Prologue

12 1 0
                                    

Suara nafas terengah mereka terdengar jelas, kaki gadis itu sudah terasa seperti terbakar karena berlari dari tadi, mobil yang dimiliknya baru saja diledakan, membuat mereka tidak mempunyai pilihan lain.

"Kau baik?"

"Ya"

Mereka melanjutkan perjalanan mereka untuk menghindari orang-orang tersebut, Sekumpulan orang yang mengejar mereka membawa senjata yang siap dilepaskan pelurunya ke arah mereka, mengingat hal itu lagi, gadis itu semakin panik, membuat ia menggerakan kaki lemasnya semakin cepat lagi.

Suara tembakan terdengar dari belakang. Setelah mobil gadis itu diledakan, mereka memilih tempat bersembunyi, gedung besar terbengkalai ditemukan, tetapi sialnya sekumpulan orang itu menemukanya lagi, dan sekarang mereka tengah berada di gedung gelap itu.

Lelaki itu memegang tangan gadis itu, karena ia berlari semakin lambat, saat lelaki itu memegang tanganya dingin yang ia rasakan, karena ketakutan.

"Dengar, jika kita keluar lewat pintu tadi, mereka pasti akan menemukan kita" Mereka berhenti lagi, ucapan lelaki itu memang benar, seluruh pintu di gedung ini sudah diawasi dengan ketat, wajah gadis itu semakin pucat.

"Kita harus keluar dari jendela, tidak ada pilihan lain" Lelaki itu berfikir cepat, matanya berkeliaran melihat kesekitar.

Lelaki itu menggapai tanganya dan menggeretnya menuju jendela yang tertutup kayu, tidak ada cara lain, ia mendobrak jendelanya, udara malam terpapar kewajah mereka.

"Kamu harus keluar duluan, mereka itu mengincarmu" Ujar lelaki itu, mereka berada di lantai dua, dan itu mempersulitnya untuk turun.
"Pegang kayunya satu persatu saat turun" Dengab begitu gadis berambut coklat gelap itu, mengeluarkan kakinya satu persatu.

"Temui aku dibawah ok?" Ujar gadis itu, tatapan matanya khawatir, perhatian mereka teralihkan saat mereka mendengar suara sepatu boots yang bersentuhan dengan tanah dengan cepat.

"Cepat Anne, jika aku tidak terlihat dalam 30 detik tinggalkan aku, dan lari secepat mungkin" Kedua tanganya berada di pipi merah gadis itu, dan ia mencium keningnya, berharap perempuan yang paling ia sayangi ini selamat nanti.

"Tidak, tidak mungkin aku meninggalm-"

"Dengarkan aku, kau harus. Aku tidak mau ta-"

Suara benturan sepatu boots itu semakin mendekat ke arah mereka.

"Cepat Anne"

Dan itu terakhir kalinya Anne mendengar suara lelaki itu, lelaki yang selalu membuat candaan untuknya, lelaki yang ia cintai, lelaki yang ia sayangi.

Hilang.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jadi ini baru prolognya, jangan lupa baca chap 1 yaa,

Dan dan dan jangan lupa pencet tombol vote atau comment atau vomment juga gpp

Lu gk tau seberapa senengnya author kalo ada yang vomments

Paints Her MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang