Chapter 4

9 0 0
                                    

Happy reading babes!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aaron melangkahkan kakinya keluar dari ring, berniat untuk mengambil sarung tangan boxingnya yang berada di tas gym berwarna abu-abu. Anne yang melihatnya langsung berlari ke arah Aaron, cemas betul-betul terlukis di matanya.

"Aaron, kau tidak harus melakukan ini okay? Kau marah dan hasilnya pasti tidak akan berakhir bagus" Aaron tidak menatapnya, bahkan tidak merespon omongan Anne sama sekali, ia terus mencari sarung tangan berwarna merahnya. Anne yang tidak bisa tinggal diam, memegang punggung telapak tanganya dengan lembut. "Aaron" Panggil Anne lagi.

Akhirnya panggilanya yang terakhir membuat Aaron menoleh ke arahnya, rahanya tegang, keringat bercucuran di dahinya, alisnya berkerut. "Kau bisa memanggil pelatihmu, gunakan waktumu dengan baik" Lelaki itu kembali dengan aktivitasnya, melepas kaus putih polosnya, meninggalkanya dengan celana basket yang bergantung tepat di atas dengkulnya. Dan memakai sarung tangannya.

"Aku tahu apa yang kulakukan, dan kau tidak perlu kawatir" Nada dari ucapanya masih keras, Aaron lalu meninggalkanya dan bergabung ke ring yang sudah terdapat Marcus menunggu kehadiranya.

Mereka menatap satu sama lain dengan sinis, kedua tangan di depan dadanya. Aaron melontarkan pukulan pertamanya ke wajah Marcus, tetapi dengan sigap Marcus memiringkan kepalanya. Aaron melontarkan satu pukulan lagi ke perutnya, tetapi belum sempat terpukul, Aaron terkena pukulan duluan di wajahnya.

Dipertandingan, Aaron sempat jatuh karena pukulan yang bertubi-tubi diberikan oleh Marcus. Tetapi di hitungan ke enam ia berhasil bangkit lagi, membuat cemas yang berada di pundak Annne turun.

Marcus memakai senyumnya, karena ia berfikir positif ia akan menang hari ini. Aaron memukul wajah Marcus, belum sempat Marcus membalas ia melontarkan satu pukulan di perutnya, strategi Aaron selanjutnya untuk memukul pahanya agar ia tumbang.

Dan benar, Marcus tumbang dengan mudah. Aaron melihatnya dengan serius berharap temanya ini tidak bangkit sampai kehitungan ke satu.

"Empat" Tidak ada pergerakan sama sekali oleh Marcus.

"Tiga"

"Dua"

"Satu"

Aaron mengankat kedua tanganya, gembira karena memenangkan pertandingan ini, ia melirik ke arah Anne yang berdiri tidak jauh dengan ring, Anne tersenyum dari kuping ke kuping, lelaki itu turun dari ring menghampirinya dan memeluknya, menghiraukan rasa sakit karena lembam disekujur tubuhnya.

"Sudah ku bilang, aku tahu apa yang ku lakukan" Ujarnya dengan senyuman kali ini. Anne mengecup pundaknya.

"Na-ah aku mau ciuman disini" Aaron, menunjuk bibirnya, mata Anne langsung berpindah ke bibir merahnya, lalu ia baru mengatakan,

"Eww!" Gadis itu langsung mengambil satu langkah ke belakang, dan menyeringitkan matanya, sementara Aaron tertawa sambil memegangi perutnya. Anne melanjutkan, "Aku akan menciumu nanti, saat Justin Timberlake kembali ke NYSC." Sarcastic Anne mulai muncul, ia memutar kedua bola matanya.

Mereka memutuskan untuk tidak mengunjungi Mc Donald's karena kondisi wajah Aaron yang memang sudah parah, tetapi lelaki itu hanya membawa santai luka-luka disekujur tubuhnya, berbeda dengan sahabatnya yang justru menceramahinya di sepanjang perjalanan tentang bagaimana jika luka dibiarkan begitu saja. Akhirnya mobil Aaron yang dikendarakan oleh Anne sampai tiba dirumah gadis itu.

Aaron membuka terlebih dahulu pintu rumah Anne, sementara Anne masih mengambil tasnya. Lelaki itu melihat ekspresi wajah Melinda Mattew, yang hanya menatap layar TV kosong, yang maksudnya tidak dinyalakan, tetapi kepala Melinda menengok ke arah Aaron dan ekspresinya langsung berubah.

"Oh Hai, nak" Lelaki itu disambut dengan pelukan hangat Melinda.

"Ya, Melinda. Aku akan ke atas dahulu" Jawab Aaron, dibalas dengan anggukan dan senyuman Melinda. Dengan begitu ia langsung menaiki tangga dan menduduki sofa yang berada di ruang TV lantai atas.

Tak lama, Anne menghampirinya dengan kaus dan celana yang berbeda, rambut coklat tuanya yang sudah disisir rapi sambil membawa kotak pertolongan pertama dari kamar mandinya.

Aaron berdecak, "Kau tidak perlu melakukan itu, lukanya akan sembuh sendiri. Selalu seperti itu" Lalu pandanganya kembali ke TV yang ia tonton.

Anne tidak memperdulikanya, tetap melakukan pekerjaanya, mengobati mata lebam dan luka di pinggir bibirnya, dan Aaron sudah tidak melawan.

Mereka menghabiskan Siang itu menonton Orange is the New Black, Anne menyenderkan kepalanya di Bahu Aaron, dan tangan lelaki itu merangkul pundak belakang Anne.

"Aaron"

"Ya?"

Anne mengingat kembali ucapan ayahnya saat di meja makan kemarin malam, yang mau tidak mau harus ia lakukan, dan Anne harus memberi tahu Aaron tentang ini karena kepergianya tepat besok.

"Aku harus memeberitahu mu sesuatu" Anne melepas pelukanya, dan menatap Aaron.

"Apa?" Jawabnya. Terdapat sela waktu, gadis ini masih membimbang apakah sekarang waktu yang tepat.

"Ak-aku harus.. ''

"Pindah ke Indonesia" Anne langsung menundukan kepalanya, tidak berani menatap mata Aaron.

"Besok" Akhir kalimat itu membuat Aaron menyiritkan kedua alisnya, tidak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari mulut Anne.

-

Esok paginya Anne bangun dengan mata sembab, karena setelah ia memberitahu Aaron, lelaki itu tidak mengatakan apapun, hanya menggeleng dan memutuskan untuk pergi dari rumahnya, hari ini adalah hari terakhir ia tinggal di kamar ini, beberapa barang sudah di letakan di kardus-kardus.

Hari ini ia tetap memutuskan untuk tetap dirumah, pihak sekolah memintanya untuk tetap kesekolah hari ini, tetapi ia tidak siap untuk melihat wajah Aaron.

Setelah ia melakukan semua aktivitas paginya, Madeline menyambutnya dengan ramah dan menarik kursi untuknya. Di meja makan terdapat ibunya, dan ayahnya. Ia sengaja mempercepat makanya agar tidak harus berhadapan dengan ayahnya.

"Kau masih mau ke sekolah hari ini?" Tanya ibunya, dengan senyuman yang menawan, ia sudah terlihat lebih baik dari kemarin.

"Tidak, aku mau lari pagi setelah ini" Lalu melanjutkan roti lapisnya lagi. Suasana meja makan keluarga Mattew kembali sepi, tidak sampai ayahnya angkat bicara.

"Dengar, ayah tau kau marah, tapi ini semua demi kebaikan mu, kau akan mengerti nanti"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

HAI HAI HAI!

Tunggu next chap yaa

Gua pengen dah punya temen kaya Aaron.

BYE

Paints Her MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang