pria bertubuh bugar di atasnya, pria berambut Dirty blonde menggnakan sweatshirt, dan pria berambut kriting merah yang terlihat lebih tua menggunakan kaus oblong berwarna putih.

"Danny, Marcus" Aaron meneriakinya dari bawah ring, ia lalu melompat ke atass ring dan menjabatnya temanya satu persatu.

"Woah, baru tidak bertemu dua hari, kau sudah mendapat gadis baru lagi?" Ujar Marcus kepada Aaron, nadanya memang sedikit dikencangkan agar Anne mendengar, gadis itu menundukan kepalanya.

"Kau sangat- sangat beruntung bung, bagaimana dengan gadis pirang yang satu itu hm?" Ucap temanya yang satu lagi, Danny. "Tapi gadismu yang kali ini, Woah, kau lihat saja belakangnya." Ucapan Marcus kali ini membuat darahnya naik ke ubun-ubun, Danny melihat ke arah Anne lalu menjilat bibirnya, baginya Anne sudah seperti saudaranya sendiri, ia sudah seperti kakak laki-laki pada umunya, protektif. Perkataan mereka membuat Aaron ingin meninju satu persatu muka temanya ini.

"Tutup mulut mu, brengsek" Tangan Aaron, memukul keras hidung Marcus. Temanya Aaron, Marcus terpental kebelakang karena ia belum menyiapkan posisinya, masih kaget dengan apa yang dilakukan Aaron. Buku-buku jarinya merah karena tidak menggunakan pengaman apapun.

"Santai, bung" Ujar Danny yang berada di sampingnya. Marcus yang merasa tertantang bangkit lalu memukul sekeras yang ia bisa ke mata Aaron, yang akan menyebabkan lebam atau mungkin pendarahan pada mata nanti. Tetapi karena pukulan itu Aaron tetap berdiri. Kali ini Aaron mengincar perutnya, belum sempat memukul, Danny berdiri ditengah mereka dan melerainya.

"Jika kau ingin bertarung, pakai sarung tangan kalian semua, kita akan melihat siapa yang akan menang"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Si Anne gk ngapa ngapain anju gua sebel, liat aja yak nanti anne gimana btw Anne itu bacanya bukan Annie yak tapi 'En' dah gitu doang

Baca next CHAPTER.

Jan lupa pencet bintang-bintangnya. Comment juga yak
VOMMENT LAH POKOKNYA
BYEE BITCHES 💩💕💩💕

Paints Her MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang